Film “Tell No One”, Film Dokumenter Pelecehan Seksual Pastor yang Menggoncang Gereja Katolik Polandia (1)

0
1,780 views
Polandia-- Anna korban pelecehan seksual oleh pastor parokinya saat masih berumur 7-8 tahun, Courtesy of CNN & Tell No One. (Ist)

DUA orang Polandia kini menjadi sorotan media, tak kurang CNN International merilis berita ini di edisi tayangnya tanggal 27 Mei 2019.

Orang “penting” yang kini menjadi sorotan publik itu adalah Pastor Jan A, kini sudah sangat sepuh dan resmi pensiun yang tingga di sebuah pastoran khusus untuk para imam purna karya di Kielce, Polandia Tengah.

Sosok kedua peretas sensasi nasional adalah Ny. Anna Misiewicz, kini berumur 39 tahun, namun punya kenangan pahit ketika masih remaja cilik  berumur 7-8 tahun pernah “dikerjain” Pastor Jan A saat imam muda itu memimpin Paroki Topala.

Kejadiannya  beruntun dan berulang kali, demikian pengakuan Anna sebagaimana dituturkan dalam film dokumenter bertitel Tell No One alias Jangan Omong-omong ke Orang Lain Ya.

Singkatnya, saat masih remaja cilik menjelang penerimaan Komuni Pertama di Paroki Topola itu, Anna sering diajak naik ke lantai dua pastoran dan diarahkan masuk ke kamar pribadi Pastor Jan A dan pintu kamar itu lalu dikunci dari dalam oleh sang pastor.

Di kamar pribadi itu, hanya tinggal mereka berdua.

Lalu, setelah peluk sana-sini sembari meremas bagian-bagian tubuh sensitifnya, demikian pengakuan Anna dalam Tell No One, maka sang pastor itu pun lalu melakukan masturbasi di depan Anna sembari menggunakan tangan gadis cillik agar terjadi orgasme.

Dialog “kejam”, langsung tembak ke sasaran

Percakapan di antara kedua tokoh sentral itu di kamar pribadi sang pastor yang sudah sepuh diam-diam telah direkam oleh Tomasz Sekielski, sutradara Tell No One.

Dialog “kejam” yang berisi pernyataan tuduhan Anna dan pengakuan sontak Pastor Jan A itu terjadi di pastoran tempat para pastor sepuh purnakarya tinggal.

Tomasz menyertai Anna sengaja datang mau menemui Pastor Jan A.

Oleh Anna, Tomasz sengaja diakukan sebagai “suaminya”.

Percakapan panas disertai tuduhan dan pengakuan langsung yang direkam diam-diam oleh “sang suami” inilah yang kemudian naik tayang sebagai film dokumenter Tell No One.

Film panjang ini muncul di jaringan YouTube sejak tanggal 11 Mei 2019.

Terdorong nafsu dan arahan “Setan”

Pertanyaan Anne kepada Pastor Jan langsung menohok ke pusat “sasaran”.

Ia bertanya dengan ganas  dengan mengatakan, apakah Pastor masih ingat “saya” –seorang gadis cilik berumur 7-8 tahun di Paroki Topala yang pernah menerima Komuni Pertama dari Anda?

Pertanyaan itu diajukan sembari menunjukkan foto di mana Anna berdiri jejeran sama Sang Pastor. Dan Pastor Jan A itu serta-merta tidak bisa menolak fakta, bahwa memorinya langsung menuntun dia ke peristiwa lama yang terjadi hamper 32 tahun silam.

Minta ampun

Berbusana serba putih layaknya anak-anak yang menerima Komuni Pertama, Anna yang masih cilik itu menyungging senyum berdiri berjejer sama Sang Pastor .

“Saat itu saya dilanda stres berat… sebagai remaja ingusan saya cemas kalau tampilan (kami) di foto itu seakan bisa membersitkan bahwa telah terjadi ‘sesuatu’ di antara kami sebagaimana remaja sekarang biasa mengatakannya,” papar Anna sebagaimana dikutip CNN International.

Pastor sepuh Jan A, tersanka pelaku pelecehan seksual terhadap Anna ketika ibu paruh baya ini masih berumur 7-8 tahun.

Tentu saja, Pastor Jan A langsung ingat siapa ibu paruh baya yang kini duduk di hadapannya itu.

Selanjutnya, terjadilah percakapan yang “sadis” di mana tuduhan melakukan pelecehan seksual oleh seorang pastor terhadap gadis cilik itu langsung diakui oleh Pastor Jan A.

Di ujung cerita, Pastor Jan A dengan kata-kata tergopoh lalu mengakui bersalah. Saat itu, kata dia, ia telah  “terdorong nafsu” dan mengikuti arahan “setan” sehingga akhirnya ia melalukan hal yang tidak sepatutnya terjadi.

