BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Selasa, 3 Agustus 2021.
Tema: Celah kemusnahan.
- Bacaan Bil 12: 1-13.
- Mat. 14: 22-36.
KERAGUAN adalah celah ketakutan. Kecemasan hanya menghasilkan ketidakpercayaan.
Itulah musuh kehidupan.
Hidup tidak bisa lagi dinikmati dalam syukur atas anugerah yang indah. Miryam dan Harun terbakar iri pada Musa. Allah menghukum, ay 1-2, 10.
Keraguan, kecemasan dan ketakutan itulah benih-benih kematian. Hidup menjadi cemas galau dan tak ke arah.
Itu dapat menjadi celah kuasa kejahatan, kuasa kegelapan yang menjauhkan kita dari iman. Bahkan bisa menguasai hidup kita, sehingga takut akan Tuhan menjadi sesuatu yang sulit.
Doa dan keheningan bisa menjadi sarana kita untuk menjumpai Yesus. Membiarkan Firman-Nya mengobarkan iman kita.
Kita membutuhkan saat-saat hening untuk mendengar dan makin percaya.
Yesus sendiri sebagai Tuhan selalu mengupayakan keintiman, kehangatan dan penyerahan diri kepada Allah Bapa. Ia berdoa sebagai kekuatan untuk tetap belajar setia pada jalan Bapa. Jalan kasih, berbela rasa, ay 23.
Dihantui perasaan
“Romo, mohon ada waktu untuk memberkati apartemen saya,” sekali waktu ada yang kirim info ini.
“Saya memutuskan pindah. Rumah lama dijual. Ribet mengurusnya. Saya memutuskan mencari sebuah tempat yang nyaman, tetapi juga gampang membersihkan. Apartemen pilihannya, Mo. Kapan ya Romo bisa?” terangnya.
Ruangan apartemen itu kecil, rapi, nyaman, namun terkesan besar. Tapi belum ditempati.
“Romo kalau ada waktu coba istirahat disini. Mungkin mau istirahat sebentar? Ajak aja romo-romo yang lain. Biarlah tempat ini semakin diberkati,” pintanya.
“Loh kan sudah diberkati?”
‘Iya Romo. Tapi saya mengalami perasaan aneh. Setiap saya mulai naik lift dan berjalan di lorong, saya selalu merinding. Memang aman, ada cctv, tetapi sepi,” jawabnya.
“Kan ada kamera. Kok takut semua. Kan semua under control,” jawabku.
“Ya itu masalahnya. Sekuriti mantap. Tidak ada mungkin orang yang mengganggu. Tapi perasaan saya berbicara lain. Jadi saya takut dan sementara tinggal bersama adik saya,” sanggahnya.
“Kalau saya membuka pintu dan mulai masuk, saya tetap merasa merinding. Terkesan ada yang yang mengganggu perasaan saya. Saya cemas dan takut.
Kadang juga ada suara-suara yang bagi saya tidak mungkin, aneh, dan membuat merinding.
Terutama dalam gudang,” kisahnya.
Ketika berkunjung dan berdoa, saya merasa tidak ada apa-apa. Kami minum, berbicara, tidak ada yang ganggu. Dan saya merasa tidak ada apa-apa.
“Tuh Mo. Saya mendengar ada suara yang aneh. Di gudang, Romo.”
Saya menghampiri lokasi gudang.
Dalam hati saya berdoa, “Tuhan jagalah dan berkati rumah ini. Seandainya ada sesuatu yang tidak dapat kurasakan dan kulihat biarlah Engkau bertindak. Kami percaya. Kami aman dalam tanganmu. Tidak ada kuasa satu pun yang akan merebut hidup kami dalam Terang kasih-Mu.
Saya pun kembali ke tempat duduk. Tidak melihat, tidak merasakan apa pun.
Perasaan, kepekaan dan pengalaman seseorang bisa berbeda.
Namun imanlah yang membentengi hidup kita
Saya diajari dan percaya, kalau saya berani percaya, belajar berani berserah tidak ada satu pun yang saya takuti.
Kuasa Tuhan lebih besar dari segalanya. Saya harus menenangkan perasaan. Saya juga harus mengheningkan batin; belajar mengimani Firman.
Tapi pemilik apartemen masih belum berani. Berkali-kali saya usulkan ajaklah saudaramu dan adikmu weekend di tempat ini
Undanglah beberapa orang komumitas lingkunganmu untuk berdoa bersama.
Itu dilakukan. Beberapa bulan kemudian ia mencoba. Memang pada awalnya terasa tidak mudah, cemas, ragu dan sedikit ketakutan masih membayang.
Keraguan bisa membawa pada ketakutan dan itulah celah kuasa kegelapan masuk dan mengacaukan kehidupan kita. Usirlah keraguanmu dan rasa takut.
Belajarlah berani percaya. Tuhan tak pernah lelah menemani perjalanan hidup kita.
Lama kelamaan ia pun terbiasa. Beberapa saat kemudian ia menempatinya. Dan menikmati kehidupan dalam Tuhan.
Tuhan Yesus ajari kami seperti para murid berani berkata, “Sesungguhnya, Engkau Anak Allah”, ay 33.
Amin.