Harus Sehat

1
328 views
Ilustrasi - Santo Yusup

Renungan Harian
Sabtu, 19 Maret 2022
Hari Raya St. Yusuf, Suami SP. Maria
Bacaan I: 2Sam. 7: 4-5a. 12-14a. 16
Bacaan II: Rm. 4: 13. 16-18.22
Injil: Mat. 1: 16. 18-21. 24a.

SUATU hari seorang pemulung yang lewat depan gereja, bertanya kepada orang-orang yang sedang mengantri untuk membeli nasi bungkus. Bapak pemulung itu bertanya tentang kerumunan itu sedang apa.

Bapak yang ditanya menjawab bahwa mereka mengantri untuk membeli nasi bungkus murah. Pemulung itu berbelok dan ikut mengantri. Setelah tiba gilirannya, pemulung itu membeli dua bungkus nasi.
 
Saat itu,  saya sedang ada di halaman dan melihat pemulung itu membeli dua nasi saya bertanya: “Bapak membeli dua bungkus nasi, satu bungkus lagi untuk siapa?”

“Untuk saya pak. Satu bungkus untuk saya makan siang ini dan satu bungkus untuk nanti malam. Saya hari ini berpesta pak,” jawab pemulung itu.

“Oh bapak hari ini pesta apa?” tanyaku memperjelas.

Pemulung itu tersenyum dan menjawab:

“Saya tidak sedang merayakan apa-apa, tetapi karena saya punya nasi bungkus untuk makan malam maka bagi saya ini sebuah pesta. Saya biasanya hanya makan satu kali saja, kadang siang, kadang malam.”

“Oh gitu,” jawabku sekenanya, karena terkejut.

“Saya harus berhemat, agar saya bisa mengirim uang untuk anak dan isteri di kampung. Biarlah saya di sini makan sekali, tetapi anak dan isteri saya harus makan cukup. Anak-anak saya masih sekolah jadi harus makan yang sehat dan isteri saya kerja keras mengurus rumah dan anak-anak jadi harus sehat,” pemulung itu menambahkan.

“Wah, kalau bapak hanya makan sekali bapak nanti malah tidak sehat,” kata saya.

“Alhamdulilah, saya selalu diberi kesehatan. Saya tidak pernah sakit, insya Allah jangan sakit. Kalau saya sakit nanti kasihan anak dan isteri saya, mereka bisa kelaparan,” jawab pemulung itu sembari tersenyum.
 
Percakapan saya dengan bapak pemulung itu membawa saya pada kenangan tentang bapak.

Dulu ketika bapak mengantar saya ke seminari, di terminal bus Jogya, bapak mengajak saya makan di sebuah warung.

Saat itu, saya sengaja memesan makan yang menurut saya tidak mahal, karena saya tahu bapak tidak mempunyai uang; saat itu ibu sedang dirawat di rumah sakit.

Melihat apa yang saya pesan, saat sedang makan bapak mengambil lauk dan diletakkan di piring saya.

Dimaem, ora apa-apa, aja kuwatir bapak kagungan dhuwit. (Tidak apa, dimakan, jangan khawatir, bapak punya uang,” demikian kata bapak.

Saya tahu persis bahwa bapak bohong tentang hal itu. Itu hanyalah salah satu kenangan akan pengurbanan bapak buat kami anak-anaknya.

Bapak sungguh-sungguh menjadi pelindung, penopang dan kekuatan bagi keluarga.
 
Ada begitu banyak bapak-bapak yang sungguh-sungguh memberi seluruh hidupnya untuk keluarganya.

Ia rela menderita agar keluarganya bahagia dan sejahtera. Kiranya ada begitu banyak bapak yang berbohong untuk anak-anaknya karena tidak ingin anak-anaknya menderita. Mereka mengharapkan satu hal kebahagiaan anak-anaknya sepanjang hidup.
 
Hari ini, Gereja merayakan Hari Raya St. Yusuf, orang yang luar biasa. Tidak banyak disebut, tidak banyak dibicarakan tetapi perannya dalam karya keselamatan luar biasa.

Di saat merayakan Hari Raya St. Yusuf, kita kenangkan ada begitu banyak bapak-bapak yang telah menjadi tanda kehadiran dan cinta Tuhan bagi keluarganya.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here