MANTAN Presiden RI Prof. Dr. BJ Habibie melalui lembaga intelektualnya The Habibie Center melakukan kejutan sangat menyenangkan sebagai ‘hadiah’ sekaligus tanda persahabatan sejati kepada sahabatnya Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ. Meski berbeda latar belakang agama namun mungkin karena sama-sama berlatabelakang pendidikan produk Jerman, maka mantan Presiden BJ Habibie berkenan mengundang datang sahabatnya yakni Romo Magnis SJ untuk menerima hadiah kejutan tersebut.
Baca juga:
- Bintang RI untuk Dua Pastor Jesuit: Franz Magnis-Suseno SJ dan alm. Piet Zoetmulder SJ
- Romo Magnis Suseno Dapat Penghargaan Bintang Mahaputra Utama
- 26 Mei 2016: 80 Tahun Franz Magnis-Suseno SJ, Pastor Jesuit Ahli Marxisme
Nasi tumpeng yang dalam tradisi budaya Jawa kental dengan nilai wujud syukur kepada Tuhan ‘dihadiahkan’ kepada Sang Jubilaris yakni Romo Franz Magnis-Suseno SJ yang pada tanggal 26 Mei 2016 lalu genap merangkai umur tepat 80 tahun. Tidak hanya itu saja, The Habibie Center memberikan kejutan lain yakni gambar karikatural tentang sosok Romo Magnis.
Dalam rangkaian foto di bawah ini tampak jelas, bagaimana reaksi Romo Magnis yang benar-benar tampak sumringah menerima sambutan hangat dari mantan Presiden BJ Habibie dan jajaran petinggi The Habibie Center.
Yang ikut datang memenuhi undangan mantan Presiden BJ Habibie tidak hanya Sang Jubilaris Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ. Melainkan juga sejumlah dosen filsafat dan teologi STF Driyarkara ikut datang memeriahkan pesta keluarga ini.
Mantan Presiden BJ Habibie menyebut Romo Magnis sebagai sahabat dekatnya dan saking akrabnya selalu menyebut Romo Magnis sebagai “Mas Romo”.
Namun, bukan kali ini saja mantan Presiden BJ Habibie menunjukkan sikap kenegarawannya dengan bergaul akrab dengan sesama anak bangsa namun dengan latar belakang agama berbeda. Kepada “Mas Romo”, mantan Presiden RI ke-3 ini menyebut dasar keakrabannya dengan Romo Magnis itu karena “Kami sama-sama mencintai dan menghormati Tuhan”.
Presiden BJ Habibie juga memperlakukan “Mas Romo” lainnya juga dengan sangat terhormat dan menunjukkan kedermawanan dan sikap kenegarawan beliau. Ia bersikap layaknya seorang negarawan sejati, ketika datang melayat ke Katedral Jakarta untuk melihat jasad sahabat karibnya waktu sekolah di Jerman: Romo Mangunwijaya Pr.
Pada tanggal 10 Februari 1999, Romo Mangun meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung di Hotel Le Meridien Jakarta, saat menyampaikan orasi ilmiah dimana penulis waktu itu juga ada di situ sebagai jurnalis. Ketika jasad Romo Mangun hendak dibawa dari Jakarta menuju Yogyakarta, maka atas perintah Presiden BJ Habibie waktu itu Pemerintah RI lalu menyediakan moda transportasi pesawat Hercules TNI AU untuk keperluan ini.
Mendiang Romo Mangunwijaya –penulis novel Burung-burung Manyar dan esais produktif– adalah imam diosesan (praja) Keuskupan Agung Semarang (KAS). Selepas menerima tahbisan imamatnya, Romo Mangun lalu ditugaskan belajar teknik sipil di ITB Bandung (1959) lalu kemudian dikirim ke Jerman dan akhirnya berhasil meraih gelar master bidang teknik sipil dari Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule di Aachen, Jerman (1960-1966).
Perlakuan istimewa kepada alm. Romo Mangunwijaya Pr di tahun 1999 lalu kemudian menggelar pesta sederhana makan nasi tumpeng dan pemberian hadiah gambar karikatural tersebut merupakan bentuk ungkapan kemurahaan hati seorang mantan Presiden RI: BJ Habibie. Terhadap Romo Magnis pun, meski sudah tidak duduk lagi di kursi RI-1 karena digulingkan oleh MPR waktu itu, namun toh Presiden BJ Habibie tetaplah menampilkan sisi kenegarawan sejati.
Kepada bangsa Indonesia, mantan Presiden BJ Habibie yang termasuk salah satu pakar desain pesawat terbang kelas dunia ini memperlihatkan sesuatu yang sangat berharga dan bernilai. Yakni, sekalipun berbeda keyakinan agama, namun persahabatan antaranak bangsa beda agama dan budaya pun tetap harus dijalin dan dipelihara terus.
Terima kasih Pak Presiden BJ Habibie.