Film “Midway”, Intelijen Menangkan Amerika vs Jepang di Samudera Pasifik

0
848 views
Film "Midway" (Ist)

DALAM perang mana pun, kalau ingin menang, maka jangan dengarkanlah laporan intel. Karena itu, sebelum melancarkan perang, kedua belah pihak yang saling bermusuhan akan terlebih dahulu mengirim tim reconnaissance.

Tim ini bertugas untuk melakukan pengintaian dan penyelidikan agar pihaknya bisa mengukur kekuatan lawan. Juga memutuskan kapan dan dari posisi mana serangan mematikan itu nanti akan dilancarkan guna “membungkam” kekuatan lawan.

Serangan udara ke Pangkalan AL Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941 adalah bukti bahwa intelijen Amerika kedodoran melawan armada AL Jepang. Lalu, berdasar kegagalan itu, Pentagon lalu mengutus Laksamana Chester Nimitz ke Pasifik untuk merancang serangan balasan guna menaklukkan Jepang.

Untuk tugas maha penting dan menentukan babak akhir Perang Pasifik ini, Angkatan Laut Amerika mengandalkan pasokan informasi dari kalangan intel. Maka di sini berperanlah Edwin Layton (Patrick Wilson), seorang perwira intel AL Amerika yang pernah mengemban tugas sebagai atase militer di Kedubes AS di Tokyo.

Itu terjadi jauh-jauh hari di tahun 1937.  Sebelum meletup Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik antara kekuatan tentara Kekaisaran Jepang melawan Sekutu di Asia Tenggara dan kawasan Pasifik.

Sudah di tahun 1937 itu, Layton kenal baik dengan Laksamana Isoroku Yamamoto yang nantinya akan menjadi musuhnya di Perang Pasifik.

Langkah berani

Laksamana Nimitz termasuk orang yang patuh akan “rumus perang” yang mengandalkan pentingnya informasi intelijen. Selain mengirim misi serangan udara masuk ke daratan Jepang dengan sandi “Doolittle Raid”, Nimitz menunggu waktu yang tepat untuk menghantam armada Jepang.

Sebelum armada laut dan pasukan udara Jepang berhasil menghantam armada laut Amerika di bawah pimpinan USS Midway, Nimitz berhasil meluluhlantakan armada Jepang. Itu terjadi berkat laporan intelijen yang dipasok Layton.

Kisah nyata

Midway adalah film yang diangkat dari kisah nyata: Perang Pasifik yang makan banyak korban tewas dari kedua belah pihak.

Meski ada unsur dramatisasi dalam film semi-sejarah ini, namun dari Midway memberi pesan sangat jelas bagi kita. Yakni, dalam setiap perang itu yang sangat menentukan kalah-tidaknya perang adalah laporan intelijen.

Dan di wilayah dunia mana pun, semua anggota intel –baik yang berseragam maupun yang berpakaian preman—biasanya direkrut dari orang-orang yang punya daya tahan juang luar biasa, cerdas, dan mumpuni. Tidak hanya dalam strategi perang –duel melawan musuh jarak dekat atau keahlian menembak. Tapi juga dalam diplomasi.

Perwira intel AL Amerika bernama Layton dalam film Midway adalah contoh terbaik yang pernah dimiliki US Navy dalam Perang Pasifik melawan Jepang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here