APA yang mesti dilakukan setelah mempunyai segala sesuatu? Apa yang ada dalam pikiran kita?
Seseorang datang kepada Yesus dengan pertanyaan ini, “Good teacher, what must I do to inherit eternal life?” (Mark 10:17).
Sebuah pertanyaan biasa dari seseorang yang sedang “bergumul” dalam hidup. Hidupnya sudah nyaman. Dia punya segalanya. Tetapi hatinya tetap gelisah.
Ini disebabkan oleh pengajaran dari suatu ajaran agama atau memang bagian dari proses pematangan dari pribadi yang disebut dengan manusia?
Apakah masih sampai sekarang, banyak orang, termasuk anda, sedang bertanya tentang hidup yang kekal? Dan apa maksud dari pertanyaan itu?
Menjadi sebuah pertanyaan karena kerinduan atau ketakutan? Tahu atau karena tidak tahu? Mengerti atau tidak mengerti? Serius atau biasa-biasa saja?
Waktu yang kita punyai ini, memang akan berakhir. Jam di dinding itu akan berputar, tetapi kita akan berkata, “selamat tinggal” dan orang lain akan mengatakan, “selamat jalan”, lalu, banyak orang yang akan mendoakan, “rest in peace“.
Lalu, apa yang kita rasakan, saat waktunya itu tiba? Belum bisa kita jawab, karena saat ini, kita sedang sehat bugar, belum ingin “MPP = Mati Pelan-pelan” atau “MCC = Mati Cepat-cepat” atau “MSC” = Mati Super Cepat”.
Yang menakutkan “MD = Mati Mendadak”.
Yach, ini semua berhadapan dengan sebuah kata “misteri”, tetapi tetap, kita boleh mempersiapkannya. Sebab, itulah salah satu tahap kehidupan yang akan terjadi pada kita.
Kembali kepada pertanyaan pembuka, setelah mempunyai segala-galanya, apa yang kamu pikirkan dan apa yang hendak kamu lakukan?
Ada berbeda-beda sikap yang diambil: Berbagi atau menjadi semakin egois?
Bermurah hati atau menjadi serakah? Peduli atau maunya dinikmati sendiri?
Berpikirlah, kemudian bertanyalah kepada seseorang yang menurutmu bijak, “Good teacher, what must I do to inherit eternal life?” (Mark 10:17).
Hongkong, 29 Mei 2023
Rm. Petrus Santoso SCJ