BEBERAPA boneka kecil berbusana biarawati tersusun rapi di meja. Sekali tepuk, boneka-boneka itu bergerak-gerak lucu, menarik perhatian pengunjung dari kalangan anak-anak. Beberapa siswa Sekolah Dasar juga turut memeriahkan suasana, dengan mengenakan busana-busana religius.
Ada yang berbusana uskup, pastor, bruder, dan suster. Mereka mondar-mandir di lokasi Expo 2016 bertajuk “Sahabat Yesus”, yang berlangsung 15-17 Januari 2016 di Gedung Bina Remaja, Kompleks Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder, Pontianak, Kalimantan Barat. Lokasi itu terletak persis di belakang Katedral St. Yosef, Keuskupan Agung Pontianak.
Pada seremoni pembukaan expo, Jumat (15/1/16) malam, bocah-bocah lucu berbusana religius itu memantik keinginan beberapa pengunjung untuk mengabadikan mereka dengan kamera telepon seluler. Jow Bonaventura, siswa kelas 3 SD Suster (yang dikelola Tarekat Suster SFIC), mengenakan busana khas uskup. Ia diminta duduk dikursi, sementara bocah-bocah berbusana religius lainnya berdiri mengitari.
“Ayo, Bapak Uskup senyum, ini mau difoto,” goda seorang ibu yang terlihat begitu gemas.
“Waduh, lucu-lucunya mereka. Ayo foto-foto dulu,” komentar ibu lain yang mengabadikan anaknya bersama bocah-bocah berbusana religius itu.
Jow, si “uskup cilik” itu mengaku diminta gurunya untuk ikut memeriahkan expo dengan mengenakan busana uskup. Ketika ditanya, apakah kelak ingin menjadi seorang pastor, Jow Bonaventura menjawab lugu: “Saya belum tahu, Om.”
Teman-temannya yang lain ada yang mengenakan jubah religius Pasionis berwarna hitam, jubah suster dengan kerudung berwarna putih, juga colekat, dan banyak lainnya. Busana-busana itu sengaja dijahit sesuai ukuran tubuh mereka, sehingga sepintas anak-anak ini terlihat seperti miniatur para religius Katolik.
Perhatian pengunjung juga tertuju pada seorang murid Taman Kanak-kanak (TK) kelas A, yang mengenakan busana dan kerudung suster. Dia digendong sang ibu, sambil terus minum susu dari dot.
“Wah, suster cilik lagi nge-dot, ya,” goda pengunjung kepada putri kecil bernama Laura itu.
26 tarekat religius
Expo panggilan itu diikuti oleh 19 tarekat religius Katolik, ditambah satu stand milik Imam Diosesan (Projo), sehingga jumlah seluruh stand sebanyak 20. Koordinator Expo, Sr. Seli Sigiro SFIC mengatakan, expo tersebut sebagai bagian dari penutupan Tahun Hidup Bakti di Keuskupan Agung Pontianak.
Di stand-stand tersebut tersedia berbagai informasi tentang mereka masing-masing. Ragam informasi termasuk juga bentuk-bentuk jubah biarawan-biarawati yang mengalami beberapa perubahan, juga brosur, buku-buku, foto-foto, bahkan video kegiatan. Di stand religius Fransiskanes, dijual beberapa pernak-pernik rohani, seperti kalung salib khas “Tao”.
“Di seluruh Kalimantan Barat, ada 26 tarekat, 19 di antaranya ikut dalam expo ini ditambah satu stand Imam Diosesan. Ini kesempatan bagus bagi keluarga-keluarga membawa anak-anak mereka, supaya lebih mengenal berbagai tarekat religius berikut karya-karya mereka,” kata Sr Serli.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong tumbuhnya bibit-bibit panggilan bagi kalangan muda Katolik, agar mereka berminat untuk menjadi pastor, bruder, dan suster. Selain itu, juga sebagai wahana informasi bagi umat Katolik secara umum, sehingga panitia mengusung tema “Keluarga dan Panggilan Hidup Bakti”.
Di stand Ordo Kapusin (OFMCap), dipajang foto pastor Kapusin yang pertama dari Kalimantan Barat, yakni Pastor Matheus Sanding OFM Cap. Foto itu setinggi tubuh manusia dewasa, memperlihatkan “Kakek Sanding”–begitu sapaan akrabnya–mengenakan jubah Kapusin warna colekat.
Kakek Sanding, yang juga ada di lokasi expo, mengatakan, kegiatan seperti ini tak pernah terbayangkan di masa mudanya. Namun kini, generasi muda yang ingin menjawab panggilan Tuhan, sudah memiliki banyak pilihan tarekat yang bisa dimasuki.
“zaman saya dulu, tahunya ya cuma Kapusin. Sekarang sudah banyak. Melihat keceriaan anak-anak ini, saya merasa seperti muda kembali,” ujar Pastor Sanding, yang kini telah berusia 81 tahun, namun tetap terlihat sehat.
“Saya ditahbiskan tahun 1966 dan merupakan kakak kelasnya Mgr Bumbun,” tambah Pastor Sanding. Mgr Bumbun yang dimaksud adalah Uskup Agung Emeritus Keuskupan Agung Pontianak, Mgr Hironimus Bumbun OFM Cap.
Pastor Iosephus Erwin OFM Cap, yang berjaga di stand mengatakan, informasi dan brosur disediakan agar pengunjung memahami visi misi ordo itu, sekaligus untuk generasi muda ada penjelasan tentang cara bergabung jika mereka merasa terpanggil. Pastor Erwin mengatakan, foto Kakek Sanding berukuran besar sengaja dipajang untuk memotivasi agar para imam teguh dalam panggilannya hingga mencapai usia tua.
“Ini beberapa brosur kami, silakan dibawa dan jangan lupa doakan kami,” pinta Pastor Erwin.
Di beberapa bidang di ruang expo, dipajang beberapa foto tua hitam putih. Di sana tercetak suasana awal misi Katolik di Kalimantan Barat, dengan misionaris berjenggot tebal, serta para suster dengan jubah dan kerudung lebar dan sangat tertutup. Di beberapa bagian, para misonaris itu berfoto bersama umat dalam kondisi bangunan yang masih sangat sederhana.
Di stand Bruder MTB, terlihat Bruder Greg tekun memintal tali-tali kalung untuk salib Tao. Bruder bertubuh makmur dan memelihara misai putih yang lebat ini ramah menyapa setiap pengunjung, di antaranya ada yang membeli kalung salib tersebut. (*)