Hapal Pancasila

0
51 views
Pancasila.

Puncta 8.3.24
Jum’at Prapaskah III
Markus 12: 28-34

PRESIDEN sering berkunjung ke daerah. Kadang dalam perjumpaan dengan kelompok tertentu, beliau memberi hadiah sepeda. Namun untuk mendapatkan hadiah sepeda, orang harus menjawab pertanyaan dulu.

Ada anak yang ditanya, “Apa kamu hapal Pancasila? Coba sebutkan lima sila dalam Pancasila.”

Anak itu walau terputus-putus menyebut dengan hapal kelima Pancasila. “Ambil sana sepedanya,” kata presiden. Lalu dengan sukacita dia ambil hadiahnya.

Setiap orang bisa jadi hapal Pancasila, tetapi belum tentu akan mudah untuk melaksanakannya. Kita semua tahu dasar moral kehidupan berbangsa yang tersusun dalam Pancasila.

Tetapi untuk melakukan dan mewujudkannya masih perlu kerja keras dan perjuangan terus menerus.

Ahli Taurat semestinya sangat hapal dan paham tentang hukum, karena hampir tiap waktu mereka mempelajari dan mengajarkannya. Namun ia masih perlu bertanya kepada Yesus tentang perintah yang paling utama dalam Hukum Taurat.

Pertanyaan itu mungkin hanya untuk menguji sejauhmana Yesus memahami Hukum Taurat karena Dia adalah seorang Yahudi.

Maka Yesus menjawab dengan mengutip Kitab Ulangan yang berbunyi, “Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita itu Tuhan yang Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan perintah yang kedua ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini. Itulah jawaban Yesus yang tidak bisa dibantah lagi oleh ahli Taurat. Ia hanya membenarkan dan mengamini jawaban Yesus.

Tetapi ahli kitab itu tidak cukup hanya mengamini dan membenarkan saja. Memang dia dinilai bijaksana dengan jawaban itu. Yesus mengapresiasi jawabannya. “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.”

Tidak jauh itu artinya belum sampai masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ia sudah dekat tetapi belum sampai. Agar bisa sampai, maka apa yang sudah diketahui dan diyakini itu harus dilaksanakan.

Tidak cukup hanya tahu dan paham tentang hukum cinta kasih, tetapi harus sampai pada pelaksanaannya.

Sama seperti pertanyaan ahli Taurat tentang apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal, Yesus mengakhiri cerita tentang orang Samaria yang baik itu dengan berkata, “Pergilah, dan perbuatlah demikian.”

Kita tidak cukup hanya mengetahui dan meyakini, tetapi lebih dari itu adalah melakukan hukum cinta kasih itu.

Itulah yang lebih penting agar kita bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga, tidak cuma “muntub-muntub” atau tidak jauh dari Kerajaan Allah.

Naik ke atap untuk perbaiki genting,
Gentingnya pecah kejatuhan kelapa.
Melakukan ajaran kasih lebih penting,
Daripada hapal di luar kepala saja.

Cawas, jangan hanya hapal dan omong doang
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here