RATUSAN umat memadati Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, di Jalan Ngagel Madya pada Kamis (21/6) untuk mengikuti Perayaan Ekaristi mengenang 40 hari paska peristiwa pengeboman tiga gereja di Surabaya pada Minggu pagi (13/5) lalu. Perayaan Ekaristi dilayani oleh Uskup Keuskupan Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono bersama belasan pastor dari berbagai Gereja di Surabaya.
Secara khusus, ratusan umat yang hadir juga berdoa bagi enam jemaat Gereja Santa Maria Tak Bercela yang telah menjadi korban bom di gereja tersebut. Mgr. Sutikno dalam kotbahnya menegaskan bahwa mereka yang telah wafat karena peristiwa bom tersebut telah memakai hidup dengan tekun sebagai korban diri untuk kehidupan. “Banyak korban yang mencegah pengebom untuk masuk ke gereja. Karena merekalah, kita semua selamat. Mereka telah berkorban demi keselamatan kita,” ujarnya.
Peristiwa pemboman yang terjadi beberapa waktu lalu dinilai Mgr. Sutikno telah merusak rasa kepercayaan antar masyarakat. Maka, ia berpesan kepada umat untuk senantiasa menjadi pribadi yang membawa keselamatan dan keamanan bagi orang lain.
“Kita diundang untuk mengisi hidup dengan kasih sayang, menghindari dan tak berusaha untuk membalas dendam karena itu merupakan jalan si Jahat. Hal tersebut yang seharusnya dihayati orang banyak karena sejatinya.Agama adalah sarana mewartakan damai dan menghargai segala manusia,” Kata Mgr. Sutikno.
Acara tersebut dilanjutkan dengan Kenduri dan berbagai penampilan kreasi yang diselenggarakan di halaman gereja. Dalam kegiatan tersebut, hadir juga Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan, Perwakilan Konsulat Jenderal Amerika Serikat dan Australia. Hadir juga perwakilan dari Pemkot Surabaya mewakili Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang sedang bertugas di luar kota.
Berbagai komunitas lintas iman juga terlihat hadir dalam acara tersebut dan mempersembahkan beberapa penampilan kreasi seperti deklamasi puisi dan paduan suara yang dibawakan komunitas Orang Muda Katolik, Nera Academia dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sidoarjo. Ada juga aksi teatrikal yang dibawakan oleh GKI On De’ Stage.
Sebelum acara berakhir, para undangan dan perwakilan komunitas diundang naik ke atas panggung untuk menandatangani banner yang tertulis “Menghormati Tuhan Berarti Menghargai Martabat Manusia”.
Satu aksi simbolis agar persamaan martabat, solidaritas dan persaudaraan sejati tetap tercipta di antara masyarakat. Acara dilanjutkan dengan doa lintas agama dan diakhiri dengan berkat dari Mgr. Sutikno.