MENDAMPINGI orang yang sedang dalam trauma berat memerlukan sikap bijaksana dan cermat. Salah langkah sedikit, bisa jadi batang gelagah yang nyaris patah malah terputus. Terkulai.
Bagian kedua kitab Nabi Yesaya berbicara tentang bangsa Israel yang sedang pulih dari trauma pembuangan Babilonia. Selama pembuangan yang penuh penderitaan sebagian dari mereka nyaris putus asa. Mereka bertanya, “Apakah Tuhan sungguh ada?”
Hamba pilihan Allah yang diutus ke tengah mereka mesti memahami situasi psikologis bangsa itu. Mewartakan Tuhan secara hati-hati. Menyalakan kembali harapan.
“Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.” (Yes 42: 2-3).
Tuhan yang diwartakan oleh Yesaya sedang menyelamatkan umat-Nya. “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.” (Yes 42: 6).
Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya yang dalam situasi sulit menaruh iman dan pengharapan kepada-Nya. Ini berlaku hingga saat ini.
Ke tengah umat yang sedang dalam kesulitan dan pelbagai trauma berat Tuhan mengutus hamba pilihan-Nya yang akan menegakkan hukum secara lemah lembut.
Apakah aku sedang dalam kesulitan? Apakah hidupku sedang dalam situasi tidak pasti? Kehilangan harapan?
Marilah menaruh pengharapan kepada hamba pilihan Allah yang selalu menyertai dan meneguhkan mereka yang lemah.
Senin Pekan Suci, 11 April 2022