Puncta 7 November 2024
Kamis Biasa XXXI
Lukas 15: 1-10
DALAM pewayangan, domba yang hilang itu bisa diibaratkan pada tokoh Adipati Karna. Dia adalah putera Dewi Kunti yang melahirkan para Pandawa. Tetapi Karna menyeberang ke pihak Kurawa yang menjadi musuh Pandawa dalam Perang Baratayuda.
Kresna, penasIhat Pandawa sudah berusaha mencari, membujuk dan mengajak Karna untuk kembali pulang, berkumpul dengan saudara-saudaranya.
Tetapi Karna tetap teguh mau membela Kurawa. Bahkan Kunti, ibunya sendiri “ngerih-erih” memohon agar Karna balik ke pangkuannya. Tetapi tidak berhasil.
Dalam kisah Injil hari ini Yesus berbicara tentang domba yang hilang. Awalnya kaum Farisi bersungut-sungut karena melihat Yesus bergaul, makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa.
Kaum Farisi membuat pemisahan tegas antara orang saleh dengan orang-orang yang dianggap berdosa. Orang berdosa bukan hanya kaum pembunuh, pemberontak, pezinah, tetapi juga penggembala, penarik keledai, atau orang-orang yang bergaul dengan bangsa asing.
Pemungut cukai jelas bergaul dengan kaum penjajah dan orang asing. Mereka dianggap pengkhianat bangsa.
Yesus sebagai guru, pengajar Alkitab dianggap tidak menghargai martabat-Nya sebagai pengajar karena Dia bergaul dengan kaum najis, marginal, proletar rendahan.
Karenanya kaum Farisi yang merasa sebagai kelompok saleh dan suci bersungut-sungut atas tindakan Yesus ini. Mereka tak mau menerima. Yesus dituduh merendahkan martabat mereka.
Apakah batu mulia akan turun harganya jika berada di kubangan lumpur? Apakah nilai uang akan luntur jika kotor dan kumal sekalipun?
Yesus yang adalah Allah tak bisa luntur sifat keallahan-Nya kendati bergaul dengan orang berdosa. Ia tetap Allah.
Ia merendahkan diri sebagai gembala untuk mencari domba yang tersesat sampai Ia menemukannya. Gembala itu mencari terus sampai menemukan dombanya; ia tidak mau menyerah sebelum domba yang tersesat itu diketemukannya.
Semangat sebagai gembala itu sejalan dengan tindakan Yesus yang mati di kayu salib.
“Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.”
Ya sampai titik darah penghabisan. SAMPAI PADA AKHIRNYA!!!.
Demikianlah kasih Allah yang sungguh besar bagi kita domba-domba yang hilang. Apakah kita tidak tergerak hati untuk membalas cinta-Nya? Tidak bertobat untuk kembali ke pangkuan-Nya?
Menulis puisi cinta di atas kertas,
Selalu dikirim walau tak berbalas.
Kasih Tuhan Yesus tak ada batas,
Ia mengasihi kita semua sampai tuntas.
Wonogiri, gembala yang mencari domba
Rm. A. Joko Purwanto, Pr