INI tentang pembukaan Lustrum IX, rilis logo, dan kalender
Diwarnai situasi hujan deras, para frater tetap sigap dalam mempersiapkan misa penting pada sore ini.
Tujuan misa pembukana Lustrum IX adalah untuk menutup kegiatan Giovannian ke-44 dan membuka Lustrum IX, rilis logo lustrum dan kalender 2022.
Tim dokumentasi sudah berada di dalam kapel sejak satu jam sebelum dimulai, disusul anggota seksi lainnya seperti seksi penerima tamu dan petugas liturgi.
Paduan suara San Giovanni XXIII juga sudah berdatangan di ruang atas kapel, terpisah dari tempat duduk yang biasanya digunakan.
Sebab para frater kedatangan tamu dari para imam di Keuskupan Malang sehingga tentu akan menambah jumlah tempat duduk.
Kondisi hujan deras tidak dapat menghentikan proses persiapan misa. Bahkan misa tersebut disiarkan juga secara langsung melalui YouTube agar umat juga dapat mengikuti proses misa di rumah masing-masing.
Tepat pada waktunya, misa pembukaan Lustrum IX, rilis logo dan kalender 2021 dimulai. Misa dipimpin oleh:
- Rektor seminari: Romo Gregorius Tri Wardoyo CM.
- Prefek Studi: Romo Yohanes Endi Pr.
- Prefek Komunitas: Romo Franciscus Gabriel Aryodiwarno Pr.
Misa ini juga mengundang para romo tamu atau alumni:
- Romo Agustinus Darmanto.
- Romo Tjatur Wibowo dari Wisma Unio.
- Romo Ardi dari Wisma Keuskupan Malang.
- Romo Vidi dari Paroki Maria Diangkat ke Surga Leli.
- Romo Adam Suncoko Pr dan Frater Anang Pr dari Paroki Katedral St. Maria dari Gunung Karmel.
Misa pembukaan diiringi dengan tarian khas Suku Dayak yang dibawakan perwakilan para Frater dari Kalimantan.
Lagu-lagu ordinarium juga menggunakan lagu-lagu inkulturasi dari Dayak Kenyah dan iringan alat musik sape’ dan gendang.
Tiga alasan
Dalam pembukaan misa, Romo Gregrius Tri Wardoyo CM mengemukakan tiga alasan mengapa berkumpul di kapel Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII.
Pertama, para romo, para frater, para alumni dan semua pihak untuk merayakan 44 tahun berdirinya seminari. Usia 44 tahun merupakan usia yang sudah matang dan produktif. Ini terbukti dari banyaknya imam yang dihasilkan oleh rumah pembinaan para calon imam tersebut.
Kedua, bersyukur untuk memulai rangkaian acara Lustrum IX yang akan jatuh pada Oktober 2021. Rencananya kegiatan lustrum ini nantinya akan mengundang para uskup partisipan dan umat di Keuskupan Malang maupun para donatur.
Ketiga, diajak pula untuk bersyukur untuk ulang imamat tahun ke-9 Romo Yohanes Endi Pr yang adalah alumnus dan sekalligus formator di seminari.
Pengalaman saat masa formatio
Dalam misa ini, Romo Yohanes Endi Pr membagikan pengalaman-pengalamannya saat masih berjuang sebagai frater di Seminari Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang.
Sebelum itu, Romo Endi menceritakan kisahnya ketika berjalan-jalan ke Colloseum, Roma. Di sana ada boca de la verita artinya mulut singa.
Ini dipakai oleh tentara Romawi dahulu untuk mengetes kejujuran orang-orang yang dianggap bersalah tetapi masih ragu-ragu. Orang tersebut harus mengulurkan tangannya ke lubang boca de la veritta.
Jika orang tersebut jujur, tangannya tidak akan mengalami apa-apa, tetapi jika berbohong tangan orang tersebut akan digigit dan langsung putus. Karena Romo Endi tahu cerita tersebut, akhirnya ia mencoba memasukkan tangannya ke lubang tersebut dan aman-aman saja.
Cerita ini mengingatkannya pada bacaan pertama dalam misa di mana Daniel dimasukkan ke dalam gua singa dan ia selamat karena Daniel adalah orang jujur. Sebaliknya orang yang tidak jujur dan ingin mencelakainya belum sampai ke dasar gua sudah diterkam oleh singa.
