Jumat, 17 Juni 2022
- 2Raj. 11:1-4.9-18.20.
- Mzm: 132:11.12.13-14.17-18.
- Mat. 6:19-23.
KITA ini hidup dalam masyarakat yang menciptakan kebutuhan, bukan berusaha memenuhi kebutuhan yang sungguh penting.
Orang lebih mementingkan kehausan akan kepemilikan daripada memenuhi kebutuhan pokok.
Di masa lampau produksi itu melayani konsumsi, menghasilkan untuk kebutuhan.
Misalnya, karena orang memerlukan roti, makan tukang roti membuka tokonya.
Dalam masyarakat saat ini, terjadi kebalikannya kebutuhan disesuaikan dengan hasil produksi dari sebuah perusahaan.
Orang sekaan tidak boleh puas dengan barang yang diproduksi, maka selalu dibuat barang baru untuk membuat orang gelisah dan penasaran sebelum memilikinya.
Jika ada yang bisa dijualbelikan mengapa digratiskan. Kalau bisa mendapat untung mengapa harus dibagi-bagi dengan gratis.
“Apa keluhannya, Pak?” tanya pusat layanan servis itu.
“Ini baterainya cepat drop,“kata bapak itu
“Laptop ini sudah tujuh tahun, dan tipe ini tidak diproduksi lagi,” sahutnya sambil melihat-lihat laptop bapak itu.
“Apakah masih bisa mendapatkan baterai baru,” tanya bapak itu.
“Ini untuk stok di Indonesia sudah tidak ada,” jawabnya.
“Paling, kita pesan ke luar negeri tempat pabriknya, apakah di sana masih ada stoknya,” lanjutnya.
“Perlu berapa hari kalau pesan,” tanya bapak itu.
“Tiga minggu paling lambat,” sahutnya.
“Kalau bapak setuju pesan. Saya pesankan dengan biayanya segini. Biaya baru dibayar jika ada barang dan sudah sampai di sini,” katanya.
Industri berusaha menghasilkan barang-barang yang dalam hitungan waktu tertentu akan menjadi usang dan tidak mutu lagi.
Onderdil ini sudah tidak dibuat lagi. Model semacam ini sudah tidak ada, dan demikian seterusnya.
Kita mau tidak mau terjebak dalam lingkaran setan, yang didasarkan pada tekanan berlebihan atas nilai-nilai yang tidak menentu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Kita akan menjadi lebih bebas dan bahagia, jika dapat mengurangi ketergantungan kita pada barang-barang materi yang diadakan demi gengsi dan beralih pada nilai kehidupan.
Semua yang ada di muka bumi hanyalah sementara dan akan cepat usang dan menjadi sampah, sehebat dan semenariknya barang yang kita miliknya.
Untuk itu, kita harus mencari dan mengusahakan barang atau tindakan yang bernilai abadi.
Yang tidak bisa usang, namun yang membuat jiwa berharga dan merasa penuh kasih.
Harta dan benda bukan sesuatu yang bisa jadi tumpuan untuk meraih kebahagiaan kekal di surga.
Harta hanyalah berguna jika kita jadikan sarana untuk membangun kehidupan yang baik di dunia.
Bagaimana menurut dirimu?
Apakah aku menggunakan harta dengan bijak demi keselamatan jiwaku?