
DENDAM itu ibarat jalan nan panjang yang berkelok-kelok tanpa akhir yang jelas. Demikianlah intisari ‘benang merah’ film anyar bertitel The Foreigner (2017) besutan sutradara Martin Campbell.
Film ini menarik, bukan karena dua bintang besar yakni Jackie Chan dan Pierce Brosnan sebagai dua tokoh antagonis di dalamnya. Melainkan lebih karena dua sosok itu membangun jalinan cerita film ini sebagai contoh baik untuk menerangkan epilog di atas: dendam itu ibarat jalan tak berakhir.

IRA (Irish Republican Army) — faksi milisi radikal penentang ‘hegemoni’ kekuasaan Inggris di Irlandia Utara—menjadi pembungkus cerita film hingga mengapa Ngoc Minh Quan (Jackie) berada di jalur kepentingan berbeda dengan Liam Hennessy (Brosnan) –mantan tokoh IRA dan kini pejabat teras Irlandia Utara.
Musuh dalam selimut
Konflik yang begitu intens ini muncul dari sejarah masa lalu yakni dendam. Karena dendam inilah, energi batin tidak pernah bisa ‘lepas bebas’. Sebaliknya, ia akan terus ‘mencari mangsa’ sampai akhirnya balas dendam itu kesampaian sekalipun menghasilkan cerita berdarah-darah.
Hennessy tak sadar bahwa bara dendam itu sejak lama telah menyala besar di rumahnya. Adalah Mary Hennessy (Orla Brady) –sang isteri— yang pertama-tama menyalakan bara api bernama dendam itu. Demi tujuan membalas dendam kematian saudaranya karena mati ditembak tentara Inggris di Irlandia Utara, ia lalu mengumpan Maggie alias Sara McKay sebagai operator penyulut dendam.
London menjadi ajang mainan kotor Maggie bersama jaringan bawah tanah IRA di Ibukota Inggris ini. Di sini pula, Quan bertahun-tahun lamanya telah meniti karir hidup baru sebagai pengusana resto Chinese food bersama sahabat dan asistennya Keyi Lam (Liu Tao).
Hidup Quan yang nyaman itu akhirnya terkoyak dengan matinya puteri tunggalnya Fan (Katie Leung) yang tewas karena serangan bom IRA. Fan adalah hati dan ‘nyawa’ Quan, setelah kedua anaknya tewas dibantai oleh kawanan perompak ketika ia melarikan diri dari Saigon menuju Singapura. Isterinya meninggal dunia setelah melahirkan Fan. Karenanya, jiwa dendamnya bergolak setelah Fan tewas oleh kelompok IRA.

Dendam tak berakhir
Perjalanan dendam yang tak punya akhir itu membawa Quan ke Belfast, Irlandia Utara –tempat Hennessy bercokol sebagai politisi yang punya jaringan pertemanan kuat dengan otoritas Inggris di London. Sudah lama, Hennessy meninggalkan kisah kelamnya ketika masih muda sering membawa senjata dan bom melawan otoritas Inggris di Irlandia Utara.
Karena itu, ketika bom meledak di London dan membunuh puteri Quan bernama Fan, Hennessy serta-merta mengutuk aksi biadab tersebut. Ia tahu benar bahwa bom itu ditanam dan diledakkan oleh kelompok IRA. Namun, Hennessy tak punya info akurat tentang siapa aktor di balik aksi teror fatal yang membuat posisinya diguncang oleh aparat keamanan Inggris ini.

Sisa-sisa perjuangan
Dendam tak berakhir itu diawali dengan kisah heroik Quan. Di film The Foreigner ini, tatapan matanya sering tampak ‘kosong’ dan roman mukanya selalu sombre (muram). Namun di balik penampilannya yang sudah sepuh itu, jangan ragukan Quan kalau sudah ‘unjuk gigi’ kebolehan melakukan teror dan aksi gerilya perang kota.
Maklumlah, ketika terjadi Perang Vietnam antara Viet Cong yang komunis dari Utara melawan kelompok pro demokratis di Selatan, Quan adalah sosok penting di garis komando pasukan Amerika. Ia adalah perwira intelijen dan operator khusus tentara Amerika dengan kualifikasi special forces.
Nyala bara api dendam itulah yang kini menjiwai Quan sehingga heroisme sebagai mantan tentara AS kembali meletup. Resto dan sohibnya Lam di London lalu dia tinggalkan. Quan telah berketetapan ingin memburu Hennessy di Belfast dengan harapan bisa memberi info tentang siapa ‘penanam’ teror bom IRA di London yang telah menewaskan puterinya Fan.

Dendam itu seperti jalan berkelok-kelok. Itu sungguh tragis. Bagaimana bisa diterima oleh Quan, ketika Hennessy tidak tahu siapa yang kini sedang ‘bermain kotor’ di London. Teror bom itu sungguh telah mengoyak jalan damai yang berhasil dia rintis mendamaikan Irlandia Utara dan Inggris.
Barulah di akhir film ini, semuanya menjadi jelas bagi Hennessy. Ternyata prakarsa teror bom itu justru datang dari teman tidurnya sendiri di rumah: isterinya sendiri yang bernama Mary dan konco idaman lain yakni Maggie.
Mary menjadi perancang teror bom di London dan Maggie bersama jaringan bawah tanah IRA di London menjadi operator mengeksekusi bara dendam kelompok IRA terhadap Inggris.
Tragisnya lagi, Mary diam-diam sering menjadi teman tidur Sean Morrison, keponakan Hennessy dan pembunuh sewaan guna melenyapkan Quan. Namun, atas suruhan Hennessy itu pula, Sean akhirnya menjadi eksekutor yang melenyapkan kekasih gelapnya: Mary, isteri Hennessy dan bibinya sendiri.

Citarasa Rambo
Naskah film The Foreigner dikerjakan oleh David Marconi dan diadopsi dari buku bertitel The Chinaman (1992) besutan Stephen Leather.
Bagi penggemar film-film lawas bernafaskan Rambo, maka segala aksi heroik one-man-show yang dipertontonkan Quan dalam memburu Hennessy menjadi hal lucu untuk masa sekarang.
Karena itu, film The Foreigner ini menjadi menarik bilamana diletakkan dalam konteks geopolitik lawas. Terutama, ketika London dan Belfast di Irlandia Utara masih sering bersitegang.
Komunikasi politik yang panas itu meletup di London dan Belfast lantaran seringnya terjadi aksi-aksi teror IRA yang menyasar kepentingan London di satu pihak dan tindakan tegas tentara Inggris di belahan Irlandia bagian utara.