Dengan pengakuan itu, maka pastor itu secara tidak langsung “menyalahkan” setan.

Di ujung akhir pertemuan itu, Anna memang bersedia memberi maaf, namun ia tak sudi Pastor itu boleh mencium tangannya sebagai tanda pengampunan.

 “Saya masih menyimpan derita itu sampai sekarang,” demikian papar Anna kepada CNN.

Anna bersama Tomasz langsung pergi meninggalkan Pastor Jan A yang selama percakapan “sadis” itu tampak sekali grogi dan tidak menyangka bahwa ingatan gadis remaja itu masih “hangat” akan peristiwa yang terjadi hampir 32 tahun lalu.

Pengalaman traumatik

Dalam film Tell No One itu, Anna mengisahkan bahwa kasus pelecehan seksual itu telah membuatnya susah tidur, selalu didera perasaan tertekan, dan tidak lagi bergairah minum susu lantaran ingat peristiwa pelecehan tersebut.

Didorong oleh keinginan mau membereskan pengalaman traumatik itulah, maka Anna pun seakan punya nyali untuk mengunjungi Pastor Jan A dan tempat-tempat di mana pernah terjadi percabulan itu.

Ditemani Tomasz, maka ia berani melakukan percakapan konfrontatif investigatif hingga akhirnya “confession” itu sampai terjadi. Ia datang melihat Pastoran Topola di mana dulu ia menerima Komuni Pertama dari tangan Pastor Jan A, meski didera emosi traumatik.

Anna beranggapan bahwa kasus-kasus semacam itu oleh Pastor Jan A pasti tidak hanya terjadi pada dirinya, melainkan juga pernah menyasar pada beberapa korban gadis cilik lainnya.

Dalam percakapan Anna di kamar pastor sepuh tersebut, sejumlah nama langsung disebutkan dan Pastor Jan A langsung “mengakuinya”.

“Saya mestinya tidak memelukmu dan menciummu,” demikian pengakuan Pastor Jan A dalam dokumen video Tell No One.

Tayangan film ini segera menyulut sensasi kemarahan publik sekaligus kecaman terhadap Gereja Katolik Polandia.

Menggoncang jagad Polandia

Sebagaimana kita tahu, mayoritas warga Polandia adalah Katolik dengan perkiraan sebanyak 90% dari total jumlah penduduknya.

Gereja Katolik sangat berpengaruh di negeri ini yang itu antara lain dibuktikan oleh Kardinal Karol Karol Józef Wojtyła –belakangan menjadi Paus Johannes Paulus II—yang berperan penting di balik layar atas tumbangnya rezim Komunis di Polandia.

Kejaksaan Agung Polandia  menanggapi video itu. Mereka akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus-kasus pelecehan seksual yang melibatkan kaum berjubah pria dengan sasaran anak-anak atau remaja cilik putri.

Kepada CNN sebagaimana dirilis dalam berita edisi tanggal 27 Mei 2019 ini, Tomasz Sekielski merasa berkepentingan menyebarkan rekaman video ini ke ranah publik,  lantaran “kewajibannya” sebagai wartawan untuk mewartakan fakta dan kebenarannya.

“Penderitaan batin yang dialami oleh para korban itu telah memotivasi saya dan karena itu saya ingin berbuat sesuatu hingga bersama saudara kandung saya lalu membuat film dokumenter ini,”paparnya.

Masalah sensitif di Polandia

Tak ada satu produser pun berminat membiayai produksi film tersebut.  Karena itu, dua bersaudara Sekielski ini lalu berprakarsa mengadakan crowd funding melalui layanan internet. Ia sendiri tidak menyangka bahwa respon masyarakat Polandia sangat positif atas ajakan “donasi umum” itu.

Ia mengakui bahwa video rekaman yang kemudian naik tayang dengan titel Jangan Bilang-bilang Ya itu telah melecut kegaduhan di kalangan masyarakat  Polandia karena “bersentuhan” dengan masalah yang sangat sensitif di kalangan Gereja Katolik Polandia.

Padahal, Gereja Katolik itu sangat berpengaruh dalam sejarah politik nasional Polandia.

Ia tak berharap bahwa Paus Fransiskus akan punya waktu dan berminat menonton Tell No One ini.

Namun ketika CNN menanyakan hal itu kepada pejabat Vatikan, maka jawaban yang mereka dapatkan hanya komentar pendek saja. “Ya, kita lihat saja nanti.” (Berlanjut)

Sumber:

  • CNN International: “Polish priest blames ‘devil’ as he’s confronted by the alleged victim whose life was ruined”
  • “Tell No One” by YouTube.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here