“Menjadi Gembala dalam Semangat Martiria” (Jawa: dadi pangon kang ajur ajer) itulah tema temu UNIO regio Jawa di Magelang, Jawa Tengah. Usai napak tilas menimba semangat martiria Romo Van Lith dan Prenthaler, Rabu, 9/9/2015 ini kami diajak studi bersama dengan para narasumber.
Pagi hari kami belajar dengan Mgr. Blasius Pujo Raharjo dan Romo Bambang D tentang sejarah misi di Keuskupan Agung Semarang yang belajar dari van Lith, Prenthaler, dan 10 imam projo semarang yang pertama.
Siang hari kami belajar bagaimana menjadi imam di masa depan bersama Mgr. Sutikno dari Keuskupan Surabaya dan Romo Lily Tjahyadi dari Keuskupan Agung Jakarta.
Pelajaran dari Uskup Bandung
Yang menarik juga adalah sharing gagasan dari Uskup Bandung Mgr. Anton Bandung. Uskup dari Ordo OSC yang masih muda ini, 46 tahun dan baru kurang dua tahun jadi uskup ini mantan Dewan Jenderal OSC. Beliau uskup yang luar biasa berkaitan dengan keuskupan dan imam diosesannya. Gagasan dan arah yang jelas tentang keuskupannya.
Beliau menghayati betul bahwa menjadi uskup itu berarti menjadi romo diosesan. Meyakini juga bahwa romo projo adalah soko guru sebuah keuskupan. Bagi romo projo, uskup adalah bapaknya dan bagi imam lain, uskup adalah gembala.
Beliau sudah kunjungan ke semua romo projo bandung yang berjumlah 37 demikian juga keluarga para romo. Beliau mau berkunjung ketika ada pesta syukur perkawinan orangtua romo projo dan layat anggota keluarga romo. Menurut dia ini yang utama. Selain itu, Mgr. Anton menyebutkan, bahwa pertemuan para romo projo merupakan yang utama. Dan hari-hari ini sedang dijalaninya.
Dalam perjumpaan personal dengan para imamnya, uskup selalu menanyakan tiga hal: soal kesejahteraan rohani hidup doa dll, kesejahteraan material soal makan minum dan uang saku, dan kesejahteraan pastoral soal tugas perutusan.
Sore hari kami belajar dari awam tentang imam masa depan menurut harapan umat. Pertama dari ayahnya Romo Maswan SJ dari Paroki Ignatius Magelang dan ibu Y Sarimurti mensharingkan pengalaman kerjasama (dimintai tolong oleh Romo) dengan Romo, yang lalu melihat perlunya Romo Ajur-ajer dalam memberikan dirinya dalam kehidupan menggereja (romo yang menggembalakan Umat: ngopeni Umat) dan perlunya seorang Romo yang punya jejaring luas juga dengan yang tidak berlebel katolik.
Bapak FX Sarkum mencuatkan 6 pokok pikiran untuk menjadi Imam Diosesan Masa Depan :
a. Memberdayakan Kaum Awam
b. Menjadi Gembala yang Ajur-Ajer dengan Umat dan Masyarakat
c. Menjadi Motivator Kaum Muda untuk Panggilan Hidup Bakti
d. Menit I Perkembangan Kehidupan yang dinamis.
e. Mengembangkan Talenta Khas guan mendukung Karya Pastoral
f. Mengantisipasi Perubahan Kuantintas Pemeluk Agama