FILANTROPI lintas iman diyakini bisa memperkuat kerukunan dan keberagaman di Indonesia. Praktik filantropi lintas iman sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini di mana persatuan dan kesaturan bangsa dinilai dalam ancaman serius.
Melalui kegiatan filantropi, masyarakat dilatih dan didorong untuk peduli dan membantu sesama tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. Selain itu,
pendekatan kesejahteraan yang ditawarkan filantropi juga bisa menjadi solusi bagi masalah radikalisme dan terorisme yang diakibatkan oleh kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Peran dan kontribusi filantropi lintas iman dalam memperkuat kerukunan dan keberagaman di Indonesia ini dibahas dalam Philanthropy Learning Forum ke-17 yang diadakan hari Selasa (6/6/2017) di @america, Jakarta.
Forum yang digelar Filantropi Indonesia bekerjasama dengan @america ini menghadirkan 3 pembicara, yakni Dr. Haidar Bagir (Aanggota Badan pengarah Filantropi Indonesia), J.
Victor Rembeth (Anggota Dewan Pengawas Humanitarian Forum Indonesia/ HFI), Muhammad Nuzul (Ketua Seknas Gerakan Mari Berbagi/ GMB).
Forum diskusi bulanan ini dihadiri oleh para pegiat filantropi dan organisasi sosial, mahasiswa dan akademisi dan dimaknai sebagai kegiatan kedermawanan atau berbagi sumber daya yang didasarkan cinta kasih kepada sesama manusia dengan tujuan mengatasi persoalan sosial dan memajukan kepentingan umum.
Salah satu bentuk kegiatan filantropi yang saat ini berkembang pesat adalah religious based Philanthropy atau filantropi yang didorong dan dilandasi ajaran keagamaan. Kegiatan filantropi ini umumnya yang dilakukan oleh komunitas, kelompok dan organisasi yang berafiliasi pada agama tertentu.
Meski berbasis agama tertentu, kegiatan berbagi dan menolong sesama ini dilakukan tanpa membeda-bedakan suku, agama atau ras tertentu. Mereka memberikan sumbangan dan bantuan kepada individu atau kelompok-kelompok lainnya tanpa diskriminasi, tanpa melihat latar belakang penerima manfaat.
Bahkan, dalam banyak kasus, mereka banyak menolong dan membantu kelompok
agama yang lain. Kita sering menjumpai beberapa lembaga filantropi lintas iman berkolaborasi dan mengembangkan kemitraan untuk menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik dan bencana, serta bahu membahu dalam mengatasi persoalan sosial masyarakat, praktik filantropi lintas iman ini relevan dengan kondisi saat ini di mana persatuan bangsa dinilai dalam ancaman serius.
Ujaran kebencian (hate speech) terhadap agama serta etnis yang dianggap berbeda
telah berkembang pesat yang berdampak pada meningkatnya fanatisme, intoleransi, tindak kekerasan dan diskriminasi atas nama agama. Pembiaran terhadap praktik-praktik intoleran sesungguhnya berpotensi mengancam stabilitas keamanan dan integritas bangsa Indonesia karena bisa menjadi tempat bersemainya pikiran-pikiran dan aksi terorisme.
Filantropi yang dikenal sebagai aksi berbagi kasih kepada sesama ini dipercaya bisa berperan penting dalam membangun kerukunan dan toleransi berbagai kelompok dan individu dengan keyakinan yang berbeda dalam masyarakat. Melalui kegiatan filantropi, masyarakat dilatih dan didorong untuk peduli dan membantu sesama tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan.
Dalam sebuah masyarakat yang bercorak pluralistik seperti Indonesia, memang diperlukan dan harus diperkuat oleh lembaga-lembaga filantropi yang bernuansa lintas iman, lintas agama bahkan lintas kepercayaan. Fungsi lembaga-lembaga ini akan menjembatani persoalan-persoalan kemanusiaan secara lebih luas sehingga dapat bersama-sama membangun bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.
Selain berkontribusi signifikan dalam merekatkan kerukunan, meningkatkan toleransi serta dialog antar umat beragama, filantropi lintas iman juga mendorong kemajuan ekonomi, kesehatan, pendidikan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kepedulian dan kedermawanan sebagai ajaran di semua agama di Indonesia tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang kurang beruntung, tetapi juga mendorong perubahan dan perbaikan nasib sesama manusia.
Pendekatan kesejahteraan yang ditawarkan lewat filantropi dinilai bisa menjadi solusi bagi masalah radikalisme dan terorisme yang diakibatkan oleh kemiskinan dan kesenjangan sosial. Lewat kegiatan filantropi, kohesi sosial bisa lebih
direkatkan, persoalan sosial bisa diatasi bersama dan kesejahteraan warga bisa ditingkankan.
Dalam praktiknya, individu, komunitas atau lembaga yang mengembangkan kegiatan filantropi lintas iman juga menemui banyak tantangan. Salah satu kendala yang banyak ditemukan di lapangan adalah kecurigaan akan adanya misi atau doktrinasi agama atau keyakinan tertentu. Misalnya, setiap ada kegiatan filantropi umat non Muslim masuk ke wilayah masyarakat muslim, atau sebaliknya, maka timbul kecurigaan membawa misi ke arah agama tertentu.
Beberapa lembaga filantropi mencoba mengatasi masalah ini dengan menggandeng komunitas atau lembaga filantropi lintas iman untuk berkolaborasi dalam menjalankan program di daerah tersebut. Melalui kolaborasi ini kecurigaan bisa diminimalisir dan program bisa dijalankan dengan optimal.
Selain itu, lembaga-lembaga filantropi yang bergerak di misi kemanusiaan juga menerapkan prinsip nonproletisi yang mengandung larangan untuk menyebarkan agama atau keyakinan tertentu pada saat menjalankan misi kemanusiaan melalui sumbangan dan pelayanan sosial.
Nirlaba
Filantropi Indonesia adalah sebuah perhimpunan/asosiasi yang bersifat nirlaba dan
independen yang bertujuan memperkuat lembaga dan kegiatan filantropi di Indonesia agar bisa berperan dan berkontribusi dalam pencapaian keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Kegiatan Filantropi Indonesia difokuskan pada: kajian dan edukasi, peningkatan kapasitas organisasi filantropi, fasilitasi kemitraan lembaga filantropi dengan
sektor lain, serta advokasi kebijakan.