Hari Migran dan Pengungsi Internasional ke–109, Bebas Pilih Akan Bermigrasi atau Tetap Tinggal

0
136 views
Menyediakan sepatu dan pakaian layak pakai untuk para imigran dari Haiti yang mencari nafkah di Chile.

MIGRAN menjadi topik cukup populer didiskusikan hingga saat ini. Namun, tahukah mengapa saudara-saudari kita menjadi migran; bahkan pengungsi? Ini disampaikan dalam rangka peringatan Hari Migran dan Pengungsi Internasional ke-109 tanggal 24 September 2023,

Begitu banyak faktor penyebab yang membuat semua ini terjadi; juga sangat berdampak bagi kaum rentan yaitu perempuan dan anak-anak.

Migran dan pengungsi

Migran atau pengungsi adalah pilihan bebas dan menjadi hak setiap orang untuk menentukan mana yang terbaik bagi kehidupan mereka selanjutnya. Untuk bertahan hidup dan menjadikan kehidupan lebih baik adalah tujuan para migran atau pengungsi.

Setiap pergerakan atau perpindahan tempat tinggal memerlukan orang lain, fasilitas, dan perlindungan dari negara tujuan bagi yang bermigrasi ke luar negeri.

Pemerintahan setempat juga menjadi penjamin untuk kehidupan dan perlindungan bagi migran antar negara, antar pulau, antar provinsi, antar kota; bahkan antar desa dan akhirnya menjadi migran internasional.

Lain halnya dengan pengungsi.

Mereka yang dikatakan pengungsi adalah mereka yang keluar dari daerah asalnya karena perang, kriminalitas, dan korban ketidakadilan; juga karena musibah bencana alam, perubahan iklim yang ekstrim.

Kisah dalam Kitab Suci sudah mengisahkan peristiwa Keluarga Nazaret harus  mengunsi ke Mesir. Inilah yang dialami Yosep ketika harus membawa Maria dan bayi Yesus (Mat 2:13-15)  tentang penyingkiran ke Mesir:

 “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia. 

Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir, Kupanggil Anak-Ku.”

Pengungsian Keluarga Kudus Nasaret ke Mesir untuk menggenapi nas Kitab Suci menyelamatkan bayi Yesus Sang Juru Selamat dari ancaman Raja Herodes. Yusuf bisa saja memilih untuk tetap tinggal di Betlehem bersama Maria dan bayi Yesus.

Keluarga Kudus dari Nazareth by Ist

Tetapi ancaman besar sudah didepan bayi Yesus bahkan mungkin juga kehidupan bayi Yesus berkata lain jika bertemu Raja Herodes. Maka Yusuf memilih untuk bermigrasi ke Mesir dan tinggal sampai Yesus bertumbuh besar dan Raja Herodes meninggal.

Sang Juru Selamat dunia tumbuh dan berkembang dalam asuhan Yusuf dan Maria sampai dewasa. Ia menjadi anak yang baik dan patuh pada ajaran dan asuhan Yusuf dan Maria. Di sinilah tujuan migrasi bagi Keluarga Kudus Nasaret yaitu merasa aman, bebas, hidup tenang.

Saat ini, bermigrasi dari desa ke kota bagi masyarakat adalah pilihan yang baik bagi mereka yang ingin mengubah mutu kehidupan; terutama secara ekonomi tanpa memperhitungkan bagaimana hidup di kota, dengan siapa, kerja apa, dan tinggal di mana?

Yang penting, bisa segera keluar dari desa yang masih asri, hijau. Tinggalkan kawasan hutan, gunung, bukit yang masih hijau dengan pepohonan kayu.

Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan untuk bertani dan mengolah tanah dapat menjadi salah satu faktor penyebab mengapa mereka bermigrasi ke kota, keluar pulau, bahkan ke luar negeri. Semuanya dilakukan hanya untuk mencari kerja dengan gaji yang lebih besar dan pekerjaan ringan.

Pemikiran seperti inilah yang sering “memotivasi” orang ingin pergi ke tempat lain. Namun juga ada orang-orang yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa di desa sehingga akhirnya  mereka semua ini memutuskan ingin segera keluar dari desa.

Awal masalah pemicu migrasi lokal dan internasional

Pengaruh perubahan iklim yang ekstrim juga telah memacu keinginan para petani di desa yang mengalami kesulitan untuk bercocok tanam untuk berpikir secara lain. Dampak perubahan iklim yang cepat dan tidak dapat diprediksi sampai membuat lahan pertanian kini jadi tidak dapat digunakan dengan baik yang akhirnya para petani mengalami gagal panen.

Inilah awal munculnya masalah baru. Banyak migran di kota dan luar negeri yang sudah mendapatkan pekerjaan, tempat tinggal yang baik dan layak.

Namun, juga sangat banyak kaum migran yang kurang bernasib baik hingga akhirnya menjadi kaum rentan dan menjadi objek tindakan criminal; baik fisik maupun psikis. Bahkan sampai kehilangan hak untuk hidup (meninggal dunia) karena sakit atau hidupnya terlantar.

