Mat 11:28-30
Letih lesu, beban berat dan putus asa merupakan bagian dari daftar nota “gelap” dalam setiap perjalanan hidup manusia. Kompetisi dalam hidup akan bertumbuh bersamaan dengan tekanan psikologi.
Tatkala perjuangan untuk menjadi orang sukses di bidang materi meminta banyak waktu dan pengorbanan tenaga dan pikiran, maka rasa stres, frustasi dan putus asa malah ikut berboncengan juga di situ.
Kesuksesan memang menekan orang di dua sisi.
- Pertama, kesuksesan akan menekan orang untuk hidup disiplin dan berjuang.
- Kedua, kelelahan, letih lesu, beban berat, dan semacamnya akan menekan psikologi orang dari sudut perjuangan dan displin kerja.
Kadang tekanan paling riskan dari mengejar kesuksesan materi adalah tertimpa sakit parah yang berujung pada kematian. Betul kata orang, “kesuksesan pada materi itu harganya sangat mahal”.
Bagaimana dengan kesuksesan pada perkara rohani, apakah juga ada tekanannya?
Seorang imam biarawan dari kongregasi MSC yang bertugas di Paroki Dumaring Kabupaten Barau pernah berpetuah begini kepada saya, “Adik, sebetulnya taraf perjuangan di semua tingkat pilihan kehidupan manusia itu, sama saja. Nikmati dan santai sajalah. Bila capek, istirahat. Semangat, kerja lagi. Ngapain, hidup hanya sekali, kog…dibuat susah dan repot.”
Dan memang bila kita menotakan semua pengalaman-pengalaman “kelam dan gelap” ini, semuanya tidak akan berujung dan berakhir.
Di setiap moment kehidupan apa pun, tekanan-tekanan kehidupan akan ada dan tetap ada. Kita tidak akan pernah mengundang dia datang, tetapi toh dia tetap datang.
Upaya kita menolak dia datang dalam kehidupan kita pun, serasa sia-sia. Terkadang kita lelah, putus asa dan menangis bila tidak mampu dan bertahan menanggung semua beban-beban tersebut.
Namun, di saat nafas kehidupan sudah mulai ngos-ngosan, semua gelap, buntu, dewa penolong tak kunjung datang dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, saat itulah Tuhan Allah mengundang kita untuk datang kepada-Nya.
Dulu St. Agustinus dari Hippo pernah mengalami “malam-malam gelap” dalam kehidupannya.
Saat itu, dia berkata, “aku sudah lama berguru kepada Plato, Cicero aku sudah baca, para Sofis sudah aku dengar, tetapi dari mereka semua aku tidak menemukan kata-kata, datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.
Sekarang kata-kata yang sama ini, kembali berbunyi lagi hari ini. Lagi-lagi melalui kata-kata mutiara itu, kita diundang oleh Tuhan Yesus untuk membawa semua beban hidup kita kepada-Nya.
Di sana di dalam Dia-lah, kelegaan itu ada.
Renungan: Maukah anda datang membawa beban hidupmu kepada Dia?
Tuhan memberkati.