Home BERITA Goyang Pinggul, Pola Hidup Sehat Model Emak-emak di Shantou – Tiongkok (4)

Goyang Pinggul, Pola Hidup Sehat Model Emak-emak di Shantou – Tiongkok (4)

0
Acara senam bersama di sebuah taman terbuka di Shantou - Tiongkok (Mathias Hariyadi)

KALAU malam mulai datang merayap, coba sesekali keluar rumah dan masuk ke kompleks permukiman penduduk di kota Shantou (Shantaw). Maka, di depan mata akan tersaji pemandangan yang jarang kita dapati di Indonesia. Di setiap lokasi perkampungan itu, selalu ada taman terbuka untuk umum yang disediakan oleh pemerintah setempat sebagai ‘ruang publik’.

Ruang publik terbuka

Zaman dulu, kita masih ingat bahwa di setiap pusat kota selalu ada alun-alun. Itulah ‘ruang publik’ yang terbuka untuk umum dimana setiap warga bisa datang mengajak sanak-saudaranya untuk sekedar menikmati malam sembari kongkow, ngobrol ngalor ngidul dengan tema pembicaraan dari A to Z.

Selama tiga hari bermalam di Shantou tak jauh dari kompleks permukiman penduduk, dolan mengunjungi lokasi ‘ruang publik’ terbuka menjadi sesuatu yang menyenangkan. Lihat saja di setiap kawasan RT atau RW, selalu ada taman dengan ruang publik yang ditata rapi dan terawat.

Baca juga: Di Shantou – Tiongkok, Semua Serba Seafood Enak di Meja Makan (3)

Di situ ada kolam besar, lalu ada pepohonan yang hijau mengitari lahan ruang publik dan di tengahnya ada lapangan basket yang setiap malam selalu penuh dengan anak-anak muda penggila olahraga paling populer di Amerika Serikat ini.

Tak jauh dari situ seperangkat alat senam dan olahraga juga tersedia. Di ujung sana, ada sekelompok ibu-ibu –dari usia muda sampai emak—melalukan aktivitasnya sendiri: bergoyang pinggul mengikuti irama hip hop yang tersaji melalui perangkat audio portable sederhana.

Seragam rapi dan modis

Sekali waktu, sempat muncul di pikiran saya ‘gagasan nakal’…ah jangan-jangan tempat ini seperti mana gitu…dimana ada banyak perempuan penjaja cinta berkeliaran di waktu malam hari mencari teman kencan. Mahfum, karena ibu-ibu muda ini datang ke ‘ruang publik’ terbuka ini dengan pakaian sangat modis: bersepatu, bergincu, rambut ditata rapi, pakaian sedikit minim, dan mengibarkan aroma kegairahan. Begitulah kira-kira kesan yang mampir di benak.

Namun, beberapa menit kemudian, kesan itu pun langsung sirna ketika di ujung taman itu musik hip hop mulai diperdengarkan melalui perangkat audio sederhana yang bisa dibawa kesana kemari. Ibu muda ini langsung cancut taliwanda, sejenak turun dari sadel motornya dan dalam hitungan menit langsung bergabung dengan kelompok bayanya.

Sejurus kemudian, ibu-ibu muda bersama angkatan emak-emak mulai menari, dansa-dansi mengikuti irama musik.

Nyaris sama dengan yang terjadi di taman-taman terbuka di Indonesia –utamanya di Jakarta, ketika Minggu pagi—mereka juga melalukan semacam ‘senam bersama’ yang dipandu oleh iringan musik. Hanya saja kalau di Tanahair yang diperdengarkan adalah jenis  house-music dengan irama beruntun yang cenderung memompa semangat tanpa henti untuk bergerak, tapi di Shantou jenis musiknya sangat beda.

Baca juga:  Open space needs local governments’€™ political will

Selain lebih soft dan enak didengarkan, gaya senam ibu-ibu muda dan emak-emak ini pun juga lebih enak dilihat. Bukan apa, karena mereka datang ke acara ‘senam bersama’ ini dengan pakaian modis: berseragam, bersepatu sedikit hak tinggi, bergincu, dan tentu saja ada yang cantik-bening.

Bersaing tiap kawasan

Pemandangan seperti ini tidak hanya terjadi setiap malam di titik permukiman tertentu. Melainkan terjadi dan ‘ada di mana-mana”. Ibarat kata, setiap kawasan RT atau RW memiliki irama dan acaranya sendiri-sendiri. Yang muda laki-laki bermain basket, ibu-ibu yang baru saja punya bayi momong anak mereka bermain di taman, yang sedikit lebih ‘senior’ tapi masih boleh dibilang muda ya berdansa-dansi bersama angkatan sepuh.

Ternyata, pemandangan seperti ini tidak hanya menarik bagi turis asing dari Indonesia. Bagi orang-orang lokal di permukiman penduduk di Shanto ini pun, goyang pinggul ibu-ibu muda dan kaum emak-emak ini pun menarik atensi mereka. Ketika musik sejenis hip hop diperdengarkan dan goyang pinggul mulai digelar, maka mata pun melihat tanpa berkedip.

Saya baru ngeh bahwa rombongan teman-teman di Shantou sudah meninggalkan lapangan terbuka itu, ketika seseorang menggamit lengan saya dan berucap: “Yuk pergi jalan lagi …”

Dan ibu-ibu muda serta emak-emak itu pun masih melanjutkan tarian mereka.

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version