APA yang paling menonjol dan itu dilihat semua media dari sosok Paus Fransiskus ini? Media besar CNN menulis singkat dan tegas: sederhana, trengginas dan rendah hati
Dan memanglah benar, selain dikenal luas sebagai pastur yang dekat kaum miskin, Paus Jesuit ini juga dikenal hidup sangat bersahaja dan sederhana. Meski menjadi orang nomor satu di Keuskupan Agung Buenos Aires –Ibukota Argentina—Paus Fransiskus lebih memilih tinggal di sebuah apartemen biasa dibanding tinggal di Wisma Keuskupan.
Untuk kebutuhan sehari-hari, beliau juga sudah terbiasa memasak dan mencuci, menyeterika sendiri.
Hanya beberapa jam berselang setelah resmi dinyatakan terpilih menjadi Paus baru dan kemudian diproklamirkan kepada khalayak ramai di atas balkon Vatikan, Paus Fransiskus lebih memilih duduk bersamaan dengan para kolega kardinal yang akan membawa rombogan ke Asrama Santa Marta daripada duduk sendirian di dalam Mercedes kepausan. Bahkan, ketika sudah menjadi Paus pun, sepulang dari berdoa di Basilika Maria Maggiore, beliau menyempatkan diri mampir sebentar mendatangi tempat penginapan khusus para religius tempatnya menginap untuk membereskan tagihan penginapan.
Seorang penumpang pesawat terbang dalam penerbangan Buenos Aires-Roma juga menyatakan, Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ lebih memilih duduk di kabin ekonomi daripada duduk manis di kabin eksekutif.
Saat bertemu dengan para kardinal dalam sebuah kesempatan makan malam, Paus Fransiskus lebih memilih duduk di sebuah minivan daripada sedan kepausan. Ketika bertemu para kardinal ini, dengan suka cita Paus Fransiskus menyapa hangat dengan sedikit gurauan: “Semoga Tuhan berkenan mengampuni Anda sekalian karena telah berani memilih saya ….”
Berbeda dengan tradisi kepausan selama berabad-abad –termasuk yang dilakoni oleh Paus emeritus Benedictus XVI—Paus Fransiskus ini secara perlahan namun pasti akan memberi warna perubahan sangat sifnifikan di Vatikan. Terutama kesan atmosfir ‘angker’ dalam pengertian positif: triumpalis, penuh simbolisme, dan terkesan ‘wah’ bila dipandang.
Paus Fransiskus mengawali derap perubahan itu secara sederhana dan bersahaja: mulai dari diri sendiri.
“Terpilihnya Paus Fransiskus menandakan satu hal: perubahan radikal sesuai dengan misi fundamental Gereja yakni kesederhaan, cinta kepada kaum papa, dan keteguhan (memegang nilai),” tulis Pastur Antonio Spadaro, editor majalah La Civiltà Cattolica, sebuah jurnal terbitan Jesuit yang punya akses kuat dengan Kantor Sekretariat Vatikan.
Apa yang dikerjakan Paus Fransiskus di hari pertama pemerintahannya?
Bukan berpidato atau bertemu muka dengan para kolega kardinal yang baru saja memilihnya. Paus Fransikus justru keluar dari Vatikan untuk sejenak berdoa di Gereja Maria Maggiore, sekitar 4 kilometer dari Vatikan, tak jauh dari Stasiun Sentral “Termini” di jantung kota Roma.
Yang dilakukan Paus di Gereja Maria Maggiore tak lain adalah berdoa-dan-berdoa. Rupanya, paus Jesuit ini punya devosi kuat terhadap Bunda Maria. Dan Basilika Maria Maggiore yang begitu indah dengan lukisan artistic di plafon-plafonnya adalah gereja khusus yang sengaja dibangun sebagai persembahan devosional untuk Bunda Maria.
Sebagai Jesuit, Paus Fransiskus menyempatkan diri berdoa sejenak di sebuah kapel kecil di dalam Basilika Maria Maggiore dimana dulu pendiri Serikat Jesus Santo Ignatius Loyola pernah mempersembahkan misa pertamanya usai menerima tahbisan imamatnya di Roma.