Dalam pengalaman selanjutnya, Romo Endi mengisahkan perjalanannya ketika pertama kali menginjakkan kakinya ke tanah Jawa. Ia naik kapal dari Kendawangan ke Semarang sekitar dua setengah hari. Kapal yang ditumpanginya tidak terlalu besar sehingga ketika ada ombak besar langsung terhempas.
Saat itu ia tidak sendirian, ada juga teman seperjalanan seorang romo, ada juga para suster OSA dan menjadi satu kelompok. Karena kuatnya goncangan tersebut, mereka mengalami mabuk laut selama hari pertama hingga hari kedua. Sehingga Romo Endi saat itu melayani mereka, mengantarkan tas, dan barang-barangnya bahkan tidak sempat mandi.
Ketika tiba di Semarang, mereka beristirahat di susteran OSA.
Pada malam hari sekitar 21.00 langsung naik travel ke Malang. Di luar perkiraan, mereka datang ke Tahun Orientasi Rohani (saat itu masih di Celaket 75) Malang terlalu awal pada jam tiga subuh. Meskipun mencoba menghidupkan bel, para penghuni tidak ada yang bangun.
“Anjing-anjing juga tidak bangun, padahal waktu itu cukup banyak anjing di TOR,” kenang Romo Endi.
Akhirnya mereka tidur di depan gerbang dalam keadaan kedinginan karena perbedaan suhu udara antara Ketapang dan Malang sangat berbeda jauh. Saat itu mereka tidak membawa jaket dan kedinginan.
Karena kelelahan, akhirnya mereka rebah tepat di gerbang tersebut. Ketika ayam mulai berkokok, ada anjing yang menggonggong, barulah ada karyawan keluar untuk membukakan gerbang.
Esok hari ada rekreasi bersama dengan para frater TOR dan bermain karambol. Teman-teman dari Jawa juga sudah berdatangan. Romo Endi saat itu sedang belajar bahasa Jawa. Beberapa istilah ia pelajari dari teman-teman.
Ada seorang teman ketika bermain karambol menyeletuk, ”Asu..!”
Kata ini familiar bagi Romo Endi karena artinya sama seperti asu yang ada di Ketapang yaitu anjing.
Kemudian yang satu lagi berkata, ”Juangkrik!”. Dua kata ini mudah diingat oleh Romo Endi. Ungkapan tersebut bukan luapan kemarahan tetapi semacam gurauan.
Kata-kata seperti itu merupakan ungkapan kebersamaan, keakraban bersama teman-teman. “Kalau dengan tamu tidak boleh ngomong seperti itu, tentu saja,” canda Romo Endi.
Singkat cerita, proses di TOR maupun di Seminari Tinggi San Giovanni XXIII dijalani dengan baik. Romo Endi menemukan hal yang sangat berharga ketika mempelajari budaya, bahasa, menikmati makanan.
“Yang paling saya suka dari masakan Jawa, itu rawon..” tutur Romo Endi.
Seminari merupakan rumah yang selalu dirindukan. Jika para frater berjumpa dengan para romo alumnus dari seminari ini, wajahnya mengungkapkan keceriaan ketika datang ke seminari.
Seminari seperti yang selalu digaungkan oleh rektor dan para romo formator sebagai rumah bersama yang dirindukan.
Romo Endi mengungkapkan, ”Kalau lelah, datanglah ke seminari dan lelahmu akan hilang meskipun sudah menjadi imam.”
Seminari merupakan suatu tempat di mana kita menimba banyak hal sebagai satu keluarga. Usia 44 tahun merupakan usia yang produktif. Para staf bersama romo rektor menggagas visi bersama untuk menjadi para frater yang disiplin dan kreatif.
Tantangan pada zamannya
Romo Endi menekankan pada sisi kreatif. Setiap zaman tentu mengalami perubahan. Di zamannya, mereka tidak mengenal adanya handphone, tidak ada laptop, YouTube. Meskipun demikian, kreativitas itu selalu ada.
Dalam perayaan-perayaan besar muncul kreativitas dan itu membuat kita selalu rindu untuk datang. Seminari ini sudah mendidik begitu banyak imam di 12 Keuskupan yang ada di Indonesia. Tanpa proses pembinaan terus menerus, tanpa pendidikan karakter yang kuat, maka tidak akan terbentuk imam-imam yang ada saat ini. Para calon imam saat ini ada dalam proses tersebut.
