Gaudium et Spes Community (GSC): Kepemimpinan Paradoksal dalam Rangka Servant Leadership (2)

0
1,347 views

GSC2LEBIH lanjut, Tommy Kastanya memaparkan apa yang oleh Greenleaf Center disebut sebagai ‘servant characteristics’ dengan memposisikan orang lain (masyarakat) sebagai pihak yang mesti dilayani kebutuhan sosialnya.

Ketiga hal penting itu adalah sebagai berikut:

  1. Listening yang berarti: – Active, not just passive;  360°, top to bottom; Listening completely before deciding;
  2. Empathy yang berarti:  Separate person from their work;  Walk a mile in their shoes;   Personable with appropriate individuals;
  3. Healing yang berarti:  Help your staff become whole;   Consider their history
  4. Build a future together;

Sementara menjadi seorang pemimpin yang baik seharusnya memiliki beberapa kecakapan berikut ini:

  1. Awareness berarti punya  self & organization;   Sharply awake and reasonably disturbed” (Greenleaf);
  2. Persuasion;
  3. Opposite of positional authority;
  4. Convince and build consensus – quickly
  5. Conceptualization:  S.M.A.R.T. & Make time for strategy;
  6. Foresight: Consequences of present decisions on future outcomes

Kepemimpinan paradoksal

Mengutip gagasan besar Robert K. Greenleaf, maka Tommy pun lalu mengemukakan beberapa poin penting dimana sering kali terjadi konflik ‘kepentingan’ karena kubu yang saling paradoksal. Beberapa hal saling bertolak-belakang itu adalah sebagai berikut:

  1. Great untuk bisa bersikap “cukup, memadai” dari kemungkinan tidak menjadi siapa-siapa (be without pride): seorang pemimpin rela menerima celaan bila gagal, namun rela juga timnya mendapat pujian –dan bukan dia—ketika semua program korporasi berlangsung sukses dan tepat sasaran;
  2. Planned untuk juga sekali waktu bisa bersikap spontan: seorang pemimpin harus punya skejul kerja dan target kerja jelas alias semua harus ditata rapi; namun sekali waktu spontanitas dalam memutuskan sebuah perkara juga penting;
  3. Compassionate vs discipline: seorang pemimpin harus punya semangat belarasa dengan orang lain, sekalipun karakter disiplin mutlak harus ada;
  4. Right vs Say “I’m wrong”: Seorang pemimpin harus punya moralitas dan integritas kepribadian yang tangguh dan baik, namun jangan lupa sebagai manusia juga bisa melakukan kesalahan. Yang penting, dia harus rendah hati berani mengakui “Ya, saya salah!”;
  5. Serious vs Laugh: Bekerja secara serius itu mutlak, namun jangan pula meninggalkan sikap humor;
  6. Wise vs Admit that you also don’t know: Bertindak cermat dan teliti, namun harus berani mengakui kalau sekali waktu memang tidak tahu apa-apa;
  7. Busy vs Listen: Di tengah kesibukan kerja masih ada ‘ruang’ untuk mendengarkan orang lain;
  8. Strong vs Be open to change: Kuat dalam berprinsip tidak harus menutup kemungkinan dari kerelaan untuk berubah;
  9. Leading vs Serve: Memimpin dan mengatur orang lain dengan sendirinya harus juga rela melayani kebutuhan orang banyak.  (Bersambung)

Photo credit: Mathias Hariyadi

Artikel terkait:

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here