Gereja Katolik Indonesia dan Pancasila, Catatan Melawan Lupa di Akhir Sidang Tahunan KWI 2017 (5)

0
506 views
Paparan hasil Sidang Tahunan KWI 2017. (Y. Indra/Dokpen KWI)

SEJARAH melawan lupa sempat juga disinggung oleh Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo dalam konferensi pers menjelaskan hasil-hasil Sidang Tahunan KWI 2017 pada hari Kamis tanggal 16 November 2017 pekan lalu. Salah satu pokok peristiwa sejarah yang perlu terus dikenang oleh semua umat katolik di Indonesia adalah komitmen  Gereja Katolik Indonesia untuk senantiasa menjaga dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara RI.

Mengadopsi nama “Pancasila”

Konteks historisnya sebagai berikut.

Seiring dengan situasi politik pasca kemerdekaan RI dimana Pancasila selalu ‘digoyang’ hendak diganti dengan falsafah lainnya, maka Gereja Katolik Indonesia lalu mengambil sikap. Pada konteks itulah lalu muncul organisasi-organisasi yang diinisiasi oleh beberapa tokoh katolik dan menariknya –kata Mgr. Ignatius Suharyo pada acara jumpa pers itu—semua mengadopsi nama “Pancasila”.

Ini sekedar contoh kilasan sejarah untuk melawan lupa.

Pada tahun 1954 berdirilah Ikatan Buruh Pancasila. Tahun 1958, menyusul muncul Ikatan Petani Pancasila (1958) dan selanjutnya Ikatan Usahawan Pancasila, Ikatan Paramedis Pancasila, dan Ikatan Nelayan Pancasila.

Dalam sebuah narasi tulisan melawan lupa, Bambang Ismawan dari Bina Swadaya menulis keterangan bahwa semua organisasi sosial itu tidak berafiliasi dengan Partai Katolik. Tokoh penting di balik semua gerakan sosial bernama “Pancasila” itu adalah Romo  Johannes Baptis Dijkstra SJ.

Sedikit ke masa kini

Usai berlangsung Reformasi dan lengsernya Presiden Suharto tahun 1998, beberapa tahun kemudian Pancasila seakan-akan mulai ‘dilupakan’ oleh orang Indonesia.

Justru pada kurun masa ketika Pancasila seakan-akan mulai ‘hilang’ dari wacana publik, KWI malah meretas diskusi panjang lebar tentang nilai-nilai Pancasila sepanjang Sidang Tahunan KWI pada tahun 2003, 2004, dan 2005.

“Kami hanya membahas kandungan falsafah yang ada pada sila kelima saja dan itu pun sudah merupakan sebuah tema perbincangan yang sangat luas,” papar Mgr. Ignatius Suharyo.

Baru di tahun 2017 ini, pemerintah membentuk lembaga baru bernama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dengan tujuan  agar perbincangan tentang Pancasila bisa bergema kembali.

Nah, secara humor bisa dikatakan demikian.

Jauh-jauh hari sebelum lahirnya UKP-PIP tersebut, gema memperbincangkan Pancasila –utamanya nilai dan falsafah pada sila kelima—sudah terlebih dahulu bergaung kencang di kalangan para Uskup di seluruh Indonesia. Dan perbincangan serius itu terjadi dalam Hari Studi para Uskup menjelang Sidang Tahunan KWI kurun waktu tahun 2003, 2004, dan 2005. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here