Bacaan 1: 1Raj 8:22-23. 27-30
Injil: Mrk 7:1-13
SELAMA hampir dua tahun, seluruh dunia terpukul badai Covid-19. Pandemi itu mampu menutup tempat-tempat ibadah.
Umat dilarang memasuki tempat ibadah, mencegah kerumunan yang menjadi salah satu faktor penular.
Ada beredar poster, “Setan melalui pandemi telah ‘menutu’p tempat ibadah.”
Tentu saja tidak demikian, karena “Gereja” (umat Allah) bukan saja hanya “gereja” (bangunan).
Dalam kondisi pandemi, “Gereja” beraktifitas di dalam keluarga sebagai “Gereja kecil”.
Tuhan justru mendekatkan Diri-Nya lewat “Gereja-Gereja kecil” ini.
Bangunan gereja hanyalah simbol kehadiran Allah di mana umat beribadah kepada-Nya. Namun sejatinya Allah tidak hanya tinggal di gereja.
Dengan “Transendensi-Nya” Ia ada di mana-mana. Ini yang dikatakan dalam doa Salomo:
“… Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini…”
Dengan kerendahan hatinya, Salomo mengakui bahwa Bait Allah yang dia bangun terlalu kecil sebagai tempat tinggal-Nya. Allah terlalu “Maha” bagi manusia.
Namun Salomo percaya bahwa Allah senantiasa mendengarkan doa-doa yang dipanjatkan umat-Nya saat mereka berdoa di Bait Suci itu.
“Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.”
Hal berbeda kita lihat dari perilaku orang-orang Farisi dan Ahli Taurat. Antara mulut dan hati tidak sinkron.
Mereka rajin beribadah di rumah ibadat sebatas hanya dalam mulut tanpa hati.
“Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik.
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.“
Demikian sindir Tuhan Yesus saat berdialog dengan mereka.
Mereka lebih memilih mengorbankan hormat dan perhatian pada orang tua hanya demi tradisi adat. Padahal menghormati orangtua adalah merupakan perintah keempat dalam “Sepuluh Perintah Allah.”
Pesan hari ini
Dengan “Transendensi-Nya” Tuhan bisa kita jumpai dimana saja, “Gereja” hanyalah simbol kehadiran Allah, sebagai tempat suci di mana umat berjumpa dengan-Nya.
“Kadang seseorang dekat dengan Gereja, namun jauh dari Tuhan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”