Ada juga yang menjadi objek bisnis yang tidak bermartabat (perdagangan manusia) bagi pihak bermodal. Karena situasi sangat kepepet, maka anak-anak dan remaja perempuan sering “dengan senang hati” mau menerima tawaran pekerjaan tersebut; dengan bekerja di tempat-tempat hiburan, kafe, klinik-klinik terapi. Juga banyak lagi tanpa memperhitungkan akibat dan risiko dari pekerjaan mereka.

Kejadian seperti ini bukan hanya dalam negeri; tetapi juga di luar negeri. Bagi yang ingin bekerja keluar daerah dan/atau luar negeri, pergilah dan cari pemerintah yang mengurus secara prosedur yang benar sesuai peraturan pemerintah: misalnya jangan sampai  mau pergi dengan ikut orang tertentu; apalagi orang yang tidak dikenal.  

Ilustrasi – Para pengungsi Ukrainia yang memutuskan meninggalkan negaranya karena zona perang dengan Rusia (Info Migrant)

Aturan pemerintah

Pemerintah sudah menyediakan pelayanan bagi masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri. Difasilitasi oleh Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) yang kini sudah meluncurkan Portal Satu Data Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Anjungan Informasi Mandiri. Sudah eksis di Jakarta, sejak Senin 31 juli 2023.

Belum lagi kita melihat, mendengarkan berita di media sosial begitu banyak pengungsi karena bencana alam maupun perang di dalam negeri dan luar negeri. Saudari-saudara kita mencari perlindungan agar dapat hidup dengan tenang.

Indonesia kini menjadi salah satu negara tujuan pertama bagi kaum migran luar negeri dan para pengungsi dari negara-negara yang mengalami krisis keamanan, terdampak perang atau mengalami kriminalisasi.

Namun harus diakui bahwa sampai saat ini, para migran dan pengungsi belum ditangani dengan maksimal oleh yang pihak bertanggungjawab; terutama kewajiban untuk menyalurkan para migran dan pengungsi ke negara tujuan ketiga. Dengan tujuan agar mereka ini nantinya bisa hidup dan bekerja lebih baik.

Terjadi demikian, karena memang terjadi banyak kendala yang dialami petugas. Sebagai contohnya: Jerman dan Italia mengaku kewalahan mengatasi migrasi, karena berada pada batas kapasitasnya.

Ini pernah diungkapkan oleh Presiden Jerman Frank–Walter Steinmeier 20 September 2023. Steinmeier mengakui, Italia dan Jerman terpaksa harus menerima beban beratyang harus ditanggung. Ia juga menyerukan distribusi yang adil atas beban migrasi di Eropa.

Pesan Paus Fransikus

Karena itu, izinkan saya mengutip pesan Paus Fransiskus untuk Hari Migran dan Pengungsi tahun 2023:

“Sebab ketika Aku lapar, maka kamu memberi Aku makan, Aku haus, dan kamu memberi Aku minum, Aku adalah orang asing, dan kamu menyambut Aku, Aku telanjang, dan lamu memberi Aku pakaian, Aku sakit, dan Kamu memelihara Aku, Aku dipenjarakan dan kamu mengunjungi Aku.” (Mat 25:35-36).

Ilustrasi.

Kata-kata ini merupakan peringatan terus-menerus untuk melihat dalam diri migran; bukan hanya sekadar memperlakukan mereka itu layaknya saudara atau saudari yang berada dalam kesulitan, namun juga Kristus sendiri yang mengetuk pintu rumah kita.

Oleh karena itu, meskipun kita berupaya untuk memastikan bahwa dalam setiap kasus migrasi merupakan buah dari keputusan yang bebas, kita dipanggil untuk menunjukkan rasa hormat yang maksimal terhadap martabat setiap migran.

Hal ini mencakup pendampingan dan pengelolaan gelombang migrasi sebaik mungkin, pembangunan jembatan dan bukan tembok, perluasan saluran untuk migrasi yang aman dan teratur.

Di mana pun kita memutuskan untuk membangun masa depan, di negara kelahiran kita atau di tempat lain, yang terpenting adalah selalu ada komunitas yang siap menyambut, melindungi, memajukan dan mengintegrasikan semua orang; tanpa membeda-bedakan dan tanpa mengecualikan siapa pun.

Sangat diharapkan umat bersinodal (berjalan bersama) dengan Gereja melakukan aksi nyata dengan segala daya dan kemampuan yang ada.

Umat merupakan basis dari Gereja. Komisi-komisi di dalam Gereja berkolaborasi saling melengkapi satu sama lain agar pelayanan kemanusiaan demi keutuhan ciptaan dan kemerdekaan anak-anak Allah dapat dialami oleh saudari-saudara kita kaum migran dan pengungsi di manapun mereka yang dijumpai.

Salam berbelarasa.

Jakarta, September 2023

Hari Migran dan Pengungsi Internasional

Sr. Kristina Fransiska CP 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here