SEBAGAI calon pastor, para frater Ordo Serikat Jesus (SJ)menyadari betapa pentingnya bersahabat dengan saudara dan rekan pemeluk agama lain. Karena itu, bukan hal yang aneh bila mereka mencoba bergaul dengan para santri di Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
Ada secuil kegiatan yang berkesan selama menjalani program ini selama beberapa hari ini. Salah satunya antara lain kegiatan diskusi tentang filsafat karena para santri juga belajar hal yang sama.
“Kami menyelenggarakan diskusi mengenai Thomas Aquinas dan Al Ghazali yang diikuti baik oleh para skolastik maupun para santri,” ujar Frater Billy SJ.
Ketiga frater yang sedang belajar filsafat yang kerap disebut skolastik dari Komunitas Kolese Hermanum Jakarta ini memaparkan pandangan-pandangan Thomas Aquinas. Sementara para santri menguraikan bagaimana tokoh filsuf Al Ghazali melihat dunia dan manusia. Diskusi berlangsung hangat dan akrab. Tentu kegiatan ini memperkaya pemahaman para frater dan santri tentang filsafat dan tradisi dari masing-masing agama.
Dalam perjalanan live in, para frater berkunjung ke beberapa tempat yang dianggap penting dan menarik dalam perkembangan keislaman di Jombang.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah rumah Nurcholish Madjid (Cak Nur) ketika masa kecilnya. Sambutan hangat keluar dari keponakan dan sepupu Cak Nur. Mereka bercerita bahwa memang sejak kecil Cak Nur sudah memiliki pemikiran yang visioner dan mendalam, seperti misalnya keinginan untuk membuatkan jalan penghubung antar kampung.
Usai bincang-bincang, para frater mengunjungi pondok pesantren yang memiliki ciri tasawuf. Pondok pesantren ini tergolong baru dan memfokuskan perhatian mereka pada spiritualitas. Aliran dalam pesantren ini adalah sufi.
“Kami disambut ramah oleh para pengasuh pesantren ini. Yang menarik adalah bahwa semangat yang diusung oleh aliran ini sangat selaras dengan spiritualitas kita dalam Gereja Katolik,” ungkap para frater ini.
Mereka menekankan semangat pengolahan dunia batin, ugahari, dan kesatuan dengan Tuhan. Singkatnya, mereka juga mengusung semangat kontemplatif dalam aksi dalam hidup sehari-hari.
Mereka rupanya juga bertemu dengan pengasuh Pesantren Tebu Ireng, Gus Sholah yang merupakan adik kandung Gus Dur. Dalam diskusi dengannya, bisa didapat sejumput pandangan Gus Sholah tentang keindonesiaan. Dia menyatakan cita-citanya sebagai warga negara Indonesia, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang pantas untuk dinikmati para warganya. Pria yang kalem ini juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan fenomena radikalisme agama dan cita-cita negara Islam.
Perjalanan live in ini semakin meneguhkan keyakinan para frater Serikat Yesus bahwa masih ada harapan yang menjanjikan akan terciptanya kerukunan antar umat beragama.