KEBENARAN (truth) itu rupanya punya dua versi dengan derajad perbedaan yang signifikan. Bagi Prof. Evan Birch (Guy Pearce), kebenaran itu merupakan hasil ‘konstruksi’ pikiran manusia.
Sedangkan, bagi kebanyakan orang biasa, yang disebut ‘benar’ tentu saja kalau hal itu sesuai dengan kenyataan faktual yang pernah terjadi.
Berbekal keyakinan diri akan dua pengertian berbeda atas makna ‘kebenaran’ itu, maka Prof. Birch mampu menyimpan ‘rahasia diri’. Juga, ia mampu mengubur dalam-dalam kecenderungannya untuk bermain cinta dengan mahasiswinya di universitas tempat dia mengajar filsafat bahasa.
Berurusan dengan polisi
Bahkan ketika dirinya dicecar habis-habisan oleh polisi bernama Robert Malloy (Pierce Brosnan), ia tetap saja bisa berkelit. Puncak keterpojokannya terjadi, ketika Zelda, puteri kandungnya, tanpa sengaja menemukan bukti forensik bahwa di kursi jok belakang mobil ayahnya ada sebuah lipgloss milik perempuan –entah itu siapa.
Barulah di kemudian waktu, ketika film bertitel Spinning Man ini mengulik kembali sejarah kilas baliknya, maka menjadi jelas bahwa lipgloss itu milik pemudi ganjen bernama Joice.
Gadis ini ditemukan tewas terjatuh dari tebing dan mayatnya ditemukan di telaga –tempat dia selama ini bekerja sebagai penunggu rental sampan kayak.
Yang menjadi tersangka utama atas hilangnya Joice dan penyebab kematiannya adalah Prof. Evan Birch. Semua alibi Birch langsung terpatahkan di hadapan detektif Malloy, karena tanpa sengaja bukti forensik berupa lipgloss dan serpihan rambut Joice ditemukan ada di bangku jok belakang mobilnya.
Drama rumah tangga
Tafsir atas makna kebenaran itu pula yang membawa hubungan suami-isteri antara Evan dan isterinya Ellen (Minnie Driver) menjadi uring-uringan. Padahal, Ellen tahu benar bahwa kepindahan mereka dari Evanston ke tempat yang baru itu hanya sekedar mau ‘mengubur’ masa lalu Evan di sana. Yakni, petualangan cintanya dengan mahasiswi bernama Anna (Alexandra Shipp) hingga kemudian mahasiswi genit ini kedapatan hamil di luar nikah dan karier Birch sebagai dosen berakhir.
Ketika keluarga ini memulai hidup baru di kota lain dan Birch bisa sukses berkarier lagi, tiba-tiba saja Anna muncul kembali. Dan ketika mahasiswi –mantan pacar- ini kembali mengusik hidup dan petualangan cintanya, maka lagi-lagi makna akan ‘kebenaran’ itu menyeruak muncul kembali.
Film anyar dengan titel Spinning Man ini diadopsi dari sebuah novel berjudul sama besutan George Harrar. Sebagai film, tontonan ini tidak mudah dicerna, karena thriller itu dibangun bukan atas dasar dar-der-dor, melainkan upaya mencari bukti-bukti forensik agar mampu mengungkapkan ‘kebenaran’ itu.
Lucunya, ketika semua bukti forensik itu telah berhasil ditemukan dan semua mengarah pada keterlibatan Birch dalam peristiwa hilang dan tewasnya Joice, detektif polisi Malloy malah menyatakan kasus itu ditutup.
Ia menyodori satu kesimpulan, Birch dinyatakan tidak bersalah dalam proses kematian Joice. Itu karena tidak diketemukan ‘kebenaran’ forensik tanda keterlibatan Birch di TKP di mana Joice dikabarkan berlari menghindari kejaran Birch yang ingin mengajaknya bermain cinta di balik pohon, namun kemudian terjungkal jatuh dari tebing dan kemudian mayatnya tenggelam di danau.
Jadi, atas nama ‘kebenaran’, Birch mencoba mengelabuhi isterinya bahwa dirinya sebenarnya masih saja sangat doyan main mata dengan perempuan muda. Juga, atas nama ‘kebenaran’ forensik, polisi lalu membebaskan Birch dari tuduhan terlibat dalam pembunuhan Joice.
Karena mbulet-mbulet di sekitaran isu ‘kebenaran’ itulah, maka barangkali sutradara Simon Kaijser yang membesut film anyar ini lalu memberi judul lumayan eksentrik Spinning Man.