Hanya Debulah Aku

0
52 views
Rabu Abu: Tanda abu di dahi. (Ist)

Rabu 14 Februari 2024.

  • Yl. 2:12-18;
  • Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17;
  • 2Kor. 5:20-6:2;
  • Mat. 6:1-6,16-18

Hanya Debulah Aku

HANYA debulah aku
Di alas kakiMu Tuhan
Hauskan titik embun
Sabda penuh ampun

Tak layak aku tengadah
Menatap wajahMu
Namun tetap kupercaya
Maha rahim Engkau

Penggalan syair ini dari lagu yang sering kita nyanyikan pada Masa Prapaskah Hanya Debulah Aku.

Siapakah kita ini? Pengarang lagu ini, menunjukkan jati diri kita di hadapan Allah sebagai abu.

Kita ini manusia yang berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu. Abu juga melambangkan dukcita, ketidakabadian dan sesal/tobat.

Dengan pemberian abu. Gereja mau mengingatkan kita akan ketidakabadian sehingga memanggil kita untuk hidup dalam semangat pertobatan sejati.

Abu ini juga mengajak kita sepanjang Prapaskah untuk mengarahkan hati kita kepada Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita.

“Kepergian ibuku, menyadarkan diriku betapa rapuhnya hidup manusia ini,” kata seorang bapak.

“Tidak ada yang menyangka bahwa usia ibu, sependek ini,” lanjutnya.

“Satu pekan yang lalu, ibu masih aktif dan banyak rencana untuk keluarga dan juga rencana untuk pelayanan di Gereja,” paparnya.

“Namun, Tuhan punya rencana lain, ibu meninggal waktu tidur,” ujarnya

“Tidak ada pesan apa pun bagi kami, bahkan untuk bapak yang tidur bersama ibu, bahkan ibu juga tidak punya waktu untuk mengaku dosa, menerima komuni,” lanjutnya.

“Kepergian ibuku, membuka pintu tobat bagiku, saya tidak ingin meninggal dalam.kedaaan tidak siap. Meninggal dalam keadaan hati yang dipenuhi dengan rasa marah, rasa sesal, dan meninggalkan banyak kepahitan dengan sesama,” paparnya.

“Kepegian ibu, mengaku untuk bertobat,” tegasmya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

“Dan apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.”

Setiap perbuatan tentu ada tujuannya. Tindakan sepele, mungkin untuk tujuan sepele. Tindakan yang penuh pertimbangan dan menuntut pemikiran, mungkin untuk suatu tujuan penting pula. Jadi, tidak ada suatu perbuatan apa pun yang tidak punya tujuan. Itu artinya, tindakan dimaksudkan untuk sesuatu.

Maka, pantaslah kita ingat kata bijak ini; “Setiap perkataan belum tentu mengubah sesuatu, tetapi setiap perbuatan selalu punya efek bagi kehidupan.”

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus memberikan penekanan pada tiga hal penting dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama dan Tuhan, yakni puasa ,sedekah, dan doa.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau menjalani masa tobat ini dengan tindakan nyata?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here