Puncta 17.06.22
Jumat Biasa XI
Matius 6: 19-23
MENJADI kaya raya bergelimang harta adalah dambaan banyak orang. Siapa orang yang tidak ingin kaya raya bak para sultan? Kemana-mana pergi dengan mobil mewah, baju bermerk mahal-mahal, dipuja-puji oleh gadis-gadis mata duitan?
Melalui harta kekayaan mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Seolah dunia ada di genggaman.
Namun di balik kekayaan itu ada kegelisahan yang tak dimengerti. Semakin harta menumpuk semakin ada yang kurang rasanya.
Jiwa merana tak terpuaskan oleh gelimang harta.
Sebuah kejadian dialami oleh Liu Jingchong, seorang taipan mebel kaya raya di Propinsi Guangdong.
Ia mengalami kecelakaan mobil. Bukannya beli mobil baru, tetapi justru menjual seluruh hartanya dan hidup di sebuah rumah kecil di sebuah lereng gunung.
Ia sumbangkan hasil jualan hartanya kepada yatim piatu dan mulai hidup sederhana.
Perubahan drastis itu dikarenakan Liu membaca dan tersentuh oleh kalimat Sang Buddha yang berbunyi, “Harta hanya akan membuat menderita.”
Kalimat itu sejalan dengan sabda Yesus, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.”
Yesus mengingatkan para murid-Nya agar jangan terpaku hanya pada harta yang cepat rusak dan hilang di bumi.
Harta dunia bukanlah tujuan kita. Harta kekayaan adalah sarana untuk hidup lebih baik dan berguna.
Jangan sampai kita melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya yakni kebahagiaan kekal.
Untuk mencapainya kita harus menabung harta yang tidak bisa habis atau musnah. Harta yang tidak bisa dicuri yakni harta di surga.
Kebaikan adalah harta yang sejati. Menabur kebaikan dimana pun itulah yang akan menyelamatkan kita.
Setiap orang boleh mencari kekayaan. Itu wajar dan normal.
Namun jangan sampai kekayaan dunia membutakan mata kita terhadap saudara-saudara di sekitar yang membutuhkan pertolongan.
Jika kita mengumpulkan harta dunia, suatu saat akan hilang. Tetapi jika kita menaburkan kebaikan, kendati harta kita musnah, namun harta surga sudah kita kumpulkan.
Berbagi kebaikan tidak selalu dengan harta kekayaan.
Menolong orangtua menyeberang jalan, menyapa orang dengan senyuman, mengunjungi orang sakit, mendengarkan teman yang berbeban berat adalah harta surga yang bisa kita bangun di dunia sekarang.
Mari kita berbagi sapaan, senyuman, perhatian, sukacita, dukungan, semangat dan belarasa, agar dunia menjadi surga yang indah bagi semua.
Kupu-kupu pada terbang,
Menambah cantik bunga di taman.
Harta dunia mudah sekali hilang,
Tidak akan menjamin kebahagiaan.
Cawas, bahagia itu sederhana…