El Classico: Beranilah dan Beranilah Lagi …

0
2,655 views

“Dalam hidup, Anda harus memilih untuk berani atau lebih berani lagi,” Demikian kata Joseph (Pep) Guardiola, Pelatih FC Barcelona yang baru saja mengalahkan Real Madrid 3-1 dalam duel “El Classico” di Santiago Bernabeu, kandang Real Madrid, Minggu(11/12) dinihari WIB. Lebih diunggulkan karena statistik pertandingan sebelum laga dan sebagai tuan rumah, Real Madrid justru harus kehilangan tiga poin di kandang sendiri.

 

Keberanian itu memang ditunjukkan oleh pasukan Blaugrana (merah – biru), julukan bagi FC Barcelona. Tertinggal satu gol di menit pertama, tepatnya 21 detik setelah laga berjalan, tidak membuat mental para pemain turun. Mereka tetap memainkan sepakbola menyerang, termasuk memulai serangan dari penjaga gawang dengan bola-bola pendek.

 

FC Barcelona biasa memakai pakem 4-3-3, artinya 4 pemain belakang, 3 gelandang, dan 3 penyerang. Beberapa kali memang dicoba pola 3-4-3, namun berhadapan dengan Real Madrid, semestinya Pep memilih 4-3-3. Mengapa? Serangan balik Real Madrid yang cepat dan mematikan harus dilawan dengan memasang pemain bertahan yang lebih banyak.

 

Dengan keberanian memainkan pola 3-4-3, dimana lebih banyak pemain tengah, penguasaan bola akan menjadi lebih banyak untuk meningkatkan serangan. Hal ini sangat riskan, karena hanya ada 3 pemain belakang. Nyatanya keberanian memakai pola ini untuk menghadapi klub sehabat Madrid telah membuahkan hasil.

 

Selain teknik dan skill yang mumpuni, serta ditunjang dengan kekompakan tim yang tiada tanding, keberanian itulah kiranya kunci sukses FC Barcelona saat menundukkan Real Madrid dalam laga El Clasico tersebut. Real Madrid adalah tim hebat dengan bintang-bintang hebat. Mereka juga diunggulkan menang. Ketika gol di detik 21 terjadi, orang semakin yakin bahwa kini giliran Real Madrid memenangi El Clasico. Ternyata kenyataan berbicara lain. Guardiola menyebut keberhasilan anak buahnya karena keberanian dan keuletan. Mental mereka tidak mudah jatuh. Tetap berani dan konsisten.

 
Berani Mampu Mengubah

Mungkin keberanian itulah yang mampu mengubah sesuatu. Hal ini tampaknya juga diamini dengan kisah Dahlan Iskan, menteri BUMN yang baru. Saat diangkat menjadi Dirut PLN, Serikat Pekerja PLN beramai-ramai menolaknya. Namun demikian, dalam waktu relatif singkat setelah memimpin PLN nasional, Dahlan mampu memberikan bukti. Persoalan byar-pet listrik nasional sudah jauh berkurang. Itu karena gebrakan dan keberaniannya.

 

Gebrakan dan keberaniannya memang memunculkan pertanyaan apakah dia tidak takut dimusuhi, Menjawab pertanyaan tersebut, Dahlan membagi golongan orang menjadi tiga. Hanya 10% orang brengsek. Yang 10% orang baik, sedang sisanya yang 80 % adalah golongan abu-abu, yang mengikuti saja situasi yang ada.   10% orang brengsek adalah para penentang perubahan. Yang 10% lainnya orang baik dan mau berubah. Jadi, tetaplah berani berubah karena akan muncul banyak dukungan.

 

Duel El Clasico baru-baru ini, sekali lagi memberikan pelajaran tentang keberanian. Santo Ignatius Loyola, yang pernah tinggal dan belajar di Barcelona, mengatakan bahwa Roh baik selalu memberi dorongan, semangat, dan kekuatan pada orang untuk berani melawan hambatan-hambatan yang dialami. Sebaliknya, “Roh Jahat”  juga mempunyai cara tersendiri untuk mempengaruhi manusia. Dengan mengambil pendapat Pastor Ludovic-Marie Barrielle, Romo Paul Suparno SJ, merangkum enam ciri “Roh Jahat” Latihan Rohani Santo Ignatius. Salah satunya adalah Ketakutan. Keberanian adalah buah dari Roh Baik, sedangkan ketakutan berasal dari Roh Jahat. Ketakutan yang terus-menerus akan menghambat manusia maju berbuat baik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here