INI fakta ironis. Terjadi California, Amerika. Sr. Mary Margaret Kreuper telah diadili dan kemudian dinyatakan bersalah.
Ia terbukti telah mencuri uang sedikitnya $835,000. Diambilnya dari brankas sebuah sekolah dasar Katolik di mana dia dulu pernah berkarya.
Pengadilan telah memutuskan Sr. Kreuper bersalah karena suster biarawati ini sudah melakukan tindak kriminal melawan hukum.
Ia lalu diganjar hukuman masuk penjara selama 1,5 tahun. Juga harus mengembalikan uang milik yayasan di mana dia pernah menjadi Kepala Sekolah di yayasan itu selama 28 tahun.
Nyolong untuk judi
Yang menarik, uang curian itu hanya dipakai untuk main judi. Lantaran, Sr. Kreuper itu suka main judi di Las Vegas dan Lake Tahoe.
“Saya sadar bahwa saya telah bersalah dan melanggar hukum dan tidak perlu dikasihani,” tutur Sr. Kreuper saat menerima putusan pengadilan.
Gereja jangan pilih kasih
Kasus ini menarik perhatian publik Amerika di mana Gereja Katolik sering kali “berlaku tidak adil” dengan “pilih kasih” terhadap kaum religius.
Suka menghukum religius bruder dan suster, namun terhadap para pastor “nakal” yang berlaku sebagai “penjahat kelamin”, pemimpin Gereja dan tarekat sering kali hanya menghukum ringan para pelaku kejahatan ini.
Yakni, hanya memindahtugaskan mereka dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Atau mencopot mereka dari tugas dan untuk sementara waktu “disembunyikan” di sebuah tempat dan kemudian sekali waktu diberi tugas baru lagi.
Atau yang paling sering terjadi, pastor nakal tersebut dialihtugaskan di wilayah pastoral lain yang jauh dari serbuan gosip.
Sekedar minta maaf? Menurut Robert D. Karpinski dari NPR, permintaan maaf seperti yang dilakukan Paus Emeritus Benedictus XVI dirasa belum cukup untuk memenuhi rasa keadilan.
Beberapa waktu lalu, Paus Emeritus Benedictus mohon maaf secara publik atas “keteledorannya” mengatasi kasus percabulan empat orang imam di Keuskupan Munich-Freising, Jerman, saat beliau menjadi Uskup Agung di situ.
Meskipun permohonan maaf itu sungguh tulus, namun menurut Karpinski maaf itu belum cukup karena “keadilan” itu diretas sendiri oleh yang bersangkutan dan bukan lembaga peradilan yang mandiri.
Karpinski sendiri pernah menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang imam saat dia masih cilik. Menurut penyelidikannya, pastor itu hingga sekarang masih bertugas dan tidak pernah kasusnya diungkap dan diproses di peradilan sipil.
Ia lalu merujuk “kasus percabulan” dengan korban anak yang dilakukan oleh Pastor James Garisto. Ia menjadi kepala sekolah di sebuah lembaga pendidikan di New York dan dituduh melakukan percabulan terhadap murid sejak tahun 1995-2002 di Philadelphia.
Hanya saja, Pastor Garisto yang kini berumur 73 tahun baru saja menyelesaikan hukuman penjara tanggal 27 Januari 2022 setelah membayar denda hanya 10% dari kewajiban bayar penuh senilai $ 75 ribu.
PS: Artikel ini diolah dari NPR.