Selasa 12 Desember 2023.
- Yes. 40:1-11.
- Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13.
- Mat. 18:12-14.
DARI pengalaman hidup yang kita jalani, kita bisa melihat bahwa Tuhan itu setia. Bukan hanya setia memelihara dan melindungi, tapi juga menggenapi janji-janji-Nya.
Allah yang tidak terbatas itu mau membuat Diri-Nya jadi seolah-olah terbatas; demi menunjukkan kasih setia dan menggenapi perkataan-Nya.
Jika kita semakin dalam mengerti tentang kasih setia Tuhan, maka kita menjadi percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya dalam damai sejahtera. “Waktu saya bekerja di pedalaman, ada beberapa kampung yang umatnya sedikit, dan tinggal jauh dari pusat paroki,” kata seorang sahabat.
“Untuk mencapai mereka perlu perjuangan yang tidak mudah, karena medannya sulit dan tentu perlu biaya yang tidak sedikit karena harus melalui jalur sungai,” ujarnya.
“Kadang perjalanan yang panjang itu, seakan tidak terasa mengecewakan karena waktu sampai di kampung mereka, tidak semua orang ada di tempat karena ada yang tinggal di ladang atau ada yang pergi berburu,” sambungnya.
“Namun demikian keadaan itu tidak membuatku patah semangat karena satu orang umat pun, mereka itu dikasihi dan dijaga oleh Allah sendiri, yang harus saya layani,” lanjutnya.
“Setiap kali melihat wajah tulus dan sederhana serta mendengar kisah mereka, rasanya hati ini menjadi gembira dan penuh semangat kembali,” tegasnya.
“Dari kisah perjuangan mereka, saya merasa diinjili dan dikuatkan untuk setia dalam pelayanan dan pewartaan Sabda Tuhan,” katanya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.”
Dalam perumpamaan gembala yang baik, Yesus secara tersirat mengajarkan bahwa Allah peduli kepada kaum berdosa.
Rasa kasih dan perhatian yang besar kepada dombanya hilang dari seorang penggembala yang setia ini, merupakan gambaran kepedulian Allah terhadap manusia yang hilang tersesat.
Ia tidak bersegera menjatuhkan hukuman kepada mereka yang berbuat dosa atau ingkar terhadap-Nya, melainkan berinisiatif untuk mencari dan membawa mereka pulang.
Bukan berarti Dia memaklumi dosa, tetapi Allah merindukan umat-Nya bertobat dan kembali kepada-Nya. Pertobatan seorang yang berdosa membuat Allah sangat bersukacita.
Kerinduan yang dimiliki Allah untuk selalu menyelamatkan setiap jiwa yang tersesat menjadi pendorong pentingnya sikap bertobat dalam hidup kita.
Allah senantiasa menegur, mengingatkan, dan memanggil kembali setiap orang yang percaya untuk bertobat, meninggalkan kesesatan, dan kembali kepada-Nya.
Bagaimana dengan aku? Apakah aku berdoa dan mencari mereka yang aku kenal yang tersesat dari jalan Allah?