Tentang kesahajaan Paus Fransiskus ini, Kardinal Jean-Pierre Ricard dari Bordeaux, Perancis punya kisah sendiri. Sesaat setelah menyapa khalayak ramai dari balkon Basilika Santo Petrus, paus ini mempraktikkan sesuatu yang baru di lingkungan kepausan.
Alih-alih berjalan menghampiri menuruni tangga sendiri sementara para kardinal menunggu kesempatan berikutnya, Paus Fransiskus malah mengajak para kardinal lain turun bersama-sama dari tangga balkon itu. “Staf rumah tangga Kepausan menyuruh kami minggir sejenak agar Paus berkenan berjalan duluan menuruni tangga –karena ini sesuai tradisi yang ada,” kata Kardinal Ricard.
“Tapi beliau malah berkata: “Ah…tidak….tidak…tidak, kita semua bisa berjalan berbarengan bersama masuk elevator ini,” kata sang kardinal.
“Dan ketika sampai di bawah untuk kemudian naik bus bersama menuju Asrama Santa Marta, lagi-pagi Paus berkata: “Tidak perlu naik Mercy sendirian, tapi saya ingin tetap bersama Anda sekalian”…dan memanglah kendaraan khusus Sri Paus akhirnya dia tinggalkan kosong,” sambung sang kardinal.
Sekali waktu, saat memimpin misa di Kapel Sistina sebelum Konklaf akhirya menghasilkan nama pasti untuk paus baru dan dia terpilih, Kardinal Jorge Mario Bergoglio berkata dalam kotbahnya bahwa Gereja Katolik Semesta sekarang ini harus membangun imannya di atas “karang” keras bernama iman sebagaimana dipraktikkan oleh Gereja Perdana dengan teladan Paus pertama Santo Petrus.
“Kalau kita tidak melakuan sesuatu yang berarti, itu sama saja kita hanya berdiam diri tidak melakukan apa-apa. Kalau kita membangun Gereja tidak di atas sebuah karang yang keras, maka lihatlah apa yang terjadi ketika anak-anak membangun rumah-rumah pasir di pantai. Dalam sekejap, rumah-rumahan itu akan berantakan hancur (diterjang ombak),” kata Kardinal Bergoglio beberapa saat sebelum akhirnya mendapat mandat kekuasaan tertinggi sebagai Paus.
Jauh dibandingkan dengan Paus Benedictus XVI yang dikenal luas sebagai teolog-filosof yang brilyan dan cerdas serta suka “mengawinkan” argumen-argumen rasional dan biblis, Paus Fransiskus ini jauh lebih simple dalam penyampaian gagasannya.
“Tampaknya beliau ingin memberi pesan sesuatu kepada masyarakat,” tukas Pastur Federico Lombardi SJ, jurubicara Vatikan yang juga seorang Jesuit.
Barangkali kesahajaan itulah yang ingin beliau sampaikan kepada dunia, Gereja harus menjadi motivator hidup bersahaja. Maka dari itu, tutur Federico Lombardi, berbeda dari paus-paus sebelumnya yang selalu memakai penutup jubah warna merah dengan desain khusus khas kepausan, dalam sebuah audiensi resmi dengan para Kardinal yang dijadwalkan berlangsung hari Jumat ini, Paus Fransiskus justru memilih akan memakai jubah imam warna hitam sebagaimana biasa dipakai para pastur di Eropa tanpa tambahan ornament apa pun.
Ketika tahun 2001 namanya disebut Vatikan karena diangkat menjadi Kardinal oleh mendiang Beato Paus Yohannes Paulus II, Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ memilih tidak berangkat ke Roma menerima anugerah gelar titular tersebut. Kepada teman sejawatnya Kardinal Philippe Barbarin dari Keuskupan Agung Lyon di Perancis, kardinal Jesuit ini mengemukakan alasannya waktu itu:
“Kepada saya, beliau mengatakan kondisi Argentina tengah payah, dan karena itu dia memilih tidak berangkat ke Roma dan tetap tinggal di Buenos Aires,” kenang Kardinal Barbarin. “Bagi saya pribadi, pilihan itu tepat dan baik. Ketika negaranya tengah menghadapi kemelut, beliau memilih ‘Saya tinggal di sini saja’. Padahal, dia bisa suka-suka di Roma atas hadiah menerima gelar kardinal itu. Namun beliau memilih tidak mau berangkat,” tambah kardinal Perancis ini.
