Gosip Seperti Tusukan Pedang dari Belakang

0
40 views
Ilustrasi.

Puncta 02 Agustus 2024
Jum’at Biasa XVII
Matius 13: 54-58

HANCUR hati Pandita Durna ketika mendengar suara orang banyak yang mengabarkan bahwa Aswatama mati. Aswatama adalah anak satu-satunya yang dibesarkan agar menjadi punggawa di Hastina.

Namun orang banyak memberi berita bahwa anaknya itu mati di medan perang. Ia tidak tahu bahwa berita itu memang didesain atau dibuat untuk melumpuhkan Durna agar mudah dikalahkan.

Selama Durna menjadi senopati perang, tidak ada orang yang mampu menandinginya. Para Pandawa takut dan tunduk kepada guru yang dihormati ini.

Maka Kresna membuat tipu daya bagaimana menghancurkan semangat juang Durna. Ia menyebarkan berita bohong di tengah peperangan.

Dibuatlah berita bohong bahwa Aswatama, anak satu-satunya gugur di medang perang. Karena ada berita buruk ini, maka Durna jadi patah semangat dan akhirnya gampang dibunuh oleh kelicikan Trustajumena.

Orang-orang Nasaret tidak mau menerima Yesus karena menilai Yesus dari latar belakang keluarga-Nya. Mereka menghina, merendahkan, meremehkan pribadi-Nya yang hanya anak tukang kayu, keluarga biasa bahkan tak punya status sosial di mata masyarakat.

Penilaian orang banyak sering lebih kejam daripada pedang tajam. Bullying orang-orang lebih mematikan daripada racun atau bisa ular kobra. Membully orang itu adalah tindakan yang tidak manusiawi.

Zaman sekarang, orang merasa diri paling tahu segala-galanya. Dengar berita sedikit saja dan belum jelas dari mana sumbernya, orang langsung menyebarkanya kemana-mana. Dan kadang ditambahi dengan bumbu-bumbu yang makin pedas.

Seperti orang-orang Nasaret itu, mereka tidak mengenal siapa Yesus sesungguhnya, tetapi sudah menghakimi dan menyimpulkan sendiri.

Mereka cepat menolak dan tidak percaya. Dengan kejam mereka menghakimi dan merundung martabat-Nya.

“Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”

Kalau tidak benar-benar tahu, jangan cepat menganggap diri paling tahu dan dengan gampang menghakimi orang lain. Kalau tidak tahu masalah sesungguhnya, lebih baik diam saja daripada membuat air menjadi keruh dan masalah menjadi rumit.

Kalau anda menyebarkan berita bohong, anda telah membunuh karakter seseorang. Sulit mengembalikan nama baik seseorang maka jangan mudah menilai seseorang hanya dengan kacamata diri sendiri.

Dari Wonogiri pergi ke Pacitan,
Banyak bukit tinggi yang menjulang.
Menyebarkan berita bohong itu kejahatan,
Lebih kejam dari tusukan pedang.

Wonogiri, jangan suka bergosip ria
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here