DI saat saya sedang Memimpin Perayaan Ekaristi, ada pesan masuk dari Sr. M. Fausta FCh. Ia mengirim kabar duka atas dipanggilnya konfraterku, inspirasiku: Romo Yohanes Sono Pribadi SCJ.
Langsung di saat Perayaan Ekaristi, khususnya di saat Doa Syukur Agung, aku mendoakan Romo Sono, konfraterku, inspirasiku. Dan setelah Perayaan Ekaristi, muncul banyak kenangan yang mengesan tentang Romo Sono.
Romo Sono adalah pribadi yang baik, ramah dan penuh sukacita. Tertawanya “renyah”.
Romo Sono adalah seorang imam yang tidak mau berhenti belajar. Di saat waktu senggang, dia pasti akan membaca buku. Buku yang dibaca adalah buku Bahasa Inggris.
Romo Sono, kalau memberikan homili, gayanya sangat khas. Suaranya menggelegar. Tapi maaf, jika bernyanyi, suaranya “tidak mengikuti nada”.
Romo Sono adalah seorang misionaris Sejati. Salah satu pioner yang membuka misi SCJ di Filipina. Dan perjumpaan dengan Romo Sono (dan Romo Rino) yang membakar semangat misiku. Sehingga aku menyebut, Romo Sono tidak hanya konfraterku, tetapi juga inspirasiku.
Kesan yang paling mengesankan bagi saya adalah ketika kami sedang memberi rekoleksi panggilan di Rumah KWI, semalaman kami berdiskusi sambil menyiapkan kotbah. Seru banget. Sangat seru. Tertawa… Cekikikan, sampai tempat tidur “jebol” dan kami menyatu di tengah-tengah. Wow. Lucu. Lucune puolll.
Selamat jalan Romo Sono, konfraterku, inspirasiku. RIP
Hong Kong, 27 Agustus 2024