“Pilihan nama Fransiskus sama saja memberi roh baru kepada Gereja dengan semangat sederhana, bersahaja dan cinta kaum papa,” tutur Pastur Enzo Fortunato, direktur pusa informasi Basilika Fransiskus Assisi di Italia.
Darah kental Italia yang mengalir dari keluarganya membuat Paus Fransikus dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat Italia. Meski lahir dan berpaspor Argentina, keramahaan seorang Paus Fransiskus sudah menghasilkan daya pikat luar biasa bagi pemegang kekuasaan tertinggi di Tahta Suci Vatikan ini. Dan ini barangkali menjadi orang Argentina kedua setelah Diego Maradona yang mendapat tempat di hati banyak orang Italia.
Maradona terkenal di Italia setelah bergabung dengan klub sepak bola Napoli tahun 1980-an. Paus Fransiskus SJ mulai dicintai masyarakat Italia atas tiga hal penting: darahnya Italia, nama kepausannya juga Italia dan terakhir dia juga pasti lancar berbahasa Italia.
Dan apa komentar orang Italia atas sosok Paus Fransiskus ini?
“Beliau membuat kami sangat terharu, ketika meminta khalayak ramai mendoakan beliau terlebih dahulu sebelum akhirnya beliau berkenan memberikan berkat kepausan,” tutur Fabrizio Venanzoni, seorang mahasiswa teknik di Roma yang ikut berdiri menanti haru dalam kedinginan menunggu kepulan asap putih keluar dari cerobong asap Kapel Sistina, 13 Maret 2013.
“Beliau mulai menyapa kami dengan bahasa Italia ‘Buona sera’ dan itu membuat beliau rasanya seperti kita-kita juga: orang Italia. Beliau membuat bisa berharap agar Basilika Santo Petrus tidak lagi lazimnya sebuah bangunan mati, melainkan menjadi ‘rumah kita bersama’ terutama mereka yang telah dilupakan oleh banyak teolog dan para cerdik pandai,” tambah Venanzoni.
Kami tambahkan jejak-jejak kerendahan hati yang dicatat oleh Pastur Jimmy Balubun sebagaimana muncul di sebuah milis internal katolik.
24 jam sejak terpilih menjadi Paus baru –demikian pernyataan jurubicara Vatikan Pastur Federico Lombardi SJ–, Paus Fransikus melakukan banyak terosobosan baru:
· Ketika terpilih menjadi Paus di Kapel Sistina, Paus Fransiskus memutuskan diri tidak mau menempati kursi atau tahta paus, melainkan melainkan berdiri dan menyalami para kardinal satu persatu;
· Paus Fransiskus memilih mengenakan pakaian kepausan biasa tanpa aksesori khas kepausan mantel warna merah dan tetap memakai salib biasa yang belasan tahun beliau pakai sebagai Uskup;
· Paus tidak menggunakan mobil khusus untuk pergi ke Casa Santa Maria, ia memilih menggunakan bus yang digunakan para kardinal selama masa konklaf. Paus mengatakan, “Saya akan menggunakan bus sama ini, karena saya datang ke sini dengan bus bersama Anda semua dan akan kembali juga dengan bus.”
· Pada saat makan malam di Casa Santa Maria, pada saat toast dengan para kardinal, Paus dengan nada berseloroh mengatakan, “Semoga Tuhan mengampuni Anda sekalian atas apa yang telah anda lakukan.”
· Pada pagi hari saat mengunjungi Basilika Maria Maggiore, beliau menyempatkan diri sembahyang kepada Maria kurang lebih 10 menit dan dalam perjalanan pulang sempat mampir membayar sendiri tempat penginapan sebelum masuk Konklaf.
· Paus menggunakan common Vatican service car dan tidak mau menggunakan the papal limousine;
· Paus hanya dikawal oleh beberapa petugas keamanan tanpa pengawalan kepolisan;
· Saat menyempatkan singgah di The Paul VI International House, beliau turun dan menyalami para tamu dan staf di situ sembari mengucapkan terima kasih atas apa yang telah mereka kerjakan. Yang menarik adalah dia mengambil barang-barang bawaannya (bagasi) dan kemudian membayar kamar yang telah ia gunakan selama beberapa waktu tinggal di situ. (Bersambung)