DENGAN apa lagi seorang pemimpin negara besar seperti AS masih bisa menghibur rakyatnya ketika rasa aman rakyatnya sudah tercabik-cabik oleh ulah jahat sekelompok teroris? Ketika rakyat AS dibuat terhentak dan kemudian marah lantaran Menara Kembar World Trade’s Center dihantam pesawat bom bunuh diri, yang masih bisa dipidatokan Presiden AS George W. Bush di depan rakyatnya hanyalah janji: Gedung Putih, Pentagon dan Langley’s CIA tidak akan pernah sudi mau berkompromi dengan teroris.
Padahal, kita semua tahu bahwa ketika pidato itu terucap, boleh jadi Washington pun belum punya konsep jelas bagaimana harus menyelesaikan persoalan penting yang telah menciderai harapan masyarakat: kapan rasa rasa aman dan bebas dari gangguan teroris itu akan bisa tercipta kembali?
Para pemimpin AS seperti tergambar dalam beberapa shot film The Dark Knight Rises ini juga menyerukan tekad sama: takkan mau berkompromi dengan teroris yang bernaung di bawah panji-panji Kelompok Bayangan pimpinan Bane (Tom Hardy). Padahal, nun jauh di sana Batman –tokoh super hero kebanggaan masyarakat Gotham— justru masih meradang hatinya. Manusia Kelelawar (Christian Bale) ini dikisahkan masih sibuk berkutat dengan dirinya sendiri. Terutama menyangkut hilangnya rasa percaya diri setelah fisiknya dibuat cacat oleh Joker, musuh bebuyutannya yang berhasil dia kalahkan dalam film The Dark Knight (2008).
Trilogi film Batman
Awalnya muncul Batman Begins (2005). Baru kemudian bersambung dengan The Dark Knight (2008). Di akhir trilogi film Batman lalu muncul sekarang The Dark Knight Rises alias Manusia Kelelawar Bangun Kesiangan dari “tidur panjangnya”: nausea atau kejenuhan akibat didera perasaan kalah dan frustrasi. Singkat kata, Batman kali ini desperate abiz.
Karena itu, sutradara Christopher Nolan merasa perlu menghadirkan seorang guardian bernama Alfred Pennyword. Aktor gaek Inggris Michale Caine sangat bagus melakoni perannya sebagai kepala rumah tangga “istana” sekaligus teman terpercaya bagi jutawan muda sang pewaris tunggal kerajaan bisnis Wayne Enterprises bernama Bruce Wayne.
Toh kekayaan tak mampu membeli kebahagian Wayne. Hari-harinya suram. Ia lebih suka menghabiskan hidupnya menyendiri ‘bersembunyi’ di balik tembok kenangan akan kejayaan masa lalunya. Dengan sengaja, Bruce mau mengubur kisah sukses masa lalunya dengan cara hidup soliter.
Namun tidur panjangnya tak pernah kesampaian. Gotham yang dibuat panik dan porak-poranda akibat ulah bengis Bane –nama penjahat pimpinan Kelompok Bayangan— telah memaksa Bruce Wayne bangun siang: segera berganti rupa dan dalam sekejap langsung ….wuzzzz melesat ke udara menjadi Batman.
Batman lesu darah
Sutradara Christopher Nolan mengkasting Batman bukan lagi pahlawan gagah berani tak mempan oleh senjata. Bruce Wayne yang telah bermetamorfosa menjadi Manusia Kelelawar ternyata kalah trengginas dengan Cat Woman alias Seline Kyle yang dimainkan dengan sangat seksi oleh aktris Anna Hathaway.
Bahkan di hadapan Bane pun, Batman dengan mudahnya harus bertekuk lutut hingga rela dibuang di sumur bersama kawanan the loosers semua. Bane yang oleh sutradara dibesut harus menjadi penguasa baru di Gotham sepertinya telah menjadi raja baru. Tak kurang, kepala polisi Gotham Komisaris James Gordon (Gary Oldman) pun berhasil dia lumpuhkan hingga tak terkutik.
Tapi justru di tangan polisi muda bernama John Blake (Joseph Gordin-Levitt), harapan Gotham bisa merebut kembali haknya mendapatkan kehidupan tenang dan aman itu masih ada. Dari lingkaran dalam di Wayne Enterprises juga masih ada Lucius Fox (Morgan Freeman) yang tiada henti menjadi mentor rohani dan bisnis Bruce Wayne alias Batman.
Sesuai judulnya The Dark Knight Rises, maka Bruce Wayne pun dikasting sutradara harus segera bangun dari “tidur panjangnya” untuk bersiap merebut kendali keamanan kota Gotham dari tangan Bane dan para cecunguknya. Karena itu, saya pribadi lebih suka memberi judul film ini dengan sedikit nakal yakni Batman Bangun Kesiangan lantaran Gotham sudah jadi porak-poranda dan terancam lenyap dari daratan karena bom atom. Haiya….kok Mas Batman malah baru muncul di lapangan.
Padahal, 3.000-an polisi sudah terkepung terkubur dalam reruntuhan puing terowongan bawah tanah, tempat Bane dan para tentara bayarannya bermarkas. Batman baru saja bangun kesiangan, ketika kendali bisnis Wayne Enterprises sudah telanjur jatuh ke tangan Miranda Tate (Marion Cottilard) yang semula menjadi orang kepercayaan namun kemudian terbukti berkhianat.
Sudah bangunnya kesiangan, eh kalah lagi. Inilah sisi buram jalinan cerita The Dark Knight Rises yang didesain sutradara harus berakhir tidak happy ending.
Batman alias Bruce Wayne harus dibuat mati kena tusuk belati Miranda, sementara Gotham telanjur porak-poranda, meski di Washington –lazimnya film-film Hollywood— para petinggi AS bisa keplok-keplok girang karena bom atom Bane berhasil diledakkan di perairan jauh dari Gotham.
Batman harus mati untuk memberi kesempatan bagi John Blake berganti rupa menjadi Robin John Blake. Justru karena Batman bangun kesiangan, maka skenario mengakhiri trilogi Batman dengan The Dark Night Rises berhasil mencapai klimaksnya.
Batman sudah tewas. WarnerBros selaku produser film ini tentunya akan bisa meraup untung besar, sekalipun Century Aurora di Colorado The Dark Knight Rises malah merekam cerita horor dengan tewasnya 12 orang karena kena tembak James Holmes.