Gereja Hadir dalam Kebersamaan

0
41 views
Ilustrasi - Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah. (Ist)

Sabtu, 9 November 2024

Yeh. 47:1-2.8-9,12 atau 1Kor. 3:9c-11,16-17;
Mzm. 46:2-3,5-6,8-9;
Yoh. 2:13-22.

SERING kali kita terjebak dalam pandangan bahwa Gereja adalah bangunan di mana kita berkumpul.

Gereja lebih dari sekadar gedung fisik. Gereja adalah tubuh Kristus. Yaitu, kita semua yang percaya dan hidup sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.

Gereja adalah kita semua sekaligus menjadi medan perjumpaan kita dengan Allah di mana kita ingin menjaga kekudusan tubuh dan jiwa kita.

Gereja hadir dalam kebersamaan kita sebagai umat yang beriman, ketika kita saling menguatkan, berbagi kasih, dan melayani satu sama lain. Dalam kebersamaan inilah, kita mengalami perjumpaan nyata dengan Tuhan yang hidup di antara kita.

“Gelar budaya di paroki menjadi perjumpaan iman melalui kesenian,” kata romo dalam sambutannya pada malam ini.

“Memang acara pementasan itu berlangsung meriah dan menyenangkan, karena setiap etnis dan kelompok yang ada di paroki diberi kesempatan tampil dan dikemas dalam alur cerita yang menarik.

Malam itu, para romo bersama umat menampilkan ketoprak dengan cerita “Lali Dalan Bali” (Lupa Jalan Kembali). Ini mengisahkan tentang anak muda yang setelah pandemi Covid-19 seakan melupakan aktivitas hidup menggereja.

Gereja merindukan kamu muda untuk kembali berdinamika di Gereja. Semua umat bergembira dan terlibat dalam pagelaran tersebut. “Para pemain mengajak umat ikut menari dan menyanyi hingga suasana keakraban dan kebersamaan terasa sekali,” ujar seorang bapak.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”

Yesus membersihkan Bait Allah di Yerusalem. Tindakan-Nya ini mengingatkan kita bahwa gereja adalah tempat yang suci, yang harus dijaga dari dosa dan pencemaran.

Kita dipanggil untuk merenungkan arti pentingnya Gereja, bukan hanya sekedar bangunan fisik yang nyaman untuk berdoa, dan berjumpa dengan Tuhan dalam persekutuan jemaat umat beriman.

Setiap tindakan kita adalah cerminan dari Gereja yang hidup di dalam hati kita. Rahmat kekudusan itu tercurah dalam tubuh dan jiwa kita, kita menghormati Tuhan yang hidup dalam diri kita.

Namun kita juga menyadari bahwa kita ini adalah orang yang rapuh, yang kadang mencemarkan tubuh kita sebagai bait Allah karena dosa-dosa kita.

Allah melalui Gereja-Nya sudah menyediakan sarana pengudusan diri melalui sakramen-sakramen khususnya Sakramen Rekonsiliasi atau Pengampunan Dosa.

Rahmat Pengudusan terus-menerus ditawarkan Tuhan dalam hidup kita, tetapi ini juga tergantung kita semua; apakah mau menerima rahmat pengudusan itu dengan sukacita atau ogah-ogahan dan menganggap remeh daya pengudusan dari sakramen-sakramen yang ditawarkan oleh Gereja.

Kita dipanggil menjadi Gereja yang kudus, yang murni dan berkenan bagi Allah, yang mengalirkan rahmat sukacita dan berkat untuk semua orang yang ada disekitar kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menjaga kekudusan Gerejaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here