Gereja Jangan Sibuk Urusan Liturgi, Turunlah dari Altar Perbaiki Jalan di Lampung

1
1,316 views
Ilustrasi: Kondisi badan jalan rusak di wilayah Provinsi Lampung. (Ist)

KALAU Pak SBY bisa mimpi jalan-jalan dengan Pak Jokowi, Bu Megawati dan presiden ke-8, saya juga ternyata bisa mimpi.

Kali ini, mimpi saya adalah bahwa Gereja Lampung ikut memperbaiki jalan rusak. Dilakukan bersama warga masyarakat Lampung lainnya dari berbagai latar belakang agama, kelompok, perusahaan, bahkan partai politik.

Jalan di Provinsi Lampung acak kadut

Baru saja, saya melewati dan mampir di Lampung dalam perjalanan darat menuju Palembang.

Apa yang dikeluhkan Tiktoker Bimo Yudho Saputra asal Lampung yang sedang studi di Australia mengenai banyaknya jalan rusak di Lampung ternyata memang benar.

Sampai-sampai Presiden Jokowi juga sengaja datang meninjau jalan rusak di Lampung dan langsung memutuskan untuk memperbaiki belasan ruas jalan yang rusak parah.

Saya yakin para pejabat pemerintahan yang punya rasa tanggungjawab akan merasa malu dan bergerak memperbaiki jalan-jalan yang rusak tersebut.

Ilustrasi Presiden Jokowi kunjungi wilayah Provinsi Lampung di titik-titik jalan rusak. (Ist)

Begitu mendarat di Bakauheni dan masuk jalan tol lintas Sumatera, saya kagum dengan kualitas jalan tol nasional sangat bagus; bahkan mungkin lebih bagus kualitas jalannya dibandingkan dengan jalan tol di Pulau Jawa.

Namun begitu keluar jalan tol nasional dan masuk jalan propinsi atau jalan kabupaten memang segera akan menemui jalan yang sebagiannya rusak parah.

  • Bisa saja alasannya karena jumlah jalan rusak tidak sebanding anggaran perbaikan jalan yang sangat minim.
  • Bisa juga karena perbaikan jalan dilakukan di akhir tahun ketika sudah banyak hujan sehingga kualitas perbaikan jalan tidak maksimal.

Ada juga yang mengatakan barangkali karena kontrol kurang. Mungkin saja ada yang nakal yang mengurangi material perbaikan jalan sehingga segera akan rusak lagi.

Tentu saja jalan juga cepat rusak kalau truk overload di atas 20 ton bahkan 40 ton lewat di jalan yang dibuat seadanya.

Perbaikan jalan yang diminta Presiden Jokowi secara langsung katanya diawasi sangat ketat oleh pemerintah pusat agar kualitas jalan bagus dan tidak ada peluang korupsi.

Saya juga sempat lewat di beberapa jalan yang dibuat dengan kualitas bagus di Lampung karena tidak dikorupsi. Kalau ada komitmen, maka Lampung juga mampu membuat jalan bagus karena bebas korupsi.

Gereja jangan hanya sibuk urusan liturgi

Saya bermimpi bahwa Gereja Lampung ikut memperbaiki jalan rusak. Bukankah gereja sebaiknya tidak melulu sibuk dan fokus hanya pada kegiatan liturgi dan selebrasi?

Berkali-kali saya lihat jadwal romo atau uskup entah di keuskupan mana yang isinya melulu kegiatan liturgi berupa perayaan sakramen, pelantikan, peresmian, ulang tahun lembaga atau pejabat, dan kegiatan doa dan ibadat lainnya.

Memang liturgi adalah puncak dan sumber kehidupan Gereja.

Namun bukankah kegiatan gereja juga termasuk persaudaraan, pewartaan, pelayanan, dan kesaksian?

Liturgi bukan satu-satunya kegiatan gereja. Kegiatan gereja sepantasnya bukan hanya di seputar altar. Tapi juga pergi ke pasar atau ke luar ke tengah dunia nyata.

Ilustrasi: Membantu imam dalam selebrasi iman di lokasi luar gereja. (Eustachia Esti)

Gereja Masa Depan

Paus Fransiskus berulang kali menyampaikan mimpi Gereja Masa Depan yaitu menjadi Gereja Rumah Sakit Lapangan (field hospital church) yang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka-luka Ibu Bumi.

Paus Fransiskus juga mengajak kita bukan hanya membuka pintu gereja, namun melangkah keluar pintu untuk ikut menyembuhkan mereka yang terluka.

Paus Fransiskus lebih memilih Gereja yang kotor dan berlumpur daripada Gereja yang bersih karena memilih diam tak bertindak.

Maka kalau kita sungguh mau ikut bermimpi bersama Paus Fransiskus seperti bisa dibaca di Evangelii Gaudium, kita akan membuka mata dan hati. Untuk memilih terlibat ikut menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat dan dunia terutama di sekitar kita.

Misalnya sudah terbukti kalau ada bencana alam, kita pasti bertindak mengumpulkan dana dan membantu korban bencana alam.

