USIA senja adalah usia untuk bersyukur. Tidak perlu malu atau menyesal bahwa kita sudah kurang berdaya. Sebaliknya, pada usia muda, kita tidak boleh sombong atau berbangga karena belum tentu kita sampai tua.
Usia tua perlu disyukuri, usia muda perlu dihayati dengan penuh semangat. Pun karena corona yang tak kasat mata ini sempat memporak-porandakan segala mimpi orang muda.
Baik usia tua mau usia muda, yang paling penting adalah hari ini kita bagaimana? Sebab jika hari ini kita tidak memeteraikan dengan kebaikan, maka seluruh kebaikan kita akan sirna.
Sebaliknya, bila hari ini kita memeteraikan dengan kebaikan, semua keburukan dan kekurangan di masa lampau akan dihapuskan.
Untuk yang yunior atau yang masih kuat, jangan bersikap nantilah kalau sudah usia tertentu, sekarang santai saja dulu.
Nanti itu kapan?
Belum tentu waktu nanti itu masih ada. Maka, saat ini sampai masih diberi kesempatan untuk hidup adalah untuk berbuat kebaikan.
Berbuat baik itu berlaku dalam situasi dan dalam usia berapa pun, meski dalam situasi sesulit apa pun.
Pesan menarik itu disampaikan oleh Uskup Keuskupan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam Perayaan Syukur 50 Tahun Profesi dan 25 Tahun Hidup Membiara, di Kapel St. Yusup, Pringsewu, 25 November 2020.
Perayaan syukur FSGM ini biasanya dihadiri oleh ribuan umat. Namun tahun ini hanya sekitar tiga ratusan orang, termasuk para romo dan suster.
Perayaan ini diadakan dalam bentuk live streaming yang diselenggarakan oleh penggiat media Komsos Keuskupan Tanjungkarang.
Mereka yang berpesta emas adalah: Sr. M. Tekla, Sr. M. Herma, Sr. M. Ester, Sr. M. Karitas, Sr. M. Emila, dan Sr. M. Julia Juliarti.
Mereka yang merayakan 25 tahun hidup membiara adalah: Sr. M. Karla, Sr. M. Magdeline, Sr. M. Leonarda, Sr. M. Wilfrida, Sr. M. Tarsisia, dan Sr. M. Adelin.