Romo Endi mengajak para romo dan frater khususnya selama memasuki Lustrum IX ini, kita diajak untuk berbagi, bahu membahu untuk membangun seminari sebagai tempat yang nyaman yang selalu dirindukan.
Logo lustrum IX dan kalender 2022
Setelah perayaan ekaristi, para romo dan frater serta umat yang mengikuti perayaan secara live streaming masih tetap mengudara untuk mengikuti prosesi launching logo Lustrum IX dan juga kalender 2022 Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang.
Frater Kevin selaku MC menyapa para hadirin tamu undangan, romo alumni dan para frater yang masih setia mengikuti acara selanjutnya ini.
Tema yang menjadi penyemangat selama acara tahunan Lustrum IX adalah “Show your fire, take your desire” yang berarti “Tunjukkan semangatmu dan raihlah harapan atau keinginanmu”.
Tema ini berangkat dari refleksi atas berdirinya Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII selama 45 tahun yang tidak terlepas dari peran-peran luar biasa yang berjasa di dalamnya. Dalam rangka membangun semangat tersebut, tema ini menjadi pemantik yang akan membakar semangat para pendahulu tersebut mulai saat ini.
Melalui perantaraan Roh Kudus yang dilambangkan sebagai api, hendaknya menjadi pemeran penting dalam pelaksanaan Lustrum IX ini sehingga setiap prosesi dapat berjalan dengan lancar.
Harapannya juga melalui semangat Roh Kudus ini pula, kita diajak untuk menyebarkan kasih sukacita dan kedamaian San Giovanni XXIII dalam kehidupan pelayanan kita.
Prosesi launching logo Lustrum IX melalui beberapa seremoni.
Pertama, pemotongan tumpeng oleh Romo Gregorius Tri Wardoyo CM selaku rektor seminari dan dilakukan secara bersamaan dengan pembukaan tirai logo Lustrum IX yang dibantu atau diwakilkan oleh Romo Yohanes Endi. Selanjutnya presentasi mengenai makna logo yang perlu diketahui oleh para hadirin baik para romo, para frater dan para umat.
Setelah itu, akan diadakan pula launching kalender 2022 yang dilakukan melalui prosesi penyerahan poster 2D sebagai simbolisasi kalender kepada romo tamu yang akan diwakili oleh Romo Franciscus Gabriel Aryodiwarno.
Barulah dijelaskan mengenai desain tata letak kalender dan info pemesanannya.
Makna logo Lustrum IX
- Gambar hitam melambangkan seorang frater yang menunjukkan semangat dan kegembiraan dalam pilihan hidup masing-masing,
- Gambar kuning melambangkan seorang umat yang menunjukkan semangat dan kegembiraan dalam pilihan hidup masing-masing,
- Meskipun keduanya mempunyai harapan yang berbeda, namun keduanya bersinergis membentuk lingkaran sebagai lambang sinergis umat dan kaum berjubah, dan di tengahnya terdapat burung yang melambangkan Roh Kudus,
- Ekor yang membentuk angka Sembilan dibuat warna merah putih untuk menujukkan nasionalisme, dan di dalamnya terdapat lima simbol yang menunjukkan lima bidang pembinaan,
Presentasi kalender 2022
Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII kembali mengadakan kalender seminari tahun 2022. Berbeda dari tahun sebelumnya, kalender STIG tahun 2022 akan didominasi oleh perjalanan tapak tilas berdirinya seminari.
Sebelumnya, layout kalender lebih banyak menampilkan aktivitas harian. Tetapi kali ini dengan semangat yang berbeda, dalam memperingati Lustrum IX, layout kalender akan mengangkat kisah lapak tilas berdirinya Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII dan juga beberapa romo yang pernah memimpin seminari ini.
Kalender tahun 2022 kali ini memuat tema Lustrum IX karena pada tahun 2022 ini, seminari ini memasuki usia ke-45 tahun atau Lustrum yang ke-9.
Hasil penjualan kalender ini akan digunakan untuk pelaksanaan acara Lustrum IX Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII. Untuk info pemesanan:
Informasi pemesanan dapat menghubungi:
Fr. Eko: 0823-5329-4151.
Fr. Ipo: 0895-1621-2449.
Pembayaran dapat melalui rekening berikut:
- Mandiri 144-002633-493 a.n. Keuskupan Malang Ekonomat STIG.
- BCA 0111- 900-484 a.n. Alphonsus Tjatur R & Yohanes Triyana