DIKEJUTKAN cahaya cemerlang yang tak pernah kujumpai, di tengah padang rumput di timur Bethlehem, aku terbangun. Semua domba terkejut. Mengembik. Agak gaduh, tapi kemudian tenang. Cahaya cemerlang membangunkan rombonganku, bertujuh.
Kami cuma takjub, tertunduk. Belum pernah kami alami. Seorang malaikat berdiri di depan barisan ratusan lain.
Bersuara lembut, ia berkata, “Cepat pergi ke gua, ke kandang ternak, tempat kalian biasa berlindung kalau hujan dan badai. Temui seorang bayi dibedung di kain lampin di palungan,”
Tanpa penundaan, kami semua mulai berkemas. Mengumpulkan domba gembalaan kami masing-masing.
Aku cuma menggembalakan 15 ekor. Si Avram menggembalakan 20. Memang, jumlah tidak banyak. Itulah kemampuan kami.
Domba kami adalah domba pilihan untuk persembahan di Bait Tuhan. Betul.
Tapi, kami masih punya juga bebera lain yang bukan untuk persembahan. Itu untuk persembahan bagi gembala, untuk menyambung hidup.
Berombongan kami berangkat. Ke arah barat. Mengikuti tanda: bintang besar. Bersinar cemerlang. Tepat di atas kandang. Berombongan kami pergi. Bersama menghalau mara bahaya binatang buas belantara: buduk, serigala, singa gurun, ular. Bersama kami halau rampok dan pencuri.
Saat sampai di palungan, aku hanya tepekur. Biasa saja yang kulihat. Cuma, saat memandang bayi itu, aku cuma bergumam, miserere meum, Domine. Kasihanilah aku, Tuhan.
“Ibu, saya cuma punya lima potong kain dari bulu domba. Hanya ini saja untuk Anak. Semoga bisa memberi lagi lain kali pada kunjungan berikut,” kata Jonathan.
“Bapak, saya tinggalkan enam ekor domba betina. Semua bisa diperas susunya. Tiga bulan lagi saya tukar,” kata Avram yang dituakan dalam kelompok.
“Ibu, mohon diterima roti jelai dan ikan asin. Tidak banyak cukup untuk seminggu. Dan ini tiga helai selimut. Supaya Sang Anak tidak kedinginan,” kataku sesaat sebelum kami berpamitan.
Sekeluar dari kandang, yang tinggal di hati cuma: Damai. Itu yang kami kabarkan pada sesama teman penggembala dan orang yang kami temui di jalan. Damai.
24.12.2019. bm-1982
ac eko wahyono
Pax in die nalatale Domini. Damai di hari kelahiran Tuhan.