Embun Hati: Anti Kritik = Anti Kristus

0
149 views
Ilustrasi: Kritik (Ist)

SIAPA sih orangnya yang mau dikritik? Meskipun mulutnya “mau”, tapi batinnya tak selalu mudah untuk menerima kritik. Kalau kebetulan berkuasa, biasanya jauh lebih sulit lagi menerima kritik.

Mengapa? Karena sebelum memutuskan atau bertindak sesuatu biasanya seseorang sudah punya alasan, pertimbangan dan keyakinan sendiri. Di sinilah kunci persoalannya.

Kalau alasannya baik, positif, demi sesama dan dunia, biasanya ia siap sedia dikritik. Sebaliknya kalau alasan aslinya itu kurang baik, negatif, atau semata-mata demi dirinya, atau “ego”nya, biasanya susah menerima kritik.

Sebab takut ketahuan, atau takut kebuka kedoknya.

Kalau kita yakin yang kita lakukan itu murni untuk kebaikan sesama dan dunia, kita aka mudah menerima kritik.

Jangankan dikritik, dihina atau diancam pun gak akan takut. Sebab baginya, kritik, hinaan atau ancaman tersebut justru menguatkan, membenarkan apa yang dilakukannya.

Jadi siapa pun presiden, penguasa, pejabat, uskup, pastor, awam, atau kita pribadi, yang anti dikritik, lihat dan perhatikanlah kemurnian motivasi tindakan yang dikritik itu.

Semakin motivasi dan orientasinya ke ego, ke dirinya (keluarganya, komunitasnya, kelompoknya) juga semakin anti kritik.

Tidak demikian sebaliknya. Semakin motivasi dan orientasinya ke arah orang lain, … ia semakin terbuka dikritik, semakin mudah dikritik.

Untuk orang semacam ini, kritik adalah kekayaan. Kririk itu bukan masalah tapi anugerah. Paling-paling dia akan membeberkan motivasinya agar lebih difahami.

Suharto dulu amat anti kritik, karena dia inginkan kekuasaan. Jokowi beda. Ia tak menolak kritik, karena motivasinya asli murni demi negeri dan bangsanya.

Yesus, sama, Dia tidak hanya terima kritik, melainkan dihina bahkan dibunuh sekali pun diterima.

Kita masing-masing masih juga begitu. Biasanya makin tua usia, kita makin mudah menerima kritik. Waktu masih muda, jangankan dikritik, dilihat pun langsung ngajak berantem.

Makin usia makin sadar kekuatan untuk berantem makin lemah. Jangankan berartem, bernafas pun sudah tak mudah.

Jadi kebutuhan kita untuk diri sendiri makin berkurang.

Maka yang betul, yang baik, adalah bagaimana kita mengarahkan tindakan kita untuk kebaikan sesama dan dunia.

Itu yang dibuat Yesus Kristus Tuhan dan sahabat kita. Itulah sebabnya, kalau kita anti kritik, sebenarnya kita anti Kristus.

Dengan terbuka terhadap kritik, kita terbuka pada rahmat yang ditawarkan Tuhan lewat pengkritik, maupun proses interakasinya.

YR Widadaprayitna
AB 230805 AA
Mat 14: 1-12

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here