Foto Hoax: Ahok Makan Bersama Para Suster Ursulin Jakarta

0
5,514 views
Ist

ENTAH siapa yang melakukannya dengan program photoshop atau lainnya. Yang pasti, sebaran foto yang memperlihatkan petahana Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaja “Ahok” Purnama dengan muka riang bergembira makan bersama di refter (ruang makan) sebuah Susteran Ursulin (OSU) di Jakarta Pusat, adalah ‘kabar bohong’ alias hoax.

Dalam sebaran gambar hoax ini terlihat betapa wajah-wajah sumringah menghiasi ‘foto’ tersebut. Tidak hanya Ahok, juga para suster Ursulin yang duduk berderetan menghadap lensa kamera juga tampak hepi.

Baca juga:   Mari Laksanakan Pilkada yang Bermartabat

Sr. Korina OSU adalah anggota Komunitas Suster Ursulin Biara St. Maria Jakarta. Ia mengatakan tidak pernah ada ‘peristiwa’ Ahok makan bersama para suster OSU di biara tersebut. “Saya menyayangkan bahwa foto bohong tersebut dengan cepat bisa menyebar kemana-mana,” tutur biarawati Ursulin yang pernah berkarya selama 10 tahun di Keuskupan Agats-Asmat, Papua.

Sr. Theresia OSU yang duduk di posisi ujung kanan di ‘foto bohong’ tersebut juga ‘protes’ kenapa dirinya bisa ‘muncul’ di foto bohong tersebut. “Saya tampak ada di foto itu, padahal saya tidak ada di biara,” kata Londry mengutip omongan para penggiat Ikatan Santa Ursula Jl. Pos, Jakarta Pusat.

Jangan berkampanye di gereja dan ibadat

Pada tanggal 2 Februari 2017 lalu, Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dengan tegas mengatakan di butir lima bahwa “kita semua hendaknya menjaga agar gereja dan ibadat tidak digunakan sebagai ajang kampanye dalam bentuk apa pun.”

Imbauan tersebut pada hemat penulis sungguh  mendapatkan legitimasinya agar jangan pernah menyeret Gereja –baik hirarki maupun ‘orang-orang Gereja’ (Baca: pastor, bruder, dan suster biarawati)—diam-diam terjun ‘berpolitik’ karena hal itu bukan ranah Gereja, melainkan kaum awam. Bahwa masing-masing memiliki kecenderungan untuk mendukung salah satu calon atau lainnya, maka hal itu bukanlah sebagai representasi Gereja melainkan hak sipil sebagai warga negara.

Beberapa waktu lalu juga beredar foto beberapa suster biarawati memakai baju kotak-kotak dalam sebuah acara ‘main bareng’ ke Rumah Lembang.

Publik tidak bisa membedakan bahwa para suster itu memang mewakili diri mereka sendiri.

Karena terbatasnya pengetahuan publik akan Gereja –termasuk hirarki dan susunan ‘pemerintahan Gerejani’–  maka tampilan foto berbaju kotak-kotak tersebut bisa dengan mudah ditafsirkan oleh pihak lain bahwa Gereja mendukung salah satu kontestan para calon yang kini berlaga memperebutkan kursi empuk sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Umat katolik sebaiknya berbijak kata dan tindakan dalam menyikapi pekan terakhir sebelum Hari-H Pilkada DKI Jakarta.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here