Gua Maria Mater Misericordiae Sukomoro, Oase Rohani di Pinggiran Kota Palembang

1
8,093 views
Gua Maria Misericordiae di Sukomoro, Kota Palembang. (Romo Titus Jatra Kelana Pr)

MENURUT tradisi yang telah berlangsung sejak lama, pada bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik secara khusus memberi penghormatan kepada Bunda Maria.

Mei disebut Bulan Maria dan Oktober disebut Bulan Rosario.

Ketika bulan Mei atau Oktober tiba, umumnya orang Katolik akan mengisinya dengan beragam kegiatan devosional atau doa-doa yang secara khusus diungkapkan sebagai penghormatan kepada Maria, Bunda Yesus.

Ada yang mengadakan Doa Rosario di lingkungan sepekan sekali atau setiap hari secara bergiliran selama sebulan penuh. Ada pula yang mengisinya dengan kunjungan ke sejumlah tempat ziarah Bunda Maria, baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

Tempat ziarah Bunda Maria yang telah mendunia  misalnya Lourdes dan Fatima. Selain dua tempat tersebut, di Indonesia pun terdapat begitu banyak tempat ziarah Bunda Maria:

  • Gua Maria Sendang Sono dan Lawangsih di Kulon Progo.
  • Gua Maria Tritis di Wonosari, Gunung Kidul.
  • Puhsarang di Kediri.
  • Gua Maria Kerep di Ambarawa
  • Gua Maria Kaliori di Purwokerto.
  • Gua Maria Fatima Sawer Rahmat di Kuningan Jawa Barat.
  • Taman Doa Maria Bunda Segala Bangsa di Bukit Nilo Maumere.
  • Graha Maria Annai Velangkanni di Medan.
  • Gua Maria Padang Bulan di Pringsewu Lampung.
Jalan menuju lokasi Gua Maria Misericordiae.
Gerbang utama.
Suasana rindang dan hijau alami.

Umumnya pada bulan Mei dan Oktober, tempat-tempat ziarah tersebut ramai dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai tempat.

Maria, Bunda penuh rahmat

Tradisi Gereja yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang di kalangan umat ini erat kaitannya dengan sosok Bunda Maria dan menjadi salah satu bentuk devosi umat yang populer. Devosi kepada Bunda Maria ini adalah bentuk ungkapan penghormatan kepada Maria, sebagai Ibu Tuhan Yesus.

Ada begitu banyak sikap hidup Bunda Maria yang patut kita teladani. Maria adalah sosok pribadi yang hidup penuh totalitas, rendah hati, sederhana dan murni dalam mewujudkan iman dan kepasrahannya kepada kehendak Bapa.

  • Bunda Maria adalah contoh yang ideal dalam menghidupi iman dan memperjuangkan kehendak Allah di atas segala keegoisan pribadi dan harapan-harapan kita.
  • Bunda Maria adalah model bagi kita umat beriman untuk hidup, bersikap dan bertindak menghadapi misteri panggilan Allah yang begitu luas dan agung pada masa kini.

Kalimat yang diucapkan Bunda Maria, “Aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”, merupakan gambaran atau ekspresi imannya yang sangat mendalam dan bentuk kepercayaan total yang sehabis-habisnya kepada rencana Allah, meski sesungguhnya masih diliputi  oleh suasana atau situasi gelap dan tak pasti. Jawaban Maria menjadi jalan terpenuhinya janji Allah akan hadirnya Mesias.

Maria adalah Bunda Yesus dengan demikian ia adalah Bunda semua orang Kristen. Dalam sejarah iman Kristiani dan Gereja, posisinya sangat unik, Maria dekat dengan Allah dan juga dekat dengan semua orang.

Sebagai Bunda Yesus, Maria memiliki peran penting dalam meneruskan rahmat Allah. Kesiapsediaan Maria ini berbuah rahmat yang senantiasa mengalir bagi semua manusia.

Jalan salib di Gua Maria Misericordiae Sukomoro.

Gua Maria Mater Misericordiae Sukomoro

Salah satu alternatif tempat yang perlu dicatat dalam agenda perjalanan ziarah Bunda Maria adalah Gua Maria Mater Misericordiae (Bunda Belas Kasih). Lokasinya terletak di Desa Sukomoro, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Kurang lebih berjarak sekitar 20 Km pusat Kota Palembang, Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan.

Gua Maria ini berada di kompleks Panti Werdha (Rumah Jompo) Sumarah yang dikelola oleh Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo (YSPB) dalam naungan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Palembang.

Tempat ziarah ini secara teritorial gerejawi berada di wilayah pelayanan Paroki St. Stefanus Palembang.

Dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II dan dalam kondisi normal, hanya  butuh waktu perjalanan sekitar 30 menit saja menuju lokasi peziarahan rohani ini.

