Home BERITA Hari Petrus Kanisius: Yayasan Kanisius Surakarta Warisi Hidup Rohaninya (1)

Hari Petrus Kanisius: Yayasan Kanisius Surakarta Warisi Hidup Rohaninya (1)

0
Hari Petrus Kanisius: Yayasan Kanisius Surakarta Warisi Hidup Rohaninya.

YAYASAN Kanisius Cabang Surakarta, hari Jumat 26 April 2024 ini, mengadakan Novena Petrus Kanisius pekan pertama dalam rangka Pesta Nama Santo Petrus Kanisius. Sosok pelindung Yayasan Kanisius ini resminya baru akan dirayakan tanggal 27 April 2024. Novena ini dilakukan secara luring di Kantor Yayasan Kanisius Cabang Surakarta; diikuti 39 sekolah secara daring.

Pada ibadat novena ini dibacakan kisah Santo Petrus Kanisius, renungan, doa. Juga paparan refleksi bagi guru, karyawan dan para siswa. Materi novena dipersiapkan dan ditulis oleh Frater Arnold Lintang Yanviero SJ yang saat ini menjalani Tahun Orientasi Kerasulan di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Berikut ini kisah Santo Petrus Kanisius, renungan, doa dan panduan refleksi agar semakin mengenal Santo Petrus Kanisius.

Frater Arnold Lintang Yanviero SJ. (FX Juli Pramana)

Kisah Petrus Kanisius

Ini disarikan dari Testamen Pater Petrus Kanisius bagian Pengantar.

Petrus Kanisius berusia 75 tahun. Pada tahun 1596, ia meminta teman sesama Yesuit  yaitu Sigismund Illsung SJ untuk mencatat cerita hidupnya yang dia ceritakan sendiri ini.

Hanya karena kehendak Allah, aku dianugerahi usia yang begitu panjang, sekitar 75 atau 76 tahun. Sejauh aku tahu, hidupku hampir berakhir. Oleh karenanya, aku perlu meninggalkan testamen hidupku. Aku ingat ayat Kitab Suci: “Berhati-hatilah dan berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba”.

Seperti yang telah menjadi bagian dari tradisi tarekat religius, orang seperti aku, kalau meninggal, tidaklah berhak mengklaim kepemilikan, namun menyerahkan sepenuhnya pada kuasa pembesar. Dengan pertimbangan tersebut aku memilih bentuk testamen. Ini adalah suatu ringkasan tentang perbuatan baik yang aku terima dari Allah dan rangkuman kehidupanku untuk diwariskan. Aku berharap sejarah Serikat Yesus juga ikut dikenal.

Tentang diriku, aku berharap terdapat sebuah laporan yang dapat dipercaya. Aku hendak meneladan St. Augustinus, yang juga menuliskan testamen, yang berjudul Confessiones (Pengakuan-pengakuan) dan mewariskannya untuk generasi setelahnya.

Santo Petrus Canisius dari Belanda. (1521-1597)
Para guru dan murid mendengarkan paparan tentang kisah Santo Petrus Canisius secara daring. (FX Juli Pramana)

Dengan cara ini ,semua orang dan juga para pembaca dapat memuji Allah lewat teladan baik yang ditinggalkannya dan terbantu untuk membangun hidupnya menjadi lebih baik. Asal dan tujuan segala hal tidak hanya dikenali dan dipuji lewat ciptaan yang mulia, tetapi juga lewat mereka yang kecil dan hina, termasuk diriku ini.

Itulah mengapa aku menuliskan testamen ini. Dengan testamen ini, Tuhan sumber kebaikan dan pengampun segala kesalahan dapat semakin dikenali dan dimuliakan. Tentu di dalam testamen ini bisa termuat kesombonganku. Namun, sebagai religius, aku tidak munafik. Dengan penuh kerendahan hati, sebisa mungkin aku ingin menyerupai Kristus yang tersalib.

Renungan

Pengantar dalam Testamen Pater Petrus Kanisius menjelang kematiannya, di dalamnya, St. Petrus Kanisius menceritakan alasannya membuat testamen. Satu kata yang bisa merangkum bacaan tersebut dan menjadi bahan permenungan kita bersama adalah kata “warisan”.

