SAMBUTAN meriah dan bahagia dari umat se Keuskupan Purwokerto dengan ditahbiskannya tiga Diakon pada Selasa Pahing sore tanggal 31 Juli 2018 di Gereja Santo Petrus Paroki Pekalongan.
Para Diakon calon imam diosesan Keuskupan Purwokerto yang ditahbiskan adalah nama-nama berikut ini:
- Diakon Florianus Bram Mahendra Siagian. Ia lahir di Banjarnegara, 22 April 1988 dan berasal dari Paroki Santo Antonius Banjarnegara. Motto tahbisannya: “Biarlah Dia makin besar, dan aku makin kecil.” (Yoh 3:30)
- Diakon Ia Indra Pamungkas. Ia lahir di Batang, 16 September 1990 dan berasal dari Paroki Santo Yusuf Batang. Mottonya: “Panggilan itu Kesaksian tentang Keindahan.”
- Diakon Yusuf Widiarko. Ia lahir di Sragen, 16 Juni 1991, dan berasal dari Paroki Santa Maria de Fatima, Sragen. Mottonya: “Dadi Pangon sing Tatag Tanggon.”
Dihadiri empat Mgr
Berkenan menerimakan Sakramen Imamat adalah Bapak Uskup Agung KAS Mgr. Robertus Rubiyatmoko.
Itu berlangsung dalam Misa Konselebrasi bersama Administrator sekaligus Vikjen Keuskupan Purwokerto Romo Tarcisius Puryatno Pr, Direktur Seminari Torsa Keuskupan Purwokerto Romo Robertus Yeppy Pr, Ki Dalang Romo Agustinus Handi Setyanto (Paroki Gombong), dan Romo Martinus Ngarlan selaku Romo Paroki Santo Petrus Pekalongan.
Hadir pula dalam Misa Tahbisan Imamat ini adalah:
- Uskup Emeritus Keuskupan Purwokerto Mgr Julianus Kema Sunarka SJ.
- Mgr. Christophorus Tri Harsono, Uskup Terpilih Keuskupan Purwokerto. Ia akan menerima Tahbisan Episkopalnya sebagai Uskup tanggal 16 Oktober 2018 mendatang.
- Uskup Emeritus Keuskupan Ketapang Mgr. Basilius Puja Raharja.
Lebih dari 100-an imam dari berbagai keuskupan ikut hadir.
Antusiasme umat
Sebagai penyelenggara Misa Penerimaan Tahbisan Imamat untuk tiga Diakon calon imam diosesan Keuskupan Purwokerto ini, umat Paroki Pekalongan meresponya dengan hati senang dan bangga. Mereka hepi karena mendapat kepercayaan dan sekaligus tanggungjawab, setelah beberapa puluh tahun silam juga pernah mendapat tugas yang sama.
Begitu informasi sebagai penyelenggara disampaikan, segenap umat di Lingkungan dan Stasi segera cancut tali wondo demi suksesnya Misa Tahbisan Imamat.
Kesibukan Panitia Pelaksana, tim Paduan Suara St. Pieter dan OMK Santo Petrus tidak terhindarkan lagi. Tetapi semuanya tetap semangat.
Antusiasme umat dari paroki lain juga terlihat dengan kedatangan beberapa jam sebelum misa dimulai. Untuk itu, panitia telah menyediakan tempat parkir yang luas di dua lokasi. Satu di lahan kosong milik gereja dan satu lagi dengan meminjam halaman bekas gedung Karesidenan Pekalongan.
Panitia yang telah menyiapkan 1.800 kursi untuk peserta misa ternyata harus menambah kursi lagi. Diperkirakan sebanyak 2.200 umat se keuskupan telah hadir.
Kolekte terkumpul ada sebanyak 29,750 juta dan tambahan sebesar Rp 13 juta (NN) dan semua itu akan digunakan untuk biaya pendidikan calon imam Keuskupan Purwokerto.
Enam T
Dalam homilinya, Mgr. Ruby menyampaikan bahwa modal utama para Romo adalah kesediaannya untuk diutus kemana pun untuk melayani Allah dan sesama. Namun begitu, umat juga harus memberikan tanggapan yang positif atas kesediaan para Romo.
Tanpa dukungan yang positif dikhawatirkan akan “selip” di tengah jalan.
Menanggapi motto seorang diakon calon imam tertahbis yang berbunyi “Dadi Pangon Sing Tatag Tanggon”, Bapak Uskup menambahi bahwa bukan hanya “tatag tanggon” tetapi enam “T” yaitu: tatag, tanggon, tangguh, tetep, tanggap dan tutug.