Ilustrasi: Sejenak tinggalkan zona nyaman di balik tembok biara yang enak. Maka, para suster Kongregasi SFIC ikut turun ke lapangan. Turut serta dalam aksi estafet pendistribusian paket-paket donasi di dermaga Sanggau Kapuas menuju permukiman di Kampung Lintang dan PT Erna. (Dok .SFIC)

Gereja bertindak

Akhir akhir ini kita tergerak misalnya mendengar perjuangan Romo Paschalis di Batam dan Sr Laurentina SDP di Kupang yang aktif melawan human trafficking.

Semua pasti ingat bagaimana almarhum Romo JB Mangunwidjaja memperbaiki kawasan kumuh di Kali Code Yogyakarta.

Lalu ada almarhum Romo Lugano yang aktif membantu nelayan di Pantai Selatan Jatim.

Masih ada Romo Carolus OMI yang membangun banyak jalan di Cilacap dan ikut membangun kampung laut.

Masih ada almarhum Romo Suyatno di Paroki Somohitan Jateng yang membangun jalan dan jembatan bahkan masjid.

Kita tidak lupa bagaimana Mgr. PC Mandagi MSC ikut aktif menyelesaikan konflik di Maluku. Kita dengar Mgr Yanuarius Matopai You ikut mencari solusi konflik di Papua.

Romo Carolus OMI. (Mathias Hariyadi)

Romo Mangun, Romo Lugano, dan Romo Suyatno sudah dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga karena tugas mereka sudah selesai.

Maka masih adakah uskup, romo, suster, bruder, dan umat Katolik yang terpanggil untuk mengulurkan tangan ketika melihat ada masalah kongkrit di masyarakat?

Saya yakin masih ada. Apalagi Mgr Avien di Lampung sungguh mempunyai komitmen agar Gereja melayani orang miskin dan ikut aktif membangun Lampung.

Maka saya bermimpi bahwa Gereja Lampung bukan hanya mengumpulkan kolekte untuk perawatan dan renovasi gereja, melainkan juga mengumpulkan kolekte merawat jalan kalau masalah jalan rusak sungguh mengganggu transportasi dan roda ekonomi.

Mobil cepat rusak dan pinggang cepat sakit, ketika melewati jalan yang berlubang dalam. Ada kerugian ekonomi yang besar bagi semua orang.

  • Tidak ada gunanya mencari siapa yang salah dan seharusnya bertanggungjawab karena itu sudah jelas.
  • Tidak ada gunanya menunggu dan menunggu bahkan berharap presiden Jokowi datang lagi untuk memperbaiki jalan rusak.

Kalau gereja rusak kita semua diminta mengumpulkan kolekte, karena gereja adalah milik kita.

Kalau jalan yang kita pakai setiap hari rusak bukankah kita juga seharusnya bergerak turun tangan karena jalan juga milik kita ?

Tentu saja sebaiknya yang turun tangan bukan Gereja sendirian, melainkan mengajak semua elemen warga masyarakat dari agama lain, lembaga, perusahaan bahkan partai politik untuk ikut bergerak.

Sudah ada misalnya pabrik tapioka yang mengirim ratusan truk kerikil untuk menimbun jalan rusak.

Pernah ada anggota dewan yang memilih memperbaiki jalan daripada bagi-bagi amplop agar dipilih di pilkada.

Para caleg bisa diajak memperbaiki jalan daripada menghabiskan uang untuk membuat spanduk dan baliho.

Perusahaan perusahaan bisa diajak menggunakan dana CSR untuk memperbaiki jalan.

Bisa digerakkan upaya mengumpulkan kolekte di semua rumah ibadah agama apa pun.

Bisa juga semua siswa dan mahasiswa di semua sekolah diajak menyisihkan sebagian uang saku mereka utk perbaikan jalan.

Lalu mulailah gerakan gotong royong perbaikan jalan; dengan mengajak semua warga masyarakat turun tangan.

Saya bermimpi para ulama dari berbagai agama beserta umat sesudah Sholat Jumat, misa dan kebaktian hari Minggu, dan ibadah lainnya keluar dari rumah ibadah, ganti pakaian, dan mulai mengangkut batu dan kerikil serta mengaduk pasir dan semen atau aspal untuk memperbaiki jalan rusak yang ada di sekitar mereka.

Ilustrasi – Mimpi by Psypost.

Semoga mimpi jadi kenyataan

Kalau Tiktoker Bimo Yudha Saputra viral karena mengritik jalan rusak di Lampung, semoga nanti viral juga warga Lampung yang gotong royong memperbaiki jalan rusak.

Semoga saya bukan cuma bermimpi, tapi suatu saat jalan jalan lagi di Lampung dan ke mana pun pergi melewati jalan yang mulus.

Semoga suatu kali Pak Jokowi mengajak semua mantan presiden RI dan Presiden RI ke 8 untuk jalan jalan di Lampung menikmati jalan yang mulus.

1 COMMENT

  1. Banyak Pater bekerja senyap membangun umat dan masyarakat. Contoh, Pater Kieys asal Jerman yang bermisi di Boven Digoel, Merauke yang sudah lama menampung produk seet karet asal petani kampung. Petani Boven Digoel tidak menanam padi. Dari hasil jual seet karet nya mereka bisa membeli beras untuk makan selain sagu. Saya pernah diskusi dengan Pater kieys terkait kepedulian nya terhadap produksi karet dari petani kampung Papua. Pemerintah daerah dan pemerintah Pusat tidak ada yang peduli dengan petani kampung Papua terkait membuka akses pasar terhadap hasil panen karet dari petani khusus dari Papua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here