Apa itu warisan? Warisan adalah peninggalan yang diberikan kepada ahli waris saat seseorang meninggal dunia. Ahli waris itu adalah orang yang akan menerima warisan.  Warisan yang ditinggalkan bagi seseorang tidak selalu berupa uang, rumah, tanah.

Warisan juga bisa berupa ilmu pengetahuan maupun kebijaksanaan. St. Petrus Kanisius sadar bahwa usianya sudah tidak akan lama lagi. Ia ingin memberikan atau meninggalkan sesuatu kepada kita. Kita ini adalah para ahli waris dari kekayaan rohani St. Petrus Kanisius.

Para guru ikut dalam kegiatan novena Santo Petrus Canisius. (FX Juli Pramana)

Seperti yang kita dengar dalam testamennya, St. Petrus Kanisius berharap agar kita dapat semakin teguh dalam iman. Ia berharap bahwa dengan membaca kisahnya maka kita dapat terinspirasi untuk menata hidup menjadi lebih baik dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Semoga kita dapat meneladan hal-hal baik yang telah St. Petrus Kanisius lakukan dalam kehidupannya. Selanjutnya, selain sebagai ahli waris, kita juga perlu sadar bahwa dalam waktu tertentu kita juga dapat menjadi pewaris.

Pewaris adalah orang yang memberi warisan. Kita dipanggil untuk bisa semakin menyebarkan rahmat kebaikan pada orang lain. Segala inspirasi rohani yang telah kita terima, termasuk dari St. Petrus Kanisius, juga perlu kita teruskan dalam keluarga kita, saudara kita, maupun lingkungan masyarakat kita.

Kita tidak boleh hanya berhenti sebagai ahli waris, namun juga mau menjadi pewaris rahmat kebaikan.

Semoga Tuhan, sumber segala kebaikan, memberkati dan menyempurnakan segala niat baik kita. Semoga kita dapat menjadi seperti St. Petrus Kanisius yang mau meninggalkan warisan kebaikan untuk sesama.

Doa Hari Kanisus

Ya Yesus, sahabat anak-anak, yang sejak masa muda-Mu tumbuh secara nyata dalam kebijaksanaan dan dalam kasih karunia di hadapan Tuhan dan manusia melalui keluarga kudus di Nazareth.

Pada usia dua belas tahun, Engkau duduk di Bait Suci; di tengah-tengah para imam dan ahli-ahli Taurat; mendengarkan mereka dengan penuh perhatian Engkau dengan rendah hati mengajukan pertanyaan kepada mereka dan dengan penuh kehati-hatian membangkitkan kekaguman mereka dalam kebijaksanaan yang Kau sampaikan.

Engkau pula yang menerima anak-anak dan dengan rela, memberkati mereka, dan berkata kepada murid-murid-Mu: “Biarlah mereka datang kepada-Ku, karena di situlah Kerajaan Surga.”

Ya Tuhan, gerakkanlah kami sebagaimana Engkau menggerakkan Santo Petrus Kanisius dengan sikap keteladanan, rasa hormat yang mendalam, dan kasih sayang yang suci terhadap masa kanak-kanak.

Santo Petrus Kanisius sungguh menjadi teladan pengabdian yang nyata untuk mengajar anak-anak dalam ajaran iman yang benar, menumbuhkan bakat khusus mereka, dan membuat mereka memahami misteri-Mu dan menyukai keindahan-Mu.

Ini semua kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin

Panduan refleksi

  • Apakah aku pernah memikirkan “warisan” yang akan aku tinggalkan kepada orang lain sesudah aku menyelesaikan tugas di dunia ini?
  • “Warisan” kehidupan macam apa yang akan aku tinggalkan?
  • Aku ingin diingat orang sebagai orang yang semacam apa?

Disesuaikan pada zaman ini

Pada akhir ibadat novena Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta Romo Joseph MMT Situmorang SJ mengajak guru untuk mendampingi para siswa melakukan refleksi dan mencari literasi tentang Petrus Kanisius. Agar semakin mengenal dan meneladan tokoh yang dikaruniakan Tuhan pada zaman itu dan disesuaikan pada zaman ini.

Baca juga: Kisah tentang Santo Petrus Kanisius (2)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version