Ketika memasuki gerbang kompleks ziarah ini, suasana sunyi dan tenang begitu terasa. Tampak pohon-pohon besar berdaun hijau nan rindang dengan batang kokoh tinggi menjulang menghasilkan udara yang segar dan suasana alam yang sejuk.

Di gerbang tampak dua malaikat dengan setia menyambut para peziarah yang datang memasuki lokasi ziarah.

Gua Maria Misericordiae dan rosario jumbo terjuntai di pohon.

Pemandangan lokasi

Dari pintu gerbang para peziarah bisa melihat Gua Maria Mater Misericordiae yang tampak dikejauhan dengan latar belakang hijaunya rumpun bambu.

Jalan setapak berlapis granit berwarna cokelat dengan motif serat kayu menjadi jalur utama bagi para peziarah yang hendak berjumpa Bunda Maria.

Jalan ini telah didesain sedemikian rupa hingga tetap ramah bagi siapa saja, termasuk lansia dan penyandang disabilitas.

Belasan lampu taman bertiang hitam tampak menghiasi sejumlah tepian jalan, menjadi penerang di kala malam tiba.

Di bagian kiri dan kanan jalan tampak sejumlah perhentian Jalan Salib yang berada di antara pepohonan hijau.

Tiba di pelataran, tampak barisan kursi bercat biru tersusun rapi untuk peziarah. Sejumlah mangkok kaca bening tempat lilin doa peziarah tertata rapi pada rak besi berwarna hitam.

Ada sesuatu yang tampak istimewa, terlihat sebuah rosario ‘raksasa’ berwarna biru tergantung di batang pohon Pulai yang tak berdaun dan mulai mengering. “Pohon Pulainya mati, mungkin karena terlalu berat beban yang dipikul”, seloroh seorang teman mengomentari situasi itu sambil tertawa.

Selanjutnya, patung Bunda Maria bermahkota bintang-bintang yang tampak anggun bersama dua malaikat kecil yang menemani dengan tangan terbuka dan tatapan teduhnya menyambut para peziarah yang datang.

Berawal dari kerinduan

“Karya Tuhan selalu tak terduga dan luar biasa”, demikian tutur Romo Vincentius Avien Setiawan, imam yang ikut aktif mengelola tempat ziarah ini mengawali kisahnya tentang Gua Maria Sukomoro.

Pembangunan tempat ziarah ini mulai digagas oleh Stefanus Ridwan pada awal tahun 2008 silam.

Secara pribadi, ia memiliki kedekatan dengan Wismalat Podomoro dan Panti Werdha Sumarah Sukomoro, dua karya pelayanan sosial Keuskupan Agung Palembang melalui Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo.

Pada saat itu, secara rutin ia datang untuk mengunjungi kerabatnya yang sedang mengikuti pendampingan khusus karena sakit yang dialami.

Salah satu pendampingnya adalah Romo Bonifasius Djuana, Direktur Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo yang juga Ketua Komisi PSE Keuskupan Agung Palembang. Setelah melalui proses pendampingan tersebut, kerabatnya pun dinyatakan sembuh.

Sejak peristiwa itu, kerja sama antara Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo sebagai pengelola kompleks Panti Werdha dan Pak Ridwan pun terjalin. Salah satu wujud kerja sama itu adalah dengan membangun sebuah gedung serbaguna dan rumah tinggal bagi para lansia yang tinggal di tempat ini.

Setelah bangunan gedung serbaguna dan rumah tinggal lansia selesai, selanjutnya  kepada Romo Bonifasius dan Romo Yohanes Kristianto, pastor paroki St. Yoseph Palembang saat itu, ia menyampaikan keinginannya untuk membangun sebuah gua Maria di kompleks Panti Werdha Sumarah sebagai bentuk ungkapan syukur atas kesembuhan kerabatnya.

Selain itu, ia berharap agar kelak kehadiran para peziarah yang datang berziarah ke tempat ini juga dapat ikut memberi perhatian bagi lansia yang ada di Panti  Werdha.

Ide tersebut segera ditanggapi dengan mengadakan survei untuk memilih lokasi yang tepat.

Bersama sahabat membangun

Setelah lokasi disepakati proses pembangunan pun dimulai. Sebuah relasi dan pengalaman yang istimewa pun terjalin.

Dilandasi oleh iman dan semangat toleransi yang tinggi, Pak Ridwan mengajak Haji Djaini, seorang sahabat karibnya untuk mewujudkan rencana ini. Romo Kristianto dan Romo Bonifasius pun terlibat aktif dalam proses pembangunan ini.

Ketika proses pembangunan sedang berlangsung, Haji Djaini pernah menyampaikan harapannya kepada Romo Bonifasius. Ia berharap agar kelak setelah selesai, bangunan tempat ziarah ini dapat diberkati oleh Bapak Uskup.

Akhirnya, setelah proses pembangunan usai 8 Desember 2008, di Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Keuskupan Palembang, berkenan untuk memberkati Gua Maria bernama Rosa Mystica (Bunga Mawar yang Gaib).

Sejak itu, umat pun mulai datang untuk berziarah dan berdoa di tempat ini. Program Misa Bulanan dan kegiatan Doa Novena pun secara rutin dilakukan.

Gua Maria  ini merupakan tempat ziarah rohani pertama di Kota Palembang yang letaknya terpisah dari kompleks gereja atau biara. 

Selama ini umumnya kegiatan devosional dilakukan di sekitar kompleks gereja atau dengan mengadakan ziarah ke berbagai tempat lain yang berada di luar Kota Palembang.

Perubahan patung dan nama

Untuk melengkapi kebutuhan sebagai tempat ziarah, pembangunan sejumlah fasilitas pendukung pun terus berlangsung. Selain melakukan pembangunan fasilitas pendukung, tim pengelola bekerja sama dengan sejumlah pihak pun juga melakukan renovasi  terhadap Gua Maria.

Terdapat keputusan penting yang diambil dalam proses renovasi itu yaitu penggantian patung Bunda Maria.

Gua Maria Misericordia Sukomoro di Palembang.

“Dalam proses renovasi itu setelah melalui diskusi, kajian dan pertimbangan mendalam akhirnya disepakati bersama bahwa patung Bunda Maria yang telah ada akan diganti dengan patung yang baru,” kata Romo Avien.

Hal senada disampaikan oleh Romo Thomas Sagino yang pada masa itu juga ikut serta dalam tim pengelola tempat ziarah ini.

“Setelah melalui pembicaraan bersama, akhirnya ada keputusan mengganti patung Bunda Maria. Dalam perjalanan selanjutnya, tim juga menyepakati bersama bahwa selain patung, nama Gua Maria pun akan diganti”, jelasnya.

Menanggapi hal ini, Romo Avien yang kini berkarya di Komisi Kateketik dan Kerasulan Kitab Suci ini pun menjelaskan tentang rencana dan pilihan nama baru untuk gua Maria tersebut.

“Saat itu, patung Bunda Maria yang baru dengan bobot sekitar 800 kg sudah jadi. Sedangkan proses renovasi gua belum sepenuhnya selesai dan masih terus berjalan. Mengingat bahwa pada waktu itu Gereja baru saja merayakan perayaan iman Tahun Yubileum Belas Kasih, maka pembangunan sejumlah fasilitas pendukung dan renovasi gua berikut kehadiran patung Maria yang baru menjadi semacam mahkota dari Tahun Belas Kasih yang akan terus mengalirkan air rahmat,” paparnya.

Maka, gelar Maria Mater Misericordiae atau Maria Bunda Belas Kasih pun menjadi pilihan untuk menjadi nama yang baru.

Itulah mengapa kemudian Gua Maria Rosa Mystica berganti menjadi Gua Maria Mater Misericordiae.

 Pada 9 Desember 2018, saat ulang tahunnya yang ke-10, Gua Maria dengan nama yang baru ini diberkati oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ”.

Imam yang memiliki hobi mencipta lagu ini juga menuturkan harapan para perintis.

“Para perintis pasti juga menginginkan di tempat yang mereka bangun akan terjadi banyak karya keselamatan Tuhan dan nama Tuhan serta Bunda Maria semakin diagungkan”.

Jangan lewatkan kesempatan

Jangan ragu dan bimbang untuk membuat agenda ziarah ke Gua Maria Mater Misericordiae Sukomoro ini.

Selain berziarah dan berdoa, para peziarah juga dapat berbagi kasih dengan para lansia di Panti Werdha Sumarah dan saudara-saudara yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba di Lembaga Rehabilitasi NAPZA Griya Anak Sayang (GAS) Nazareth.

Panti rehabilitasi korban NAPZA di Sukomoro, Palembang.
Romo Putra Setiahadi Pr (kanan) dan penghuni panti werdha.

Untuk yang dari luar kota dan butuh penginapan, jangan merasa khawatir. Wismalat Podomoro memiliki puluhan kamar dengan air tanah yang segar, kompleks yang hijau dan sejuk dengan beragam pepohonan rindang serta suasana pedesaan yang tenang bisa menjadi salah satu pilihan untuk Anda.

Semua adalah bagian dari karya pelayanan sosial Keuskupan Agung Palembang.

Ayo, jangan lewatkan kesempatan berziarah sambil berbagi kasih di pinggiran kota.

1 COMMENT

  1. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati, memberikan rejeki yang cukup serta mengijinkan kami sekeluarga bisa sampai dan berdoa di gua Maria Sukorame Palembang ini. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here