Festival Kesenian Tradisional OMK Kulon Progo, Membangun Tradisi

1
1,937 views

LAPANGAN Boro, Banjar Asri, Kecamatan Kali Bawang, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta riuh penuh anak muda berpakaian aneka macam. Sebagian besar berpenampilan layaknya para penari. Salah satu gelaran yang disajikan datang dari Kelor, Wonosari yang menyajikan cerita asal mula nama Pantai Ngobaran.

Gerak tari mengikuti ritme gending dan prolog serta lagu yang didendangkan mempertegas cerita tentang kisah cinta Prabu Brawijaya V dan kedua istrinya. Suatu hari dalam pelarian karena serangan pasukan Kerajaan Demak, Prabu Brawijaya menemui jalan buntu.

Di saat terdesak, ia bertanya pada istrinya “cintamu sebesar apakah?” Istri pertama menjawab sebesar gunung sedangkan istri kedua sebesar kuku hitam saat dipotong akan tumbuh lagi. Ia menganggap jawaban istri pertama menunjukkan cintanya yang lebih besar maka ia mengajak istri pertama untuk terjun ke tengah api yang menyala (berkobar-kobar) untuk bunuh diri. Dan selanjutnya, pantai tempat mereka bunuh diri disebut Pantai ngobaran.

Ini adalah salah satu kisah sendra tari yang disajikan dari sekian banyak penyaji yang datang dari berbagai tempat di Kulon Progo. Gelaran bertajuk Festival Kesenian Tradisional (FKT) OMK Rayon Kulon Progo 2015 semacam rupanya sudah yang ketujuh kalinya diselenggarakan. Festival penuh persaudaraan ini melibatkan orang muda dari Brosot (Bantul), Pelem Dukuh (Nanggulan), Gunung Sempu (Pugeran), Bonoharjo (Wates), Klaten, Promasan-Boro, Kelor (Wonosari), Kedu, dan Keuskupan Malang sebagai tamu.

Tiap penampilan membawa tema keprihatinan atau kekhasan daerah masing-masing yang mebatkan seniman-seniwati setidaknya 60 hingga 160-an Orang Muda Katolik.

“Gatining Peseduluran Jati, Manembah ing Pangbekti. Persaudaraan sejati mengarah tentang pengabdian kepada Allah dan juga kepada sesama,”ujar Koordinator Panitia Festival Kesenian Tradisional (FKT) OMK Rayon Kulon Progo 2015, Theresia Rima Kartika.

Menurut Rima, acara FKT kali ini diselenggarakan dalam rangka tahun syukur ARDAS Keuskupan Agung Semarang, maka melibatkan orang muda dari berbagai tempat di paroki-paroki Kulon Progo, Kevikepan se-Keuskupan Agung Semarang dan keuskupan lain.

Bupati Kulon Progo dr. H. Hasto Wardoyo, Sp. OG sempat hadir juga pada acara ini. Hasto merasa bahwa OMK sungguh luar biasa karena memiliki perhatian pada budaya. “Melalui budaya kita bisa olah rasa,” ungkap Hasto. Dalam olah rasa inilah manusia mampu membangun kerukunan dan membangun persaudaraan untuk kemajuan bersama. Bupati ini juga mengajak masyarakat mencintai daerah dan produk yang dihasilkan. “Meski lebih mahal tapi mari kita beli produksi yang dihasilkan oleh masyarakat Kulon Progo,”katanya.

Lewat cerita-cerita rakyat yang diangkat dalam festival ini, OMK juga berperan membangun persahabatan dan persaudaraan dengan pemerintah, antar agama, juga masyarakat setempat.

Sumber : orangmudakatolik.net

1 COMMENT

  1. Salut untuk OMK Boro, terimakasih untuk saudara-saudara yang berbeda keyakinan namun dengan sepenuh hati berkenan ikut mendukung acara ini, sehingga saya merasa nyaman dan mampu menikmati acara ini. Terimakasih Pak Polisi dan Pemda Kulon Progo.

    Salam
    Jayatun

    NB : dengan acara ini, saya terbantu dalam membentuk karakter anak saya, walaupun ia hanya sekedar menjadi salah satu penari dari Klaten Raya. Proses latihan yang membutuhkan ketekunan, kedisiplinan dan kerjasama dengan penari lain paling tidak ikut berperan dalam pembentukan karakternya sebagai OMK.
    Trimakasih Bu Endang Martha yang berkenan mengajak anak saya ikut dalam acara ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here