Embun Hati – Mengampuni Segenap Hati

0
172 views
Pengampunan tak bertepi, tak bersyarat keadilan tanpa belas kasih beku, bahkan kejam, by Pilgrim.info

PERNAHKAH Anda menerima tuduhan bertubi-tubi dari orang lain? Atau menerima perlakuan yang sungguh tidak adil dari orang yang bertindak hanya berdasarkan “katanya”.

Pada saat itu emosi kita tentu akan mendidih. Secara spontan kita akan tergoda untuk mengutuk atau malah memikirkan bagaimana cara membalasnya.

Tetapi kalau kita merespon dengan jiwa kristiani, dan kepala dingin, serta berbesar hati, saya yakin bahwa kita akan sampai pada pertanyaan: haruskah ku membalasnya?

Membalas untuk apa dan apa yang kudapat?

Apakah biar dia tahu rasa? Atau kita mengharapkan dia berubah? Lantas bagi kita, apa yang kita dapat dari tindakan pembalasan itu. Sudah pasti kita tidak menjadi lebih baik karenanya, malah tambah dosa.

Bagaimana kalau kita maknai secara positif. Anggap saja misalnya sebagai undangan untuk mengampuni. Undangan ini adalah anugerah.

Sebab kita tak mungkin minta orang untuk menyakiti hati kita.

Undangan mengampuni

Undangan ini tidak kita peroleh setiap saat. Kalau kita dapat memanfaatkan undangan ini, setidaknya kita menerima rahmat: kesanggupan untuk mengampuni.

Minta ampun, itu sudah sulit kita lakukan. Entah karena gengsi, entah karena malu atau alasan lain. Mengampuni tarafnya lebih tinggi lagi. Bahkan kita perlu rahmat khusus untuk dapat mengampuni. Lebih-lebih kalau kita mesti mengampuni orang yang kita cintai. Kesulitannya meningkat.

Namun rahmat-Nya juga berlipat ganda.

Pertanyaannya sekarang, mengapa kita harus mengampuni? Bukan hanya karena Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk mengampuni 70x7x, tetapi kita perlu mengampuni karena beberapa alasan berikut:

Pertama, ketidakmampuan dan ketidakmauan kita untuk mengampuni itu menutup rahmat yang disediakan Tuhan untuk kita. Kedua, kita pun sering menyakiti orang lain. Secara manusiawi, dengan mengampuni, kita berharap orang lain pun bersedia mengampuni kita.

Dengan demikian, ketika kita mengampuni orang lain, itu dapat kita maknai sebagai: “mengurangi dosa” kita.

Dengan mengampuni, dalam iman kita berharap kita dapat lebih dekat mengikuti Tuhan. Sebab Yesus telah mengajarkan dan memberi kesaksian betapa mulianya jika kita sedia dan mau mengampuni. Lebih dari itu, Tuhan Yesus memberi contoh bagaimana mengampuni itu.

Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkanNya. Dan karena pengampunan Yesus itu, Yesus dibangkitkan Bapa dari kematianNya.

Jadi secara kristologis jelas: Bagi kita pengikut Kristus, mengampuni itu wajib dan tak dapat ditawar lagi.

Mungkin, atau malah pasti Anda sudah pernah mengalami buah-buah dari kesediaan, kemauan dan kemampuan kita mengampuni. Ada bahagia dalam jiwa dan di hati ini.

Rahmat pengampunan adalah rahmat ganda. Rahmat untuk yang mengampuni dan untuk yang diampuni.

Maka kalau sekarang ini dan di sini, di lubuk hati, masih adakah seseorang yang harus kuampuni?

Siap sediakah untuk mengampuninya, supaya halangan turunnya hujan rahmat untuk kita hilang melayang?

Sekarang mari kita bertanya diri. Masih adakah orang yang kita cintai yang perlu kita ampuni? Orangtua kita, suami, isteri, anak kita?

Contoh: “Sebagai anak bontot, saya merasa tidak dicintai oleh orangtuaku. Mereka lebih sayang ke kakakku. Semuanya yang “baru”, yang baik untuk kakakku. Saya hanya mendapat lungsuran atau sisanya saja” Kalau ada, segeralah berdoa mohon rahmat untuk sanggup dan mau mengampuninya.

Betapa pun luka menganga di hati kita karena ulah orang tercinta tersebut, undangan untuk mengampuni itu mendesak untuk ditanggapi.

Ampunilah dia, biar jiwa ragamu bebas dan bahagia. Dan dia pun juga akan bebas dan bahagia jiwa raga. Kekerasan hati untuk tidak mau mengampuni, adalah batu padas penghalang rahmat dan cintaNya bagi kita.

Menyimpan luka hati, yang sudah menjadi dendam itu seperti menimbun racun jiwa dan raga. Jangan heran kalau buah simpanan itu akan menjadi penyakit serius bagi tubuh kita.

Mengampuni Tuhan

Sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan apapun dari kita manusia. Tuhan juga tidak memerlukan pengampunan kita. Tetapi kita perlu mengampuni Tuhan. Itu terjadi misalnya manakala kita merasa Tuhan menjahati kita, hingga kita menyimpan kemarahan, kebencian atau dendam kepadaNya.

Contoh perlunya mengampuni Tuhan: “Peristiwanya berawal ketika Tuhan memanggil ayahku. Saya menganggap Tuhan itu jahat dan tidak cinta padaku. Sejak saat itu aku meninggalkan Tuhan karena Dia jahat padaku.”

Pengalaman di-jahat-i Tuhan ini yang membutuhkan kemauan dan kemampuan kita untuk mengampuni Tuhan.

Demikian kita mutlak perlu ”mengampuni Tuhan” agar rahmat dan cinta-Nya sampai ke lahir batin, jwa dan raga kita. Tidak mengampuni berarti menutup rahmat dan cinta Tuhan.

YR Widadaprayitna
Mat 18:21-35
H 230915 AA

alivingchristianspirituality

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here