TANPA terasa, gerakan menggelorakan semangat anti korupsi di kalangan para klerus (imam), bruder, suster, dan kaum awam di Gereja Katolik Indonesia sudah berlangsung empat tahun.
Awalnya, gerakan menggelorakan semangat anti korupsi ini diretas oleh Yayasan Bhumiksara –sebuah lembaga nirlaba katolik yang didirikan oleh alm. Pater Kuylaars Kadarman SJ (ahli manajemen dan pendiri LPPM Jakarta), Mgr. FX Hadisumarta O.Carm (Ketua MAWI atau KWI sesuai namanya sekarang ini), PS Swantoro (Harian Kompas), Prof. Anton Moeliono (ahli bahasa), Drs. Frans Seda (Menkeu era Orde Lama), Romo F. Danuwinata SJ (mantan Rektor Unika Atma Jaya dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta), dan beberapa orang lainnya.
Mengusung motto sebagai garam dunia (sesuai asal katanya yakni ‘ksara’ dan ‘bhumi’), Yayasan Bhumiksara sejak awal berkomitmen ingin mencetak para kader muda katolik dengan kualitas intelektualitas tangguh, moralitas yang berintegritas, dan pribadi bermartabat yang peduli pada sesama yang terpinggirkan.
Tujuannya adalah menyiapkan para kader calon pemimpin katolik yang berguna untuk Gereja, Bangsa, dan Negara Indonesia.
Ethical leadership
Sejak tahun 2011 hingga sekarang, Yayasan Bhumiksara telah menggandeng KWI –sebagai representasi kepemimpinan kolegial para Uskup se-Indonesia—untuk meretas program ethical leadership. Salah satu ‘isi’ program besar ini adalah gerakan pendidikan guna meretas semangat anti korupsi di kalangan para pemimpin Gereja Katolik Indonesia.
Itulah mengapa Yayasan Bhumiksara-KWI lalu meretas program Gerakan Ehem! untuk menggelorakan semangat anti korupsi di kalangan para klerus (imam), suster, bruder, dan kaum awam katolik di masyarakat. Sejak tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2016, Gerakan Ehem! yang diampu oleh tim fasilitator yang dibentuk bersama oleh KWI dan Yayasan Bhumiksara sudah melakukan misi mulia ini di banyak kelompok kategorial katolik di beberapa wilayah kota di Indonesia: Jakarta, Bogor, Surabaya, Malang, Bandung, Semarang, Pontianak, Sukabumi, Muntilan-Semarang-Yogyakarta, Manado, dan Palangka Raya.
Beberapa kelompok katolik kategorial yang pernah mendapatkan lokakarya anti korupsi gaya Gerakan Ehem! adalah kelompok mahasiswa katolik asal Mentawai yang studi di Yogyakarta, kelompok mahasiswa dan dosen Unika Atma Jaya Jakarta, kelompok mahasiswa dan dosen Unika Parahyangan Bandung, kelompok mahasiswa dan dosen Unika Widya Mandala Surabaya.
Baca juga:
- Di Sukabumi, 36 Suster SFS Membangun Semangat Gerakan Anti Korupsi
- Indonesian Catholics, educate young people the faith to fight corruption
- Bishops and lay people lead the fight against corruption in Indonesia
Adapun para fasilitator Gerakan Ehem! oleh KWI dan Yayasan Bhumiksara ini adalah sebagai berikut:
- Romo YR Edy Purwanto Pr (Sekretaris Eksekutif KWI/Direktur Kantor KWI)
- Romo FX Adisusanto SJ (Kepala Dokpen KWI)
- Yustina Rostiawati (Ketua Presidium WKRI)
- Wiwiek D. Santoso (Presiden Direktur PT Marga Mandalasakti)
- Wisnu Rosariastoko (praktisi manajemen)
- Prastowo Nugroho (PNS Departemen Kesehatan)
- Al Nurbandana (praktisi coaching, motivator)
- Anastasia Cakunani (Direktur Yayasan Sekar Mawar Keuskupan Bandung)
- Damayani Sabini (praktisi asuransi dan manajemen)
- Agnes Dasarini (psikolog NATAN KAJ)
- A. Toto Subagyo (motivator, trainer)
- Royani Lim (Direktur Eksekutif Yayasan Bhumiksara)
Setiap kali menggelar program acara workshop Gerakan Ehem! menggelorakan semangat anti korupsi di kalangan para klerus, suster, bruder, dan tokoh awam katolik, tim fasilitator Yayasan Bhumiksara-KWI selalu mengirim anggota tim di atas sesuai kebutuhan dan ketersediaan mereka.