Puncta 26.12.21
Pesta Keluarga Kudus
Lukas 2: 41-52
KETIKA masih tugas di Kalimantan, kami dibikin geger dengan berita frater hilang.
Ceritanya begini; ada seorang frater dari Jawa sedang menjalani TOP (Tahun Orientasi Pastoral) di Kalimantan. Ia ditugaskan di paroki pedalaman.
Dengan naik sepeda motor, ia berangkat dari Keuskupan menuju tempat tugas. Jarak tempuhnya memang jauh, kurang lebih dua ratusan kilometer.
Pastor paroki tempat dia tugas sudah menunggu selama dua hari. Tetapi frater ini tidak kunjung tiba di paroki. Pastor paroki bingung, was-was dan takut.
Dia memastikan dengan telpon ke keuskupan. Pihak keuskupan menjawab bahwa frater sudah berangkat dua hari yang lalu.
Semua orang mulai kawatir, jangan-jangan terjadi kecelakaan tanpa diketahui.
Semua pastor paroki yang mungkin dilewati dihubungi. Mereka semua menjawab tidak ada frater singgah.
Semua pastor diminta untuk menyusuri rute-rute yang mungkin dilalui.
Saya menyusuri jalur Sumberpriangan – Sungai Kelik – Tayap sampai Sandai.
Tempat-tempat singgah yang biasa dilewati saya tanya. Hasilnya nihil.
Hari ketiga belum diketemukan. Dibuatlah laporan orang hilang di kepolisian.
Ada pula yang mencoba bertanya pada “orang pintar.”
Katanya ada tanda-tanda orang dibuang di daerah Pengukuran.
Tempat itu juga disisir. Tetapi hasilnya nol besar.
Hari kelima pastor paroki yang dituju mengabarkan bahwa sang frater sudah tiba di paroki tidak kurang suatu apa. Semua lega mendengar berita bahwa fater sudah ketemu.
Dia bercerita bahwa motornya bocor di daerah Sandai. Area itu tidak ada sinyal sehingga tidak bisa memberi kabar.
Kebetulan dia bertemu dengan seorang bruder yang turun ke Sandai. Dia kemudian diajak singgah dan menginap di Randau untuk istirahat beberapa hari.
Tempat itu memang tidak ada sinyal internet. Dia tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Itulah yang bikin bingung dan pusing semua orang.
Ada rasa takut, kawatir, gelisah, bingung kalau terjadi apa-apa. Semua menjadi lega ketika frater hilang sudah ditemukan.
Dalam Injil hari ini, kita bisa memahami bagaimana Maria dan Yusuf kebingungan mencari Yesus yang “tertinggal.”
Mereka sudah berjalan pulang sehari perjalanan dari Yerusalem. Mereka baru tersadar ketika Yesus tidak ada bersama rombongan.
Terpaksa mereka kembali lagi ke Yerusalem. Sesudah tiga hari mereka menemukan Yesus di dalam Bait Allah.
Rasa kawatir dan cemas pasti dirasakan oleh Maria. “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Lihatlah, bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari engkau.”
Makin menjengkelkan lagi jawaban Yesus kepada Maria. “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-KU?”
Jawaban yang belum bisa dimengerti oleh mereka. Yesus sudah menunjukkan bahwa Ia berasal dari Bapa, dan seharusnya berada di rumah Bapa.
Maria hanya menyimpan segala perkara dan merenungkannya.
Ada banyak perkara yang tidak bisa dimengerti, dan hanya butuh untuk disimpan saja.
Suatu saat pasti Allah akan menyingkapkan misteri-misteri kehidupan kita. Yang diperlukan adalah sikap seperti Maria; menyimpan segala perkara dan merenungkannya.
Marilah kita belajar dari Bunda Maria dalam menghadapi segala perkara.
Bulan purnama bersinar di malam hari.
Tiada selembar kabutpun menyelimuti.
Tidak semua perkara dapat dimengerti.
Hanya waktu yang akan memberi solusi.
Cawas, belajar menyimpan perkara…