Fight or Run

0
236 views
IlustrasiL Jangan lari dari masalah.

Selasa 26 Desember 2023.

  • Kis. 6:8-10; 7:54-59.
  • Mzm. 31:3cd-4,6,8ab,1v6bc,17;
  • Mat. 10:17-22.

MASALAH sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahkan buat beberapa orang, masalah dapat membuat mereka benar-benar merasakan arti kehidupan.

Sayangnya, tidak setiap orang bisa menghadapi segala masalah yang datang menghampirinya. Beberapa dari mereka justru lari dari masalah, sekalipun hanya dihadapkan dengan masalah yang sepele.

Fight or run merupakan naluri alami manusia saat menghadapi suatu masalah. Bahkan, melarikan diri dari masalah termasuk sebagai bentuk pertahanan diri.

Seorang ayah, mengingatkan anaknya yang pulang ke rumahnya dengan meninggalkan isteri dan anak-anaknya karena masalah hutang yang mellilit keluarganya.

“Apapun risikonya, kamu harus siap menghadapi. Jangan malah lari, apalagi melimpahkan permasalahan kepada orang lain,” kata bapak kepada anaknya.

“Kamu sudah bertindak dan mengambil langkah bahkan sudah memutuskan maka selanjutnya kamu harus bertanggung jawab,” urainya dengan tegas,

“Saya khilaf dan tidak menyangka dampak keputusanku begini besar dan rumut,” jawab anaknya.

“Sikap tanggung jawab mencerminkan kualitas dirimu. Tunjukkan kamu bukan sosok pengecut yang hanya berani berbuat ulah kemudian lari dari masalah,” sahut bapaknya.

“Setiap keputusan yang diambil harus diiringi keberanian bertanggung jawab,” katanya lagi. “Karena segala sesuatu ada konsekuensinya,” lanjutnya.

“Kamu tidak bisa lari dari masalah begitu saja. Tapi harus siap menghadapi dengan penuh keberanian,” lanjutnya lagi.

“Saya akan pulang ke rumah, saya akan bertanggung jawab dan membicarakan dengan isteri dan anak-anakku,” jawab anaknya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”

Menjadi murid Yesus penuh risiko yang sekaligus merupakan konsekuensi yang harus ditanggung, Yesus sendiri sudah menegaskan bahwa jalan kemuridan adalah menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.

Kisah Stefanus menunjukkan risiko kemuridan itu: penolakan dan kematian.

Setiap hari kita berhadapan dan bergulat dengan begitu banyak persoalan dan godaan, realitas masyarakat dan dosa sosial yang mengusik hati nurani.

Dilema sering menghinggapi kita, antara menghadirkan suara kenabian atau diam karena takut atau malah ikut terlibat.

Idealnya memang berani menjadi nabi, tetapi risiko terlalu besar dan mengerikan. Tak jarang akhirnya kita memilih diam saja.

Warta Yesus membawa damai yang dipesankan kepada para gembala pada Hari Raya Natal harus kita perjuangankan dengan berani mengambil risiko.

Natal bukan lagi soal pesta sukacita namun soal pertanggungjawaban hati kita telah memilih Tuhan Yesus sebagai sembahan hidup kita di hadapan aneka tantangan dan rintangan dalam kehidupan ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani mempertanggungjwabkan iman kepercayaanku sebagai pengikut Yesus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here