LALU lintas sore di Kawasan Pejompongan, Benhill di Jakarta Pusat – bukanlah rute yang menyenangkan. Sebabnya: macet banget.
Tapi Selasa sore (25/7), 50-an orang tanpa keluh kesah telah berani menempuh perjalanan yang sudah pasti macet itu menuju kantor Wyr Solution.
Sebagian besar telah tiba sebelum jadwal acara pkl 18.00 WIB. Tentu mengantisipasi macet dan bukti semangat ria menghadiri gathering spesial PaLingSah dan segenap alumni Seminari Menengah Mertoyudan lintas Angkatan.
Di acara dadakan berjudul “Nguntabke Sedulur Tugas: HE M. Trias Kuncahyono & Keluarga”.
Judul acara dikesankan sangat nyentrik. Perlu disclaimer juga, demikian kata Pak St. Sularto, karena kata Bahasa Jawa Nguntabke itu bisa punya dua arti dengan konotasi baik dan buruk.
Karena nguntabke atau nguntabake itu berarti memberangkatkan atau mengantar dengan sukacita. Satunya berarti mengantar pergi jenazah ke tempat pemakaman.
Geer, tawa peserta begitu dijelaskan Pak Larto, penulis senior dan mantan Wakil Pemimpin Umum Kompas – seniornya Mas Trias.
Penulis tiba tepat waktu, dan ruang acara sudah dipenuhi para sesepuh PaLingSah dan alumni Seminari Mertoyudan dari berbagai angkatan – 1974 sampai 2014.
Baca juga:
- Misa Paska PaLingSah 2013 bersama Mgr. Suharyo: Bapa Uskup Sumbang Rp 200 Ribu (3)
- PaLingSah: Katanya, Baru Yang Ini Pasti “Paling Sah” …. (4)
- Markus Budiraharjo, Dosen Universitas Sanata Dharma Lulusan AS Jabat Ketua Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM)
Trias Kuncahyono belum tiba – masih berjuang menembus kemacetan. Para peserta dipersilakan tuan rumah – Mas Wiryawan dan Mba Tati – untuk makan dulu. Tersedia aneka ragam kuliner enak, mulai dari soto tengker, nasi sanglah, camilan, sampai buah. Buahnya bukan sembarang buah, tapi si raja buah alias durian. Dan jenisnya super monthong.
Sibuklah para peserta ngobrol ria – semua tampak saling kenal – sambil menikmati sajian.
Beberapa peserta akhirnya menyusul, dan tibalah Mas Trias. Datang sendiri karena isterinya Atiek – dulu wartawan Fokus Indosiar– sudah ada janji dengan dokter gigi. Demikian info ringkas Mas Trias.
Setelah semua makan – termasuk Mas Trias – acara yang dipandu oleh Mas Basuki Ismail (Merto 77) dimulai. Informal saja – isinya celotehan beberapa figur PaLingSah dan Mertois, lanjut Mas Wiryawan, puncaknya tentu yang dihajati acara: sambutan dari Mas Dubes Trias Kuncahyono.
Dihujani puji-pujian
Dari awal sampai akhir, semerbak puja puji diucapkan para pemberi sambutan – mulai dari Pak Kaduhu mewakili PaLingSah sampai Mas Wiryawan. Semuanya kompak bahwa banyak sumbangsih positif yang telah dilakukan Mas Trias dan banyak karakter keren yang melekat pada pribadinya.
Rupanya Mas Trias termasuk pendiri resmi program belarasa KAJ Berkat Santo Yusuf (BKSY). Namanya ada di akte pendirian dan juga termasuk yang memberikan setoran modal awal Yayasan.
Begitu cerita Pak Kaduhu, mantan bankir top yang hingga kini masih tetap menjadi pembina BKSY.
Baca juga:
- Misa Paska 2013 PaLingSah Bersama Mgr. Ignatius Suharyo: Bersaudara, Cara Sederhana untuk Beriman (1)
- Demi Berkat Santo Yusup (BKSY), PaLingSah Ajak Umat KAJ Berdonasi untuk Misi Kebaikan (4)
Karena disuruh Pak Larto
Di akhir, Mas Trias klarifikasi bahwa keikutsertaannya dalam pendirian BKSY sebenarnya karena menjalankan ‘perintah’ Pak Larto untuk menghadiri pertemuan pembentukan BKSY.
Mas Trias juga terus terang mengungkapkan dirinya tidak pernah terlibat lagi dalam BKSY.
“Saya rajin diundang Mas Kasyanto dan saya rajin menolak undangan tersebut,” ujarnya disambut tawa forum.
Walaupun begitu, Mas Trias menyatakan dukungan penuhnya atas program asuransi belarasa tersebut.
Dubes Katolik terpopuler
Mas Trias layak digelari Dubes Katolik paling populer.
Selama dua pekan terakhir ini -setelah resmi dilantik menjadi Duta Besar untuk Tahta Suci Vatikan tanggal 26 Juni 2023 oleh Presiden Jokowi- maka hari-hari kesibukannya selalu dipenuhi undangan-undangan pertemuan. Juga undangan pelepasan disertai ucapan selamat bertugas ke Vatikan. Undangan dan sapaan itu datang dari begitu banyak komunitas.
“Acara PaLingSah Merto ini adalah yang keempat dalam agenda saya hari ini,” jelasnya.
Begitu sibuknya sampai terlihat lebih kurus dari waktu misa syukur di rumah pribadinya dua pekan lalu.
Belum pernah ada duta besar Katolik – sejauh penulis kenal – yang serame ini pelepasan untuk berangkat tugas.
Jelas, Mas Trias itu populer dan banyak temannya.
Penulis andal
Bahwa Mas Trias itu seorang wartawan senior dan penulis andal di Kompas tentu sudah rahasia umum.
Minatnya yang kuat pada sejarah dan penjelajahan negara asing, pertemanannya dengan beragam kalangan masyarakat, kedekatannya dengan hampir tokoh bangsa. Semua tersurat dan tersirat dalam tulisan-tulisannya – sampai sekarang. Demikian diungkapkan oleh Mas Sulasdi, alumnus Seminari Mertoyudan 1974 -teman seangkatan Mas Trias di seminari- dan kolega kerja di media massa; utamanya di Persda Kelompok Kompas Gramedia (KKG).
Tulisan-tulisannya sudah dihimpun dalam beberapa buku cetak dan lebih banyak artikel lepas. Secara rutin dan konsisten, Mas Trias mengirimkan tulisannya ke jejaringnya, termasuk ke penulis. Tulisannya enak dibaca – referensi akurat, tata bahasa terjalin indah, mampu dikemas ringan.
“Sudah banyak imam, bahkan uskup yang izin untuk mengutip tulisan saya sebagai bahan homili misa hari Minggu. Makanya saya sebar tulisan pada hari Sabtu – agar bisa jadi referensi materi khotbah,” demikian candanya sambil ketawa.
Pensiun terus berkarya
Mas Trias memulai karier di Kelompok Kompas Gramedia (KKG) dari wartawan junior, sampai membantu pendirian berbagai media massa yang masuk dalam KKG serperti Bernas dan Warta Kota. Di Kompas versi produksi cetaklah namanya beredar luas di Indonesia; sampai ketika harus pensiun dari KKG karena usia dengan jabatan akhir sebagai Wakil Pemimpin Redaksi surat kabar terbesar di Indonesia tersebut.
Setelah pensiun resmi tersebut, rupanya Mas Trias tidak berleha-leha menyeruput kopi di rumah.
Jokowi meminangnya agar ikut terlibat membantunya dalam kampanye pra Pilpres 2019. Keyakinan Mas Trias akan perlunya keberlanjutan program pembangunan pemerintah masa Jokowi membuatnya mencurahkan kemampuan menulisnya untuk membantu menangkal serangan hoaks dan memberi pencerahan tentang kinerja positif pemerintah.
“Saya merasa terpanggil karena ini misi yang baik dan benar,” ungkapnya ketika satu kesempatan menjadi narasumber cripingan PGU Merto.
Menuai berkah pelayanan
Maka tak heran ketika Mas Trias diangkat menjadi dubes.
Dengan keseriusan dan etos kerjanya membuahkan kinerja yang mumpuni. Di mana pun.
Pada tahun 2020 silam, sudah sangat kencang isu bahwa Mas Trias akan diangkat menjadi dubes. Tetapi tahun demi tahun berlalu dan namanya tidak pernah muncul dalam pengumuman dubes baru.
Trias mengaku menyikapi hal itu dengan sikap iman santai saja. Ketika disarankan untuk ‘nanya’ ke atas, dia tegas menolak usulan tersebut.
“Ayahku mengajarkan agar tiap pekerjaan diseriusin saja, tak perlu minta jabatan, nanti akan datang peluang itu sendiri,” demikian alasan penolakan usulan tersebut.
Panggilan itu pun datang menyapanya
Akhirnya masa penantian pun berakhir manis.
Nama Mas Trias muncul sebagai calon dubes. Dan tak tanggung-tanggung penugasannya ke Vatikan. Negara terkecil di dunia – luasnya hanya 0,4 km2 – tapi punya pengaruh besar. Apalagi untuk umat Katolik Semesta.
Vatikan yang super kecil itu adalah pusat agama Katolik sedunia dengan kepala negaranya Paus.
Vatikan yang juga berperan penting bagi Indonesia – termasuk negara pertama yang mendukung pengakuan atas kemerdekaan Indonesia, yakni pada 6 Juli 1947. Dukungan Vatikan ditandai dengan pembukaan kedutaan Vatikan yang disebut Apostolic Delegate yang kini bernama Nunciatura Kepausan atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Maka, penugasan ke Vatikan dimaknai sebagai rahmat luar biasa dari Tuhan oleh Mas Trias.
Prosesnya rupanya tidak mudah. Ada beberapa orang yang berminat dengan jabatan tersebut. Tapi, pilihan terbaik itu akhirnya jatuh ke pundak Mas Trias.
Para peminat tersebut rajin mencari dukungan – termasuk sowan Kardinal Suharyo. Hal ini baru diketahui Mas Trias ketika dia dijembati teman-teman PaLingSah untuk menghadap Kardinal.
Ketika ada yang bertanya Mas Trias anggota partai mana, dengan seloroh dia menjawab: “Saya petugas ‘Partai’ Kompas”.
Acara Nyambangi ke Vatikan
Jelas setelah Mas Trias akan segera berdinas di Vatikan, banyak alumni Seminari Mertoyudan yang ingin jalan-jalan ke sana.
Pesan-pesan sponsor pun muncul supaya sang dubes baru menyambut hangat acara nyambangi nanti.
Mas Trias dengan senyum khasnya menyambut hangat, dan berpesan guyon ‘Jangan lupa, bawain kerupuk yo’
Siap mas Trias, nanti kami bawa karak dari Klaten yang terkenal enak tenan.
Selamat bertugas Mas Trias.
Doa kami agar Mas Trias dan Mbak Atiek berhasil membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional dan menjalin relasi yang lebih dekat lagi dengan Vatikan.
Trimakasih Har untuk reportasi yg apik dan sangat komplit
sip