INI hari ketiga Rabu 31 agustus 2016 di forum PKKI XI Makassar.
Setelah disegarkan oleh istirahat malam, sarapan rohani ekaristi dan sarapan jasmani pagi, kami mendapatkan masukan berkaitan dengan tema keluarga: Problematika keluarga oleh Sekretaris Komisi Keluarga KWI, setelah sebelumnya dilakukan rehat cemilan dan sharing keluarga dari empat pasutri.
Romo Hibertus Hartono MSF, Sekretaris Eksekutif Komkel KWI, menggatakan ini bertolak dari cita-cita Gereja akan keluarga sebagai ecclesia domestica. Dalam kehidupan konkret menghidupi cita-cita ini, keluarga katolik berhadapan dengan beragam tantangan.
Baca juga: Pertemuan Penggiat Katekese Antar Keuskupan se Indonesia (PKKI) XI di Makassar (2)
Relasi keluarga mendasarkan pada komitmen, intimacy, dan passion. Pasutri berkomitmen untuk to stay (janji untuk setia dalam kondisi untung dan malang), to serve (saling melengkapi dan melayani), to grow together (saling hormat, tumbuh bersama menjadi sempurna).
Katekese keluarga diharapkan bisa memberi ‘balsam’ kerahiman dengan mendampingi, mengadakan pembedaan roh/penjernihan masalah, dan merangkul kembali atau menyatukan kembali.
Setelah rehat cemilan, kami diajak untuk belajar tentang kehidupan konkret dari empat pasangan suami isteri. Mereka berasal dari Komunitas ME, Priskat dan Wanita Berhikmat, dan CFC.
Keempat pasutri dalam perjuangan hidupnya sungguh mengalami pemulihan Tuhan melalui pahuyuban rohani tersebut. Sarana komunikasi digital sungguh bisa menjadi sarana mempersatukan dan mengembangkan hidup berkeluarga. Ketika kumpul keluarga ada baiknya lepaskan sarana gadget untuk mengembangkan relasi personal antar pribadi anggota keluarga.
Mengembangkan komunikasi kejujuran dalam keluarga dengan tidak membuat password atas alat komunikasi. Setiap anggota keluarga bisa saling menyapa dalam kejujuran, mendoakan setiap anggota.
Harapan pasutri kepada para katekis: Bagaimana keluarga bisa mengembangkan keluarga sebagai ecclesia domestica. Mari Gereja terbuka pada gerakan-gerakan yang ada. Mari hidupi firman dalam gerakan-gerakan Gereja ini. Kesaksian hidup berkeluarga ditutup dengan acara foto bersama.
Menggunakan gadget secara bijak di keluarga
Pasutri Eko Indrajid dan penyanyi Lisa A. Rianto juga diberi kesempatan bersaksi bagaimana mendidik anak di tengah dunia gadget. Mereka dikaruniai empat anak. Beri tips misalnya, jika tidak pengin anaknya lama main gadget maka baterai tidak usah di-charge sampai 100%. Gadget sungguh bisa membantu komunikasi.
Hari itu juga, Eko Indrajid menyampaikan makalah dengan tema bertemakan “Katekese keluarga di era digital”.
Berpangkal dari pertanyaan peserta, Eko menyampaikan pemikirannya. Diakui bahwa dalam iman bahwa Tuhan hadir di mana-mana. Maka Tuhan juga hadir di media digital. Untuk menemukanNya, manusia diakaruniai suara hati. Suara hati perlu dididik dan dibina supaya mamampukan manusia menemukan Tuhan di dunia digital dan di mana saja. Keluarga menjadi tempat yang subur pendidikan suara hati. Di dalam keluarga tumbuhlah anak-anak. Anak sekarang bertumbuh dalam lingkungan keluarga, sekolah, ruang publik, dan ruang internet.
Dalam dunia digital, pribadilah yang penting dan alat komunikasi sekedar sarana. Dalam dunia sekarang ini, yang eksis itulah yang ada. Yang dilihat itulah yang ditiru. Yang terkenal itulah yang dipercaya. Yang dekat yang diikuti. Yang dilarang itulah yang dicari. Inilah logika dunia saat ini.
Eko menyampaikan tujuh prinsip dan 10 kiat menyikapi dunia digital dewasa ini. Ke-7 prinsip itu adalah:
- Teknologi itu seperti pupuk dalam tanaman. Gunakan secukupnya dan tidak berlebihan.
- Teknologi bersifat netral. Tergantung penggunanya.
- Anak zaman sekarang ini hidup di empat lingkungan berbeda: keluarga, sekolah, ruang public, dan internet.
- Pemblokiran situs tidak efektif. Perlu pendampingan anak agar mampu mengembangkan self censorship.
- Semangat orangtua dalam menyambut kelahiran harus sesemangat dan sebahagianya menyambut anaknya sekarang ini.
- Tidak ada orang yang peduli, selain perhatian orangtua pada anaknya.
Untuk mengaplikasikan ketujuh prinsip ini, perlu dijalankan 10 kiat:
- Dampingi anak ketika sedang browsing sambil membahas secara informals berbagai hal yang diakses.
- Jadilah teman bagi anak dan tidak harus banyak komentar.
- Miliki teman psikolog.
- Membatasi uang saku anak.
- Pendidikan seks sedini mungkin yakni sejak lahir dengan bahasa sesuai.
- Salurkan hobi dan talenta secara maksimal.
- Tingkatkan komunikasi dengan anak.
- Simpan foto atas moment-momen penting.
- Ikuti seminar dan kesempatan tukar pikir yang ada.
- Instal perangkat lunak sejauh diperlukan.