Kedua perintah emas, mengasihi Allah dan sesama diambil Yesus dari rumus awal Ibadat Pagi dan Ibadat Sore yang wajib didoakan orang Yahudi dua kali sehari.
Jawaban sederhana untuk sebuah pertanyaan yang berat dan rumit bagi para guru agama bangsa Yahudi yang sibuk memilah-milah 600 lebih aturan dan hukum yang diambil dari 5 Kitab Taurat Musa.
Pesan Yesus kepada para muridNya berbunyi “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu”. Menjadi orang yang diutus adalah menjadi orang yang menghayati kedua perintah utama: mengasihi Allah dan mengasihi sesame. Tetapi bukan kah kedua hal ini sudah kita lakukan?
Tentu saja. Kita kan orang baik-baik. Jadi pasti kita sudah menunjukkan kasih kepada Allah dalam ibadat dan berbagai kegiatan gerejani dan rohani kita. Juga kepada orang lain kita juga baik-baik saja. Tentu hal ini sangat baik. Tetapi mari kita renungkan sekali lagi pesan Yesus secara lebih mendalam: mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Perintah ini tentu maksudnya agar kita mengasihi Tuhan dengan seluruh diri kita. Dan karena perintah mengasihi sesama itu sama dengan yang pertama, maka mengasihi sesama juga hendaknya dengan seluruh pribadi kita; pikiran, perasaan dan kehendak. Kalau pertanyaannya begitu, maka kita terpaksa meralat jawaban kita: ya sudah melakukan, tapi kadang-kadang, tidak selalu.
Berharganya 500 rupiah
Dalam salah satu acara reality show, ada seorang aktor dengan pakaian yang keren dan berlagak orang kaya, mengaku habis dicopet dan kehilangan dompet. Uang yang dia punyai tinggal Rp 300. Dia ingin sekali membeli teh botol yang berharga Rp 800. Karena itu dia berkeliling di satu daerah tertentu mencari ‘mangsa’, yang mau dimintai uang Rp 500.
Dari beberapa orang yang dimintai uang, kebanyakan menolaknya. Bahkan beberapa orang memandang dengan rasa curiga. Sampai pada suatu saat si aktor ini menghampiri seorang pengemis di pinggir jalan. Pakaian pengemis itu sangat lusuh. Kedua kakinya pun kelihatan cacat berbalut perban putih. Dari raut mukanya, kelihatan bahwa kehidupan Si pengemis ini duduk si dekat parkir sepeda motor. Ada beberapa orang yang lewat di dekatnya mungkin merasa iba, dan melemparkan kepingan uang logam.
Untuk mengumpulkan uang logam yang dilemparkan tersebut, si pengemis ini terpaksa menyeret tubuhnya setengah merangkak. Sang aktor kemudian langsung mendekati si pengemis dan menceritakan masalahnya. Yang luar biasa adalah, si pengemis ini tanpa berpikir panjang langsung menyerahkan uang Rp 500 tersebut kepada si aktor. Wow…. saya yang menyaksikan acara tersebut sampai merinding sendiri.
Anda bisa bayangkan, bagaimana berharganya uang Rp 500 tersebut bagi si pengemis, dan dia dengan sukarela mau memberikan kepada orang asing yang tidak dia kenal. Setelah uang Rp 500 tersebut diberikan, akhirnya si aktor mengaku bahwa sebenarnya acara tersebut adalah acara reality show, dan si pengemis mendapat hadiah Rp 1 juta.
Menjadi guru
Dalam wawancara berikutnya, si aktor bertanya, apa sebenarnya motif si pengemis itu dengan sukarela memberikan uang kepada orang asing. Si pengemis menjawab ,”Saya ini sudah bertahun-tahun hidup dari pertolongan orang lain. Orang mungkin sudah menganggap saya sampah masyarakat. Tapi hari ini, saya bangga, karena saya masih diberi kesempatan untuk menolong orang lain yang membutuhkan………..
Dia juga berkata bahwa cita-citanya sejak kecil adalah menjadi guru. Dalam hati saya berpikir, bahwa akhirnya hari itu cita-citanya tercapai. Sebagai seorang `guru’, dia telah mengajarkan kepada kita semua malam itu, apa artinya MENOLONG DENGAN HATI, MENOLONG TANPA PAMRIH. Dan bahwa seorang yang dianggap sampah masyarakat, ternyata masih juga punya suatu impian dan motivasi untuk membantu orang lain.
Hal tersebut sekaligus juga menumbuhkan harga dirinya yang mungkin selama ini telah hilang, bahwa ternyata dia masih punya `power’, bahwa dirinya dibutuhkan oleh orang lain. Terima kasih pak. Hari itu engkau telah mengajarkan kami apa arti ketulusan, yang telah lama terlupakan dalam hati bangsa ini. Semoga kami pun bisa berbagi ketulusan dalam menolong sesama kami.
Mengalihkan perhatian
Mengasihi Allah dan sesama dengan seluruh diri kita adalah ajakan untuk mengalihkan pokok perhatian kita: dari berpusat pada diri sendiri, menjadi berpusat pada Allah dan sesama. Berpusat pada diri sendiri membuat kita merasa butuh, ingin dan berharap. Seringkali hal ini tidak tercapai, maka kita sedih, kecewa, takut, cemas, merasa gagal, tidak dicintai, dan lain sebagainya.
Dengan menolong, bapak tua tadi, merasa dirinya masih berharga dan hal itu membahagiakan dirinya, bahwa ia masih dibutuhkan orang lain. Jadi, berpusat pada Allah dan sesama, bukan beban hidup, tetapi suatu cara hidup yang ditawarkan Allah agar kita hidup bahagia, tidak dibelenggu oleh kecemasan, ketakutan dan ketidak bahagiaan karena yang kita inginkan, harapkan dan butuhkan tidak tercapai.
Jika berpusat pada Allah dan sesama membuat hidup kita jadi bahagia, maka dengan sendirinya hidup kita akan menularkan kebahagiaan kepada sesama, orang-orang yang ada di sekitar kita. Jika kita dapat membuat hidup orang lain bahagia, maka kita sudah menjadi saksi dan utusan Tuhan Yesus. Karena kehadiran kita, maka mereka dapat lebih mudah mengalami Tuhan hadir dan menyapa hidup mereka. Selamat hidup bahagia dan menjadi utusan Tuhan Yesus dalam hidup ini. Amin.
MINGGU BIASA 30, A; 23 Oktober 2011 (Minggu Misi)
Kel. 22:21-27; 1Tes. 1:5c-10; Mat